MHT 82

22K 489 16
                                    

vote komen yaa maap telat
othor liat-liat, vote sama komennya makin turun wkwk ga seru ya ceritanya?😁
bentar lagi selesai kok👍

dah ah baca aja
———

Aksel berubah. Bukan perubahan yang buruk tetapi tampak jelas bahwa itu bukan Aksel. Kini, laki-laki itu memiliki kebiasaan baru. Yaitu gemar mengelus-elus dan mengecup perut sang istri.

Menyapa buah hatinya yang bertumbuh di dalam sana sembari mengatakan; "Cepet keluar ya, orang-orang nungguin kamu keluar, papa nungguin mama kamu kosong biar bisa masuk."

Kurang ajar. Agak lain memang bapak-bapak satu ini. Tapi tidak apa-apa.

Sedangkan untuk Shey sendiri, tidak ada masalah untuk kehamilannya. Perempuan itu tidak merasa ada yang berbeda. Mungkin hanya tubuhnya yang terasa lebih berat untuk beraktivitas.

Mas suami untungnya juga membantu. Aksel menunjukkan berbagai kasih sayangnya dalam segala bentuk. Selalu siap sedia berada di sebelah Shey.

Memijit kaki perempuan itu kala istrinya merasa pegal-pegal, menyiapkan makanan Shey dan meminta muridnya itu untuk diam saja di kamar, selalu memasang diri jika Shey sedang ingin bermanja-manja.

Untuk masalah sekolah, Shey masih melanjutkannya. Perut perempuan itu belum terlalu besar jadi masih bisa ditutupi. Toh, waktu sekolahnya hanya tinggal beberapa bulan saja. Nanti setelah melakukan ujian akhir ia akan meminta libur kepada pak kepala sekolah.

Walaupun, kedua orang tua juga kedua mertua wanita muda itu sudah menyarankan agar Shey meneruskan belajar secara pribadi di rumah dengan memanggil guru atau home schooling. Tetapi Shey merengek ingin tetap bersekolah seperti biasa. Dan ya mau bagaimana lagi. Tidak ada yang bisa membantah permintaannya.

Latar pagi ini adalah waktu di mana seharusnya pasangan suami-istri itu berangkat ke sekolah. Pagi cerah dengan keduanya yang sudah bangun membuka mata. Bahkan sudah bersiap-siap.

Nampak Shey sedang berdiri di depan cermin entah melihat apa. Sesekali tubuhnya berputar seperti mengecek keseluruhan seragam yang ia kenakan.

Tak begitu lama sang suami muncul. Dengan lengan tergulung dan kaki basah--sebab baru dari kamar mandi--Aksel mendudukkan pantat di tepi ranjang. Menghadap punggung sang istri yang membelakanginya.

"Mas Aksel," panggil Shey semi merengek dengan membalik tubuh.

"Seragamnya." Perempuan itu menunjuk bagian depan kemeja putih seragam sekolahnya. Tepatnya di bagian dada.

Aksel memperhatikan tempat yang ditunjuk sang istri. Kancing seragam istrinya itu hampir lepas sebab tertekan payudara besar Shey. Samar-samar warna tanktop putih di dalamnya, terlihat di antara celah yang terbentuk.

"Ini juga." Shey kembali memutar tubuh dan memperlihatkan bagian belakang tubuhnya. Daerah pantat langsung menjadi perhatian Aksel.

Perempuan itu tampak lesu. Bagaimana tidak? Hampir semua seragamnya tidak bisa dikenakan. Kancing yang menghiasinya--terutama yang berada di daerah dada--hampir lepas sebab gundukan montok nya itu yang semakin membesar.

Ulah siapa lagi kalau bukan Aksel. Melihat payudara istrinya yang tampak lebih berisi, membuat laki-laki itu semakin nafsu untuk mengeksekusinya. Setiap hari meminta susu dengan alasan sebagai ganti karena tidak ada hubungan badan. Belum lagi tangan Aksel yang gencar meremas gemas buah dada Shey saat akan tidur atau saat ada kesempatan.

"Huh." Shey mendengus. Memperhatikan lagi dirinya di pantulan cermin. Memang yang lain tidak ada perubahan. Tetapi dua tonjolannya, yang berada di depan dan belakang, berkembang pesat. Perutnya tampak menggembung namun hanya sedikit.

Seperti vampir yang bisa berpindah tempat dengan teleportasi, tiba-tiba saja Aksel yang semula duduk manis di tepi ranjang, kini sudah berdiri di belakang istrinya. Memeluk Shey dari belakang dengan kedua tangan yang memegang di tempat berbeda. Yang satu di bawah dada perempuan itu, sementara yang satunya ada di bawah perut.

Hidung mancung Aksel menabrak leher Shey. Membuat istrinya itu menengok hingga wajah keduanya bertemu.

"Kamu makin montok gini, mas makin sange liatnya."

"Tiga hari yang lalu udah ya, mas. Dua hari lagi baru jadwal selanjutnya." ucap Shey berusaha tidak terpengaruh oleh suara berat bernafsu itu.

Satu lagi yang lupa tersampaikan. Layaknya pasangan suami-istri pada umumnya yang butuh asupan kepuasan dari satu sama lain, Aksel dan Shey tetap melakukan hubungan intim mereka.

Namun jika dulu seminggu bisa tiga kali bahkan lebih, untuk sekarang keduanya benar-benar membatasi. Aksel hanya bisa masuk lubang dua kali atau terkadang yang paling parah hanya sekali dalam seminggu. Laki-laki itu tau jika buah hatinya juga bisa merasa bosan kalau terlalu sering dijenguk.

Syukurlah Aksel paham dan bisa mengendalikan hasratnya. Tidak terlalu memaksa Shey kecuali penisnya benar-benar ingin dijepit lubang.

"Diambil sekarang aja gimana, yang?"

"Diambil sekarang tapi dua hari lagi ga ada ya."

Aksel bimbang. Pilihan yang dihadapkan padanya bagai kotak pandora. Mau diminta sekarang tapi takut kalau besok ia ingin lagi. Tetapi untuk menunggu dua hari dirinya sangat kurang sabar.

"Yaudah besok itu aja. Nanti mas bisa coli." ucapnya lesu. Padahal dulunya, ia selalu bisa meminta hal 'itu'. Tanpa batasan dan sepuasnya. Tetapi sekarang, huft harus tau diri. Salahnya juga sudah menghamili Shey.

Perempuan itu merespon dengan usapan di punggung tangan sang suami. Shey tertawa kecil. Suaminya itu nampak tersisa. Sampai sini ia benar-benar bisa melihat bukti ucapan Aksel yang tidak bisa hidup tanpa vaginanya.

"Kangen memek."

"Berangkat aja yuk, mas." Shey mengalihkan topik pembicaraan. Ia gampang luluh apalagi hanya dengan mendengar rengek melas sang suami.

Aksel mengangguk. Mengambil tas miliknya, juga milik sang istri. Membawa kedua-duanya masing-masing di bahu dan tangan. Tak lupa sebelum masuk mobil, laki-laki itu membukakan pintu untuk wanitanya.

"Nanti di sekolah, kalo mau makan apa-apa liat dulu ya. Bumil harus jaga makan, jangan kebanyakan makan yang pedes, Bu. Nanti sakit perut."

Shey mengangguk. "Iya, mas gantengg." Tersenyum manis.

Aksel menyerahkan sweater yang tersimpan di dalam tas kertas, di kursi belakang. Memberikannya untuk sang istri yang mengerutkan kening.

"Buat nutupin seragam kamu yang udah mau robek. Nanti pulang sekolah mas beliin. Sekarang tutupin pake ini dulu ya." ucapnya sembari memakaikan kain itu di tubuh Shey. Istrinya mengangguk-angguk, tersenyum dan mengucapkan terima kasih.

Shey sempatkan mengecup pipi sang suami sebelum beranjak. Laki-laki itu juga membalas dengan hal yang sama. Tetapi lebih banyak. Di kening, pipi, hidung dan bibir Shey. Tak lupa perut perempuan yang kini sedang mengandung buah hatinya itu.

"Hati-hati ya." Telapak tangan Aksel mengusap-usap di sana. Ada keinginan besar untuk mengantarkan Shey sampai ke kelas bahkan sampai wanitanya itu duduk manis. Tetapi keadaan sekolah yang sudah ramai mengurungkan niatnya.

Perempuan itu mengacungkan jempol. Keluar dari mobil dengan membawa tas di bahu. Menuju kelasnya dengan langkah riang.

Aksel memandangi punggung sang istri yang semakin menjauh. Menghela napas.

"Semoga anak sama istri gue sehat." ucapnya berdoa.

"Dan buat anak gue, semoga cepet lahir biar gue bisa ngewe mamanya lagi." Kali ini doa yang ia panjatkan lebih sungguh-sungguh.

———
emang kurang ajar bapak-bapak satu ini

MY HUSBAND TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang