part nya panjang nih ramein dongg
————
Senin menyambut. Tubuh Shey pegal-pegal saat baru bangun. Bukan karena salah posisi tidur atau sejenisnya tetapi karena digempur habis-habisan oleh sang suami. Sebabnya karena pertanyaan Jeje kemarin yang menanyakan ukuran 'adik' Aksel. Jadilah pergulatan panas di atas ranjang.
"Sarapan dulu, sayang." Aksel menyodorkan sepiring nasi goreng kepada sang istri yang sedang sibuk memakai sepatu. Wanitanya itu mengangguk mengiyakan.
Aksel mendekati Shey. Menyisir rambut istrinya menggunakan jarinya dan merapikan seragam muridnya itu. Ia seperti mengurus putrinya bukan wanita yang merupakan seorang istri. Walaupun begitu, mengurus Shey merupakan hal kesukaannya.
Shey menyantap sarapannya dengan sang suami yang setia berada di sebelah dan mengusap-usap kepalanya. Aksel sudah sarapan lebih dulu karena memang laki-laki itu selalu cepat dalam menyantap makanannya.
"Jangan lupa bawa topi, hari ini upacara." ucap Aksel mengingatkan saat Shey sudah selesai dengan sarapannya.
Sang istri mengangguk-angguk. "Udah bawa, ada di dalam tas aku." Wanita muda itu menunjuk tas di punggungnya. Aksel mengangguk.
Keduanya menuju mobil yang sedang terparkir. Aksel membukakan pintu untuk sang istri. Tetapi saat Shey akan masuk dan duduk ke kursinya, wanita itu seperti tidak bisa menjaga keseimbangan. Hampir jatuh, untung saja dengan sigap Aksel menahan.
"Gapapa, yang?" Shey mengangguk.
"Cuma itu kepleset dikit." jawabnya.
Baiklah. Aksel memilih percaya. Laki-laki itu masuk dari pintu kanan dan duduk di balik kemudi. Menyalakan dan menjalankan mobil miliknya melenggang berbaur dengan kendaraan-kendaraan lain.
Sesampainya di sekolah, keadaan tempat menuntut ilmu itu masih sepi. Belum banyak siswa siswi yang datang mungkin karena jam masih menunjukkan pukul enam pagi lebih lima belas menit. Mereka sengaja berangkat lebih awal dari mayoritas penghuni sekolah agar tidak perlu merasa terancam.
"Waktu istirahat jangan makan yang pedes-pedes. Nanti perut kamu sakit lagi." pesan Aksel kepada sang istri.
"Kalo pedesnya sedikit tetep ga boleh?"
Aksel menggeleng. "Makan yang ga ada sambelnya. Ga ada rasa pedesnya."
"Kalo pedesnya cuma sedikit sedikit banget, gimana?" Shey masih saja berusaha menawar. Dasar.
Apalagi dengan kedua mata yang menatap intens sang suami. Tatapannya yang menggemaskan itu loh. Aksel tidak kuat.
"Sayang..." Jika Aksel sudah memanggil demikian maka tidak ada tawaran yang bisa dilayangkan Shey lagi. Wanita muda itu tersenyum lebar dan terkikik kecil.
"Hihi iya maaf bapak. Nanti engga makan yang pedes-pedes." Shey menjabat tangan suaminya mengecup punggung tangan Aksel. Kemudian sedikit memajukan tubuhnya mengecup pipi sang suami. Barulah siswi SMA itu melambai dan turun dari mobil.
Aksel berpisah dengan sang istri. Wanita kecilnya itu menuju kelas sedangkan dirinya memarkirkan mobil.
Para siswa dan siswi lain mulai berdatangan. Sekolah yang tadinya sepi seperti tanpa penghuni langsung ramai dan penuh sesak. Apalagi teriakan-teriakan dan seruan memanggil satu sama lain yang memekakkan telinga.
"Lo bawa ga tugas kita kemarin?" tanya Jeje kepada teman sebangkunya.
Shey mengangguk. Menunjuk laci mejanya tempat menyimpan hasil kerajinan tangannya bersama Jeje.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HUSBAND TEACHER
Romance⚠️21+ MATURE CONTENT AGE GAP STORY ⚠️ ❝Bekas bibir kamu manis. Rasanya saya seperti sedang berciuman langsung❞ ❝Kamu mau dicium saya?❞ ❝Ehm, kamu telanjang dada juga? Sama seperti saya?❞ ❝Olahraga sama mas ga akan sakit-sakit. Kamu tinggal diem nant...