MHT 33

40K 957 118
                                    

hawlooo!!! votmen yaa

readers book ini keren bgt udah 45k aja yg baca🔥🔥 meningkat drastis

———

Di tengah ramainya kelas IPS itu, seorang perempuan sedang tertidur dengan wajah menghadap ke meja di depannya. Beralaskan buku-buku sebagai bantal, wanita muda itu seolah tidak terganggu dengan suara bising dari teman-teman sekelasnya yang sedang pesta karena jam pelajaran kosong.

Sampai pulang pun, Shey seperti tidak sadar dan tidak peduli. Hanya sibuk dengan tidurnya yang begitu nyenyak itu.

Jeje yang merupakan teman sebangku istri Aksel itu hanya geleng-geleng. Tidak berani membangunkan Shey karena sahabatnya itu terlihat begitu lelap tertidur. Pilihannya jatuh pada menelepon suami dari Shey.

"Maap ya, Shey, pinjem hp lo bentar. Gue ga berani chat pak Aksel pake hp gue. Jadi gue pinjem hp lo aja ya," Dengan gerakan lembut dan pelan, berusaha tidak mengusik Shey, Jeje mengambil ponsel temannya itu yang kebetulan berada di laci. Walaupun keberadaannya terdengar mudah dijangkau, tetapi percayalah tidak semudah itu karena Shey yang tidur menempel dengan meja.

Gadis dengan nama dada Jessica itu membuka ponsel sahabatnya. Dikunci dengan kata sandi sih, tapi ia tahu karena Shey pernah menunjukkannya sendiri. Jeje pun langsung menuju kontak dan mencari nomor sang guru. Karena tidak tahu dengan nama apa Shey melabeli kontak Aksel, gadis itu pun memilih mencocokkan dengan nomor yang ada di grup sekolah.

Jika kalian bertanya-tanya kenapa Jeje tidak langsung menghubungi Aksel karena pasti lebih mudah, cepat dan tidak ribet? Jawabannya adalah karena Jeje takut sang sahabat salah paham dengannya. Sekalipun yang ia hubungi itu adalah laki-laki beristri, bukankah di situ yang menjadi masalahnya? Jeje tidak mau hanya karena pesan itu ia dicap sebagai perusak rumah tangga orang. Apalagi orang itu adalah sahabatnya sendiri. Memang sebegitu berartinya kata sahabat untuk seorang Jessica.

Dengan sekali tekan sambungan telepon kepada Aksel berhasil dibuat. Hanya dalam hitungan detik pula laki-laki di seberang itu mengangkat telepon dari nomor sang istri. Mengucapkan kata sambutan seperti biasa.

"Halo, ada apa, sayang? Udah pulang?"

"Anu, pak. Ini bukan Shey tapi Jeje. Saya cuma mau ngasih tau kalo istri bapak ketiduran di kelas. Mau saya bangunin tapi ga enak soalnya tidurnya nyenyak banget. Saran saya, bapak langsung ke kelas aja buat jemput Shey. Entah digendong atau apa."

Dalam satu kali tarikan nafas Jeje mengatakan itu semua. Tidak ingin berlama-lama membuat panggilan dengan suami sang sahabat. Sekali lagi perasaan Shey begitu penting untuk ia jaga.

Aksel menjawab dengan persetujuan. Laki-laki itu akan menuju kelas sang istri untuk melihat bagaimana keadaan wanitanya. Bergegas, ia keluar dari mobil. Melangkah menuju kelas Shey.

Di dalam kelas matanya menangkap sang istri sedang tertidur pulas dengan berbantal buku. Seolah tidak sadar bahwa keadaan kelas sudah sepi tanpa penghuni ramai. Hanya ada tiga orang itupun mereka. Di sebelah Shey ada Jeje yang juga meletakkan kepala di meja. Tetapi jari-jarinya menggulir ponsel.

Langkah sol sepatu mengenai lantai membuat Jeje bangun. Gadis itu tersenyum kaku kepada sang guru. Aksel hanya mengangguk dan tersenyum lalu menghampiri Shey. Dengan berdiri di sebelah wanita muda itu.

"Sejak kapan dia tidur gini?" tanya Aksel dengan tangan mengusap-usap kepala Shey. Membuat istrinya itu semakin merasa nyaman dalam tidurnya.

"Setelah jam matematika tadi. Dua jam terakhir gurunya ga datang jadi Shey tidur. Katanya pusing karena abis ulangan matematika."

Jawaban Jeje mengenai sang istri membuat Aksel tertawa. Laki-laki itu agak menunduk untuk mengecup puncak kepala Shey. Jeje yang melihat itu langsung mengalihkan pandangan pura-pura tidak mengetahuinya.

"Shey saya ajak pulang sekarang aja. Kamu mau pulang kapan?"

"Sekarang juga pak. Kan saya di sini buat jagain Shey sampai dijemput bapak."

Aksel mengangguk-angguk. Mengambil tas sang istri yang tergantung di sandaran kursi. Jeje membantu membereskan barang-barang sang sahabat yang ada di laci dan meja. Memasukkan ke dalam tas wanita muda itu sesuai instruksi sang guru.

Shey digendong oleh sang suami seperti koala. Wanita muda itu menempelkan pipinya ke pipi Aksel. Kebiasaannya setiap kali berada di pelukan laki-laki itu. Padahal matanya terpejam, tetapi seperti bisa mendeteksi bahwa yang menggendongnya ini mas suami tercinta.

"Mmm... Mas Aksel monster pohon..." ucap Shey dalam tidurnya. Entah istri Aksel itu bermimpi apa sehingga mengatakan sang suami sebagai monster pohon. Memang pikiran perempuan yang diisi dengan hal-hal fiksi jadi banyak tidak masuk akalnya. Membuat Aksel tertawa kecil dan geleng-geleng.

Jeje pamit untuk pulang terlebih dahulu kepada Aksel. Sedangkan laki-laki itu masuk ke mobil untuk duduk di kursi kemudinya dengan agak kesulitan. Karena ada Shey yang ia gendong di depan. Rencananya ia akan menyetir dengan memangku Shey. Tidak sampai hati membiarkan wanitanya yang tidur untuk duduk seorang diri.

Setelah berusaha, Aksel pun berhasil. Tubuh istrinya yang kecil memang mudah untuk ia peluk tetapi keadaan tubuh Shey yang menempel pada tubuh besar Aksel, menyusahkan itu. Jadi masalahnya ada di Aksel.

Shey langsung mengeratkan pelukannya dan menempelkan kepala di dada sang suami. Tidur berbantalkan benda keras itu.

Tangan Aksel menepuk-nepuk punggung sang istri agar wanita kecilnya itu dengan segera terlelap. Baru saat mata Shey kembali terpejam sempurna, laki-laki itu menjalankan mobilnya. Sesekali mengecup pipi Shey yang nemplok padanya.

Lampu merah membuat Aksel menghentikan kendaraannya. Ia sempatkan membelai rambut dan wajah sang istri. Menyingkirkan helaian benda itu menutupi wajah cantik wanitanya itu. Tangannya menggapai air dalam kemasan untuk ia teguk.

"Ahh..." Aksel mendesah lega saat air menyegarkan itu melewati batang tenggorokannya. Segar sekali apalagi cuaca di luar sedang panas-panasnya.

Tin tin. Klakson dari kendaraan di belakangnya membuat laki-laki itu terkejut. Karena perasaan terkejutnya itulah Aksel secara tidak sadar menyemburkan air yang diminumnya. Beruntung hanya sedikit. Tetapi menetes membasahi Shey.

"Astagaa..." gumamnya.

Aksel menjalankan mobilnya terlebih dahulu sebelum menyeka wajah sang istri. Daripada pemilik kendaraan di belakangnya terus menekan klakson yang mengganggu indra pendengaran. Sudah panas-panas, ditambah dengan suara klakson yang memekakkan telinga. Sungguh kombinasi yang menyebalkan.

Mobil mewah itu berjalan perlahan-lahan. Sampai berhenti di pinggir jalan yang lumayan sepi. Aksel menggapai tisu lalu mengusapkannya ke wajah Shey. Untung saja, istrinya itu sedang terlelap. Coba saja kalau wanita itu bangun. Mungkin ia akan habis dilahap Shey.

"Hujan banjir hmm..." gumam siswi SMA itu dalam tidurnya. Menggaruk wajahnya yang terasa geli.

"Sstt sstt..." Tangan Aksel secara teratur menepuk pantat istrinya.

"Kayaknya pusing banget ngerjain ulangan matematika sampe kena air ga kebangun. Syukur deh, jadi ga rewel."

———
spam untuk dobleh up👹

MY HUSBAND TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang