MHT 32

45.4K 869 13
                                    

vote komen

———

Liburan singkat di rumah nenek kakek Aksel selesai juga. Aktivitas sebagai pelajar dan guru mereka jalani. Dengan setiap hari libur—Sabtu dan Minggu—yang mereka manfaatkan untuk benar-benar membersihkan pikiran. Refreshing lah istilahnya.

"Mas Aksel, hari ini aku ada ulangan harian matematika. Doain aku ya!" Shey mengepalkan tangannya kepada sang suami saat akan berpisah di dalam mobil.

Aksel mengangguk. Melakukan hal yang sama seperti sang istri. "Semoga istri mas nilainya bagus. Trus ga remedial. Istri mas pasti dapet nilai yang terbaik."

"AMIIN!!" Shey mengaminkan ucapan sang suami dengan berteriak dan mengusapkan dua belah tangannya ke wajah. Semoga saja ucapan Aksel dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa.

"Salim dulu, sayang." Aksel menyodorkan tangannya agar dijabat dan dicium di bagian punggung oleh sang istri. Shey langsung menerima uluran tangan itu dan melakukan seperti kebiasaannya setiap pagi sebelum berpisah.

"Salim sama papa." ucap wanita muda itu terkekeh.

Shey mengangkat sedikit pantatnya lalu mendekatkan wajah ke pada sang suami. "Cium papa sebelum berangkat sekolah." ucapnya lalu mengecup kedua pipi Aksel bergantian.

"Dadah papa! Nanti jemput aku ya, jangan sampai telat!" Tangan siswi SMA itu melambai sedangkan dirinya tertawa. Hahaha, sudah seperti anak yang diantar ayahnya ke sekolah.

Perpisahan di sekolah antara pasangan suami-istri itu. Shey menuju kelasnya sedangkan Aksel menuju ruangannya untuk menyiapkan bahan-bahan atau materi mengajarnya hari ini.

Di ruangannya, Aksel sedang menyantap sarapan. Karena ulangan harian Shey hari ini, wanita muda itu merengek ingin berangkat lebih pagi jadilah mereka tidak sempat menyantap makanan. Dan sebagai suami yang baik Aksel hanya menuruti permintaan istrinya itu.

"Ini nanti buat kelas sepuluh yang ada ulangan harian, ini materi kelas sebelas hari ini," Sembari menyantap masakan sang istri dari kotak makan, Aksel mengelompokkan tumpukan bukunya menjadi satu. Untuk bahan ajar murid-muridnya hari ini.

Sedangkan di kelasnya, istri laki-laki itu sedang sibuk mempelajari rumus dan soal-soal latihan dari bukunya. Tidak terlalu memaksa untuk menghafal rumus-rumus karena percuma kalau hafal tapi tidak paham bagaimana penerapannya.

Wanita muda itu beberapa kali mengangguk-angguk saat berhasil menemukan sebab munculnya angka-angka baru.

"Woi!" teriak seseorang tepat di telinga Shey. Sengaja mengageti siswi SMA itu.

"Apa sih, Je?! Ngagetin aja." sungut Shey. Jeje sangatlah iseng. Lihatlah sekarang bagaimana teman sebangkunya itu justru tertawa tanpa dosa dan tanpa bebannya. Benar-benar ya.

"Bu Reyan lagi belajar nih." goda Jeje tersenyum.

"Lagi makan anoa." sinis Shey membalas ucapan sang sahabat. Sebenarnya ia sedang menahan malu karena dipanggil dengan nama belakang sang suami.

"Minta pak Aksel naikin nilainya aja napa. Ga usah cape-cape belajar daripada mumet sendiri."

"Mas Aksel guru geografi ya Je kalo kamu lupa." Shey membalas dengan ekspresi datarnya.

"Ya maksud gue suruh bujuk pak Hamdan kalo nilai istrinya yang namanya Shey Reyansyah suruh naikin. Sekalian dah sama nilai temen sebangkunya." ucap Jeje sembari menaik-turunkan alisnya.

Shey menggeleng. "Ga mau, ah. Kamu sendiri aja sana minta ke pak James pacar kamu itu. Minta naikin nilai."

"Enak aja! Lo tuh yang pacarnya pak Jamal. Masa gue!" seru Jeje tidak terima dengan tuduhan yang dilayangkan sahabatnya itu. Enak saja ia dijodohkan dengan Jamal yang sensiannya mengalahkan perempuan kala sedang haid.

MY HUSBAND TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang