MHT 8

51.8K 1.6K 19
                                    

waww udah 2k+ aja yg baca😳💗 padahal baru 4 hari up🤩🤔☺️🤤

special nihh
———

Malam hari sebelum pernikahan Aksel dan Shey, rumah di kedua mempelai sama sibuknya. Menyiapkan keperluan untuk kedua calon pengantin. Tetapi kali ini kita akan pergi ke kediaman mempelai wanita dulu.

Keluarga Shey mendatangkan secara langsung orang dari sebuah salon kenamaan untuk memberikan perawatan bagi putri mereka. Berupa pijatan untuk merilekskan seluruh otot tubuh dan menenangkan pikiran Shey. Mudahnya kita sebut spa.

Wangi semerbak memanjakan indra penciuman memenuhi rongga hidung Shey. Ia seperti putri kerajaan yang harus diberikan perawatan terbaik malam ini. Gadis itu menikmati malam terakhirnya sebagai lajang.

Oh iya, tadi sore ia sudah meminta kurir untuk mengantarkan undangan pernikahannya kepada sang sahabat, Jeje. Alhasil, teman sebangkunya itu langsung mengiriminya pesan bahkan meneleponnya dan berseru-seru kaget. Shey hanya menjelaskan dengan kekehan mengiringi.

Tentu saja Jeje heboh. Ingat kan, saat pertama kali Aksel mengajar di kelas mereka. Shey bahkan mengejek Jeje yang mengatakan menyukai laki-laki dewasa. Gadis itu seperti langsung mendapat karmanya tepat di malam hari itu.

Shey memaksa Jeje agar datang ke pernikahannya. Jeje menyanggupi dengan senang hati. Tanpa dipaksa pun ia akan tetap datang ke pernikahan sahabat tercintanya. Senyum senang bisa mengembang di wajah Shey.

Pijatan yang dilakukan pegawai salon itu selesai juga. Dua jam tubuh Shey dilunakkan. Tidak terasa karena gadis itu menyambinya dengan tidur dan berangan.

"Mba, sudah selesai." ucap perempuan pemijiatnya. Shey bangun dari tengkurapnya dan mengatakan terima kasih kepada pegawai salon itu.

Tubuhnya terasa ringan. Juga wangi sedap seperti keluar dari kulitnya. Ah menyenangkan sekali.

Shey menuruni tangga setelah memakai pakaiannya. Gadis itu menghampiri sang mama yang sedang sibuk menyiapkan kebutuhan pernikahannya besok. Dalam hati Shey mengucapkan terima kasih kepada bundanya itu karena sudah mau bersusah-susah bahkan mengambil alih urusan pernikahan putrinya.

Abang dan papanya juga turut menyiapkan hiasan-hiasan. Papanya menelepon pemilik toko bunga soal barang-barang yang dipesannya. Sandy membantu memilih hiasan yang cocok untuk dipajang di gedung. Ia hanya memilih yang akan memasang nantinya tetap pihak penyelenggara acara pernikahan.

"Mamaa, ada yang bisa aku bantu?" Shey berdiri di sebelah sang mama. Kisa menolehkan kepala melihat sang putri.

Wanita paruh baya itu menggeleng. "Udah semuanya kok. Calon pengantin mending istirahat aja. Besok kamu ga punya waktu istirahat banyak, loh." Kisa mengusap bahu sang putri.

"Mau bantu-bantu aja. Besok kan aku udah ga tinggal di sini."

Ucapan Shey membuat perasaan sang mama sedih. Kenyataan harus melepas putri bungsunya dalam waktu secepat ini memang tidak pernah ada dalam pikiran orang tua manapun. Tetapi sekali lagi, di sini untuk masa depan Shey. Agar gadis itu tidak terlalu merasa kehilangan saat kedua orang tuanya tiada.

"Yaudah bantuin mama aja ya. Kita buat minuman untuk orang-orang yang ada di depan." Shey mengangguk setuju.

Keduanya berduet membuat minuman untuk para manusia-manusia yang bekerja sampai larut untuk menyiapkan pernikahan Shey besok. Bahkan papa dan kakak laki-laki gadis itu turut membantu sampai malam.

"Silakan diminum minumannya." Kisa dibantu sang putri menyuguhkan minuman menyegarkan. Orang-orang itu langsung menyerbu dan meneguknya dalam sekali tenggak. Walaupun malam cukup dingin tetapi keringat tetap menetes membasahi tubuh mereka.

"Shey ajak masuk, ma. Calon pengantin ga boleh kelamaan di luar." ucap Henry menunjuk pintu. Menyuruh sang istri membawa masuk putri mereka.

Kisa mengangguk. Menggiring Shey masuk ke dalam rumah kembali. Keduanya duduk berdampingan di sofa ruang tengah. Menyalakan televisi dan menyaksikannya.

"Sedih juga ya ma." ucap Shey tiba-tiba. Kening Kisa berkerut. Apanya yang sedih? Mereka sedang menonton drama percintaan yang sama sekali tidak menunjukkan adegan kesedihan. Justru para tokoh utamanya tertawa lebar.

"Abis ini aku akan ninggalin rumah ini. Udah jadi istri orang aja padahal baru kemarin rasanya aku teriak-teriak minta dibikinin omelette."

Pikiran Shey mengelana. Mengingat beberapa tahun lalu. Ia sangat menyukai telur dadar buatan sang mama. Dan hampir setiap hari gadis itu meminta untuk dibuatkan makanan yang sama. Saat mencoba membuatnya, hasil omelette terasa berbeda. Maka dari itu Shey hanya meminta sang mama untuk membuatkannya.

Kisa tersenyum berusaha menyalurkan senyumnya pada sang putri. "Jangan sedih gitu dong. Kan nanti masih bisa main ke sini. Nanti mama buatin omelette yang paling enak buat kamu."

Adegan penuh bawang antara ibu dan anak perempuannya yang akan melepas masa lajang itu terjadi. Pedih juga jika dipikir-pikir. Masa remaja Shey seperti berhenti di usia tujuh belas tahun. Masa bebasnya hanya selama itu.

Mari kita beralih ke kediaman calon mempelai pria.

Aksel sedang sibuk menghafal kalimat untuk ijab kabul besok. Ditemani sang papa yang membantunya agar lancar dalam satu tarikan nafas.

"Nafas kamu kurang panjang. Coba panjangin lagi." Dasar Erwin. Memangnya pakaian, bisa asal dipanjangkan.

"Iya ini Rey coba."

Lagi-lagi Aksel mencoba untuk menyebutkan nama sang calon istri, calon mertuanya, jumlah maskawin dan lain-lain yang biasa diucapkan saat ijab kabul. Cukup ngos-ngosan karena beberapa kali ia mencoba.

"Hadeh Rey, kamu kok belum istirahat sih. Mau Shey klepek-klepek gimana kalo kamu jam segini belum tidur? Nanti bawah mata kamu ada item-itemnya. Yang ada kabur itu calon istri kamu." Omelan panjang lebar ala Arin terdengar. Memenuhi telinga suami dan putra wanita itu.

"Papa juga. Kenapa anaknya engga diburu-buru suruh tidur? Papa mau gagal punya mantu? Iya mau?" Telunjuk Arin menunjuk-nunjuk suaminya. Erwin hanya menggeleng-geleng takut.

"Yaudah sana Rey kamu tidur. Tidur yang nyenyak. Kalo perlu pake sumpel telinga sama penutup mata biar tidurnya makin lelap. Mama ga mau ya kamu batal nikah sama Shey. Mama udah terlanjur cocok."

Baiklah. Jika mamanya sudah seperti ini, mengomel panjang lebar bahkan dua kali banyaknya, Aksel hanya bisa mengiyakan. Laki-laki itu mengangguk lalu pamit untuk meninggalkan kedua orang tuanya. Menuju kamarnya di lantai dua.

Saat melewati cermin ia menyempatkan diri untuk bercermin. Heem, benar juga ucapan mamanya tadi. Wajahnya ini cepat sekali terlihat lelah. Kantung matanya mulai terlihat. Semoga saja besok pagi bisa hilang. Ia tidak mau Shey hilang selera padanya.

Aksel merebahkan diri di kasur. Besok kasur ini tidak akan ia tiduri sendiri. Akan ada seorang gadis yang akan tinggal bersamanya. Menghuni kamar ini bersama dengannya.

Ahay. Memikirkannya saja ia sudah berbunga-bunga. Katakanlah ia pedofil atau sejenisnya. Tetapi Shey benar-benar seperti memiliki hal magis sehingga bisa membuatnya tertarik.

"Sekarang tidur. Besok waktunya ketemu calon istri."

———
cie calon istri anjayy

MY HUSBAND TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang