MHT 27

52.3K 1.2K 20
                                    

WOII KOK UDAH 30K AJA ANJAYYYY?!?!

votmen ya, ramein tiap paragraf
cuma pake itu kok bayarnya

E N J O Y

———

Akhirnya, sampai juga mereka di Lombok. Semua penumpang bis turun dan bersorak-sorai saat kendaraan yang membawa mereka berhenti di sebuah pantai. Siswa-siswi SMA itu berhamburan keluar memencar bermain pasir, air dan sejenisnya.

Sebagai pasangan suami-istri yang harus diam-diam, Aksel dan Shey turun belakangan. Sebenarnya Aksel sudah turun terlebih dahulu dan menunggu istrinya di dekat pintu. Sembari pura-pura mengobrol dengan supir bis.

"Mau makan dulu?" tanya Aksel. Kedua manusia berpasangan itu memisahkan diri dari tempat yang kiranya banyak kerumunan. Jeje mengekor tetapi agak di belakang.

"Masih kenyang tadi makan roti banyak banget." jawab Shey menepuk-nepuk perutnya yang terasa penuh.

Pasangan suami-istri itu duduk-duduk di pasir beralaskan daun yang diambil Aksel. Duduk bersebelahan dan saling menempel. Orang-orang tidak akan bisa melihat mereka karena ada daun-daun melambai yang menutupi Aksel dan istrinya.

"Abis ini kita langsung ke hotel ya, mas?" tanya Shey. Aksel kan guru. Pasti tau semua jadwalnya.

Suami wanita muda itu mengangguk. "Kamu duduk sini deh, sayang." Laki-laki itu menepuk bagian kosong yang berada di antara pahanya. Menyuruh sang istri duduk di sana sesuai kemauannya.

Shey berpindah dari tempat duduknya ke tempat yang diminta Aksel. Tubuh wanita muda itu langsung dipeluk erat oleh suaminya dari belakang.

Kecupan mesra ditinggalkan Aksel di pipi sang istri. Dagunya berada di bahu Shey. Mata keduanya fokus ke depan menatap keindahan pantai yang memamerkan debur ombaknya. Orang-orang berlarian ke sana ke mari menunjukkan keramaian tempat berair itu.

"Mas sayang kamu."

"Aku juga sayang, mas."

Aksel sudah bersiap mendekatkan wajahnya untuk menyerbu bibir Shey. Berciuman di tempat sepi seperti ini seperti asyik untuk dilakukan. Apalagi ada sensasi seperti takut tepergok oleh penghuni sekolah lain yang turut dalam tur kali ini.

Tinggal satu senti lagi bibir dua insan itu menempel. Bertemu menyalurkan rasa rindu sama lain.

"Maaf pak Aksel, Shey bestie gue, udah ganggu kalian. Tapi kata pak kepsek semuanya disuruh kumpul buat makan siang." Suara yang amat mereka kenali sebagai suara Jeje.

Pasangan itu mendongak dan benar, mata mereka menangkap sahabat Shey tengah menunduk. Sepertinya Jeje benar-benar menghargai privasi temannya dan sang suami. Tidak mau mengganggu aktivitas suami-istri itu.

Shey mengangguk dan mengucapkan terima kasih kepada Jeje. Wanita muda itu berdiri dan membersihkan pasir-pasir yang menempel di celananya baru kemudian membantu sang suami berdiri.

"Ahh... Mas berat banget." Shey sampai tersentak ke belakang saat berhasil membantu Aksel berdiri. Laki-laki yang dibantunya itu hanya terkekeh dan mengecup keningnya.

"Aku sama Jeje ya, mas." pamit wanita kecil Aksel. Laki-laki itu hanya mengangguk dan membiarkan istrinya melenggang pergi bersama sahabat wanitanya itu.

Rombongan studi tur sekolah menengah atas itu memenuhi restoran yang berada tak jauh dari pantai. Suasana ramai dan riuh mendominasi makan siang kali ini. Siswa-siswi itu saling menjahili satu sama lain meramaikan suasana.

Sesekali pasangan suami-istri yang duduk berhadapan tetapi berbeda meja itu saling melirik. Tersenyum dan mengacungkan sendok seolah sedang saling menyuap.

Shey mengarahkan sendoknya dari depan dengan lengan agak dicondongkan dari arah yang sama seolah ada yang sedang menyuapinya. Perempuan muda itu tertawa dengan menggigit sendok di mulutnya. Menimbulkan senyum dari wajah Aksel.

"Suami-istri kalo jauh-jauh an beda ya." sindir Jeje menggoda sahabatnya. Shey hanya tertawa kecil menanggapi gurauan gadis di sebelahnya itu.

Tidak begitu lama rombongan itu tinggal berdiam di pantai. Guru-guru yang bertugas mengawasi muridnya di setiap bis menginstruksi para anak didiknya masuk ke dalam kendaraan itu dan duduk manis. Karena bis akan segera menuju tempat tujuan selanjutnya.

Tempat tujuan kali ini lebih seperti bukit tetapi ada cekungan mirip danau dengan air jernih berwarna biru. Terlihat menyegarkan dan menyejukkan mata apalagi tanah yang mereka injak tertutupi rumput-rumput hijau.

Shey membentangkan tangannya seolah menyambut angin segar mengenai wajah dan tubuhnya. Wanita muda itu berdiri di pinggiran bukit yang bagian bawahnya sudah danau.

"Jangan terlalu deket ujung, nanti kalo ada yang iseng trus dorong kamu gimana? Agak ke tengah aja, sayang." Sebuah tangan melilit perut Shey dan menarik wanita muda itu mundur. Siapa lagi yang memanggil Shey 'sayang' jika bukan mas suami tercinta.

"Ih, mas. Aku kaget tau, kirain siapa. Abisnya tiba-tiba peluk perut gitu." Shey memukul kecil lengan suaminya. Istri Aksel itu celingukan melihat sekitar.

"Pada ke mana, mas?"

"Bu Prita bagi-bagi roti di sana." jawab Aksel menunjuk ke belakang. Wanita kecil laki-laki itu sedikit menggeser tubuh hingga bisa melihat kerumunan tengah berkumpul mengelilingi satu titik. Pantas saja Aksel berani memeluk Shey di tempat umum seperti ini.

Keduanya seperti kekurangan waktu untuk bermesraan. Sampai berani-beraninya menantang rombongan tur lain dengan berpelukan seperti dalam film Titanic. Adegan Jack dan Rose kala di dek kapal.

Shey menepuk-nepuk punggung tangan sang suami yang berada di perutnya. Meminta Aksel melepaskan pelukannya. Laki-laki itu pun segera berdiri tegak seperti tidak terjadi apa-apa saat mendengar suara berisik mendekat ke arah mereka. Guru geografi itu pura-pura berdiri dan memandang ke depan di sebelah Shey. Menautkan tangannya di belakang punggung.

"Nih roti," Jeje yang rupanya turut mengantri untuk mendapatkan roti datang menyodorkan salah satunya kepada sahabatnya.

"Widih, ada bapak di sini. Pasti abis ngapa-ngapain nih." ucap Jeje saat melihat suami temannya berdiri tak jauh di sebelah Shey.

"Hus!" tegur istri Aksel. Menyuruh sahabatnya diam karena takut terdengar oleh siswa-siswi yang lalu lalang.

Aksel hanya tersenyum menanggapi. Laki-laki itu menyenggol lengan istrinya pamit karena pak kepala sekolah memanggilnya untuk berfoto bersama. Bersama guru-guru lain yang sudah berkumpul membentuk deretan.

Shey membalikkan tubuhnya untuk melihat acara foto bersama itu. Jeje pun demikian. Mata keduanya bisa melihat bahwa bu Sinta yang centil itu sengaja berdiri di sebelah Aksel. Padahal tadi ia berada di deret belakang.

Tangan Shey terkepal dan bibirnya mengerucut. Wanita muda itu mendengus apalagi saat melihat guru fisika itu dengan sengaja menempelkan payudaranya di bahu Aksel. Sungguh, ingin rasanya Shey memotong buah dada yang tidak seberapa besar itu. Halah palingan masih bagus payudaranya. Masih kencang tidak seperti milik bu Sinta yang sudah kendor karena sudah tua. Bukan saingan selevel, wlee.

Untung saja Aksel peka. Sesuai janjinya dan sesuai penglihatannya yang menangkap Shey tengah mengerucutkan bibir, laki-laki itu berpindah posisi menjadi bersama para guru laki-laki. Bu Sinta yang memang dasarnya gatal tentu berusaha mengejar Aksel. Tetapi bu Dina yang sepertinya jengah jadi bersuara.

"Bu Sinta jangan kejar-kejar pak Aksel dong. Diem di tempat aja nanti fotonya ga mulai-mulai. Lagian jadi perempuan kenapa cari perhatian banget sih, udah tau ditolak masih aja nyari-nyari." Uhh, pedas.

Bu Sinta hanya mendengus dan kembali pada posisinya. Tidak berani membantah karena bu Dina adalah guru senior di sini.

Shey tersenyum puas saat pelakor yang gatal dengan suaminya itu disentak. Haha, mampus.

———
maap baru up, othor miskuin kuwota😓😖😞😩😢

double up spam duluuuuuuu

MY HUSBAND TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang