MHT 49

33.5K 740 40
                                    

penumpang kapal Jamal-Jeje mana nihh? hohoho

VOTMEN YAAA!!

share reading list kalian dunkk mau bacaaa, yg 21+ klo bisa 🙊

———

Ketika Aksel dan Shey sampai di restoran yang sudah ditentukan untuk makan malam, keduanya sudah menemukan Jeje dan Jamal duduk dalam satu meja. Bersebelahan dan terlihat saling diam.

"Maaf ya kami telat, tadi ada sedikit masalah." ucap Shey sembari menarik kursi yang ada di depan sahabatnya. Duduk tanpa disuruh.

Aksel ingin tertawa mendengar ucapan yang dilontarkan istrinya. Masalah apa yang dimaksud Shey itu? Apakah masalah yang membuat mereka enak sampai 'keluar' banyak?

Jeje mengangguk. "Gue juga baru sampe."

"Udah pesen?"

Pak Jamal merespon dengan gelengan. "Belum. Nunggu kalian datang dulu biar bisa barengan." ucapnya.

Keempatnya memesan makanan untuk santap malam kali ini. Sesuai selera dan keinginan masing-masing. Makan malam pun dimulai saat hidangan terhidang di atas meja. Ucapan selamat makan diucapkan.

Aksel menarik piring sang istri. Mengambil pisau dan garpu lalu memotong-motong daging itu menjadi potongan-potongan kecil. Lebih tipis dan ramah untuk dilahap Shey. Memang ini adalah kebiasaannya setiap akan makan terutama menu yang akan disantap adalah daging. Selalu memprioritaskan istrinya yang asyik senyum-senyum.

"Sini, aaa dulu." Aksel menusuk daging mengkilap oleh bumbu berwarna cokelat itu menggunakan garpu dan mengarahkannya ke mulut Shey yang terbuka.

"Aaaaa...." Dengan mudahnya Shey menerima daging lembut itu. Mengunyahnya hingga halus dengan senyum lebar mengembang menampakkan gigi ratanya.

Tanpa sadar, atau mungkin refleks, Jamal menoleh ke arah Jeje setelah melihat pasangan suami-istri di depannya. Rupanya Jeje juga melihat ke arah Aksel dan Shey.

Saat sadar ada yang memperhatikan, Jeje menoleh ke samping, ke arah Jamal. Alisnya menukik penuh tanya.

"Kenapa bapak liatin saya?"

Jamal menggeleng. Tetapi berbeda dengan gestur yang ditunjukkannya itu, Jamal justru berucap; "Kamu ga mau kayak gitu juga?"

Sontak Jeje melotot. Begitupun dengan Shey dan Aksel yang langsung menghentikan acara suap-suapan mereka. Memandang bersamaan ke arah Jamal yang super duper berani itu.

Pipi Jeje memanas dan langsung mengalihkan pandangan. Menggeleng cepat menolak.

"Bapak suap-suapan sama tembok aja. Saya masih punya tangan." ucapnya meretakkan hati si om-om pedo, Jamal.

Pasangan suami-istri yang menjadi pelopor inginnya Jamal untuk suap-suapan itu menghentikan kegiatan mereka. Takut semakin menuangkan bensin di kobaran hati Jamal yang sedang patah hati. Karena mendapat penolakannya.

"Aku mau makan sendiri." ucap Shey menarik piringnya. Aksel mengangguk mengiyakan. Laki-laki itu mengambil kain yang ada di atas meja.

"Pake ini dulu. Baju kamu warna putih, gampang kotor." ucapnya sembari memasangkan kain itu di leher dan meletakkannya di paha Shey.

Shey menurut saja. Setelah suaminya itu selesai, ia langsung menyantap makanan yang ada di piringnya.

Sebenarnya Jamal ingin melakukan hal yang sama pada Jeje. Memasangkan atau minimal mengingatkan soal kain itu agar pakaian Jeje tidak kotor. Tetapi baru akan berucap, guru sosiologi itu terhenti karena si gadis yang terlebih dahulu menyambar kain di meja. Secara tidak langsung menolak Jamal untuk kedua kalinya.

MY HUSBAND TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang