MHT 35

41.4K 921 19
                                    

dobleh up spam komen pokoknnya hihi

E N J O Y ‼️ LOVE YOUUUU

———

Sepulang sekolah keesokan harinya...

Di sepanjang jalan perjalanan pulang Shey sama sekali tidak menyahuti Aksel. Wanita muda itu melengos menghadap ke luar jendela dengan tangan terlipat di dada. Sangat mudah dipahami bahwa istri Aksel itu sedang ngambek.

"Sayang... Jangan marah dong. Maafin mas soal yang tadi. Mas ga sengaja sayang." Aksel berusaha menggapai tangan Shey. Tetapi wanitanya itu justru menepis tangannya dengan kasar.

"Apa sih! Buat aku kesel mulu."

"Maaf, cinta. Mas ga sengaja bentak kamu tadi. Maafin mas ya,"

Flashback on

Di kelas yang sedang diajar Aksel itu suasana cukup ramai. Karena guru geografi itu sedang menulis di papan tulis sedangkan murid-muridnya sibuk bercanda.

"Pak, ada yang tidur." adu seorang siswa sembari menunjuk tempat duduk yang ada di pojok belakang.

Aksel mengangkat kepalanya melihat ke tempat itu. Siswa-siswi yang lain pun demikian. Memperhatikan Shey yang terlelap dengan kepala menghadap ke meja. Jeje di sebelahnya juga demikian tetapi kepalanya miring ke kiri. Tetap berbantalkan buku di atas meja.

"Shey! Jessica!" tegur Aksel sedikit berteriak.

Melihat tidak adanya respon, laki-laki itu menghela nafas kemudian kembali berbicara. Menaikkan suaranya beberapa oktaf.

"Shey! Jessica! Jangan tidur di jam pelajaran saya." Siswi yang duduk di depan Shey dan Jeje menghadap belakang menepuk-nepuk bahu juga lengan dua sahabat itu secara bergantian.

"Shey! Je! Bangun... Heh bangun. Dimarahin pak Aksel tuh."

Secara perlahan bagai video lambat, Shey dan Jeje membuka mata mereka. Membuat gerakan yang sama yaitu menyeka lem tak kasat mata yang menempel di kelopak mata mereka. Keduanya memicingkan mata menatap sekitar.

"Kalian berdua keluar. Silakan bersihkan buku yang ada di perpustakaan dan jangan masuk kelas sampai saya memanggil." titah Aksel menunjuk pintu kelas yang tertutup.

"Pak, perut saya sakit. Makanya saya tidur." Shey berusaha menawar sang suami. Bukan bohong jika ia berkata demikian. Perutnya memang benar sakit karena datang bulan.

"Saya juga pusing pak karena semalam begadang susah tidur. Saya ga enak badan pak." ucap Jeje. Pening di kepalanya masih terasa.

"Saya tidak butuh alasan kalian. Silakan keluar Shey dan Jessica. Keluar!" Aksel menekankan kata terakhirnya. Dengan mata tajam dan telunjuk mengarah ke pintu.

Sepertinya tidak ada kesempatan lagi untuk teman sebangku itu. Shey dan Jeje bangun dari duduk mereka. Berjalan bersamaan ke pintu yang ditunjuk Aksel. Sebenarnya ada kebingungan di kepala mereka kenapa tiba-tiba Aksel membentak begini. Biasanya mau bagaimanapun tingkah dua sahabat itu akan tetap dibiarkan.

Mungkin saja suasana hati laki-laki itu sedang buruk. Sebelum benar-benar keluar meninggalkan kelas, Shey menyempatkan diri menatap sang suami dengan tatapan datarnya.

Flashback end.

"Mas tadi bentak kamu karena temen-temen sekelas kamu mulai curiga. Ada yang bisik-bisik soal hubungan kita. Pak kepsek juga dapet laporan beberapa siswa yang bilang suruh menindaklanjuti kita. Intinya banyak yang mulai curiga jadi kita harus hati-hati."

Oh jadi begitu. Banyak hidung yang mulai mengendus hubungan istimewa antara guru dan siswi itu. Di kelas Shey juga sudah banyak yang menaruh curiga. Hingga beberapa dari mereka dengan sengaja mengadukan tidurnya Shey kepada Aksel. Untuk membuktikan dan melihat respon dari sang guru.

Soal Shey tidur tadi sebenarnya Aksel sudah tahu. Tetapi laki-laki itu pura-pura tak melihatnya karena sejak semalam Shey mengeluh sakit di bagian bawah perutnya. Karena menstruasi.

Shey manggut-manggut. Membatalkan ngambeknya pada sang suami.

"Huh, pada ngeselin banget. Padahal kita kan ga salah apa-apa. Kita juga nikah beneran engga buat dosa." sungutnya mengerucutkan bibir.

"Iya, padahal mas ngewe kamu pas udah sah."

Walaupun sedang sakit perut, Shey masih punya tenaga untuk memukul lengan suaminya itu. Biar saja. Siapa suruh sedang serius-seriusnya seperti ini malah membahas hal lain?

Sampai di rumah, wanita muda itu langsung menuju kamar di lantai dua. Diikuti Aksel setelah laki-laki itu menempatkan mobil di garasi.

Shey merebahkan dirinya telentang di atas kasur. Kakinya menjuntai masih menapak lantai. Tangan siswi SMA itu mengusap-usap perutnya sendiri yang terasa nyeri. Selalu seperti ini saat didatangi tamu bulanannya.

Melihat istrinya tak langsung ganti baju, Aksel inisiatif mendekati wanita kecilnya itu. Mengusap perut Shey dengan sedikit menunduk. Perempuan yang semula terpejam itu kemudian membuka mata.

"Sakit perutnya?"

Shey mengangguk.

"Sini gendong." Wanita muda itu merentangkan kedua tangannya dan membiarkan sang suami mengangkat ketiaknya. Shey digendong Aksel yang juga belum berganti pakaian.

"Kalo sakit biasanya diapain?"

"Minum yang anget. Dulu sama mama selalu dibuatin teh anget." jawab Shey. Posisinya kini memeluk erat sang suami dan merebahkan kepalanya di bahu Aksel.

"Mau mas buatin?"

Siswi SMA itu menggeleng. "Mau peluk aja. Sama perutnya diusap-usap."

Aksel mengangguk. Mengecup singkat hidung wanita muda yang tengah menatapnya itu. "Sambil tiduran aja ya. Biar kamu bisa langsung tidur."

Dari posisi berdiri, pasangan suami-istri itu berpindah ke kasur. Aksel tiduran lebih dahulu lalu disusul sang istri. Shey merangkak naik tidur menimpa suaminya. Tengkurap di atas tubuh Aksel.

"Kok tidurnya gini? Mas usap perutnya gimana, sayang?"

"Gini." Shey menarik tangan sang suami dan meletakkan di antara tubuhnya dan tubuh Aksel. Menyuruh laki-laki itu menggerakkannya naik-turun seperti gerakan mengusap.

Aksel menghela nafas. Mengikuti permintaan wanitanya itu walau agak kesulitan karena posisi tangannya yang terjepit.

Sembari perutnya diusap-usap demikian, Shey mengambil ponsel sang suami. Meminta izin kepada Aksel untuk menghabiskan kuota internet laki-laki itu untuk menonton film. Suaminya itu hanya mengangguk mengiyakan. Nanti ia bisa beli lagi. Biarlah sekarang wanita kecilnya itu menonton menggunakan ponselnya. Asal Shey tidak rewel.

Pemandangan di atas kasur itu benar-benar menunjukkan identitas mereka. Aksel masih lengkap dengan seragam gurunya yang berwarna cokelat. Sedangkan Shey mengenakan seragam putih abu-abu khas anak SMA dengan rok tersingkap karena polah tingkah wanita muda itu. Jika orang asing melihat mungkin akan dikira Aksel adalah guru cabul yang meniduri muridnya sendiri.

"Bobo." ucap Shey lirih. Tangannya mengusap mata yang terasa pedih. Terlalu lama menatap layar ponsel.

"Sini bobo aja. Mas usap-usap perut sama pantatnya."

Kedua tangan Aksel bekerja membantu istri laki-laki itu untuk jatuh terlelap. Karena lelah juga sakit, dengan mudahnya Shey terpejam. Dengkuran halus wanita muda itu terdengar.

Aksel mengamati bagaimana istri kecilnya terlelap. Bibirnya menyunggingkan senyum. Tidak pernah ada dalam pikirannya memiliki istri yang akan ia urus seperti putrinya sendiri begini. Benar-benar di luar dugaan tetapi laki-laki itu menyukainya.

———
gemas sekaliiii😹💗

MY HUSBAND TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang