MHT 58

30.3K 599 20
                                    

dobleh up nihh😹 othor seneng dehh di part sebelumnya lumayan yg komen hihi
pinter bgt kalian nyenengin othor

YOK YOK KUMPUL!!! KOMEN LAGI ANJAYYY BIAR OTHOR MAKIN SEMANGAT UPDATE PART BARU GITU LOHHHH

———

Pagi kedua di Surabaya. Pasangan suami-istri itu memilih untuk menikmati sarapan di luar. Tetapi sebelum itu, keduanya ingin berlari pagi sekeliling kompleks perumahan Aksel.

Shey dan Aksel sudah siap dengan pakaian khas yang dikenakan untuk berolahraga pagi. Wanita muda itu mengenakan sweatpants dan crop hoodie dengan warna senada, putih. Juga sepatu kets melengkapi. Sedangkan sang suami hanya memakai celana pendek selutut dengan atasan kaos putih. Tak lupa sepatu olahraga membungkus kaki laki-laki itu.

Si wanita sedang melakukan peregangan di depan rumah sembari menunggu Aksel yang masih kencing. Saat sang suami datang, barulah keduanya mulai berlari-lari kecil. Menyusuri jalanan kompleks yang mulus seperti sirkuit balapan.

"Pak Slamet..." sapa pasangan suami-istri itu bersamaan kepada pak Slamet yang kebetulan sedang berada di halaman rumah laki-laki tua itu.

"Eh, mas Rey sama mbak. Mau ke mana to pagi-pagi kok udah berduaan aja?"

"Ini pak mau lari pagi. Sekalian cari sarapan. Pak Slamet mau ikut?" balas Aksel dengan pertanyaan juga di akhir kalimatnya.

Pak Slamet menggeleng. "Saya masih ada tugas rawat tanaman ini. Kalo kabur, bisa-bisa nyonya marah." Laki-laki tua itu menurunkan volume saat mengatakan kalimat keduanya. Memasang gaya berbisik seolah yang tidak ingin yang dikatakannya itu terdengar orang lain.

Aksel dan Shey serempak tertawa. Nyonya yang dimaksud pak Slamet adalah sang istri. Hahaha, rupanya laki-laki tua itu termasuk dalam golongan suami-suami takut istri.

Keduanya lanjut berlari. Lari kecil untuk Aksel karena menyesuaikan langkah sang istri yang lebih kecil darinya.

"Istri mas larinya pelan banget sih." goda Aksel tersenyum.

Shey langsung memasang wajah sinisnya. "Iya-iya, mentang-mentang tinggi, huh. Sombong banget istrinya sendiri dikatain." ucapnya bersungut-sungut.

Aksel tertawa dibuatnya. Laki-laki itu memperhatikan sekitar seiring dengan langkah larinya. Suasana di kompleks perumahannya tidak terlalu banyak berubah. Masih asri dan sejuk. Membuat siapapun nyaman berada di sana.

Oksigen yang melimpah karena banyaknya pepohonan juga tetangga ramah tidak anti sosial. Sepertinya ia harus sering-sering mengajak Shey ke sini untuk sekedar menengok rumahnya atau benar-benar liburan. Istrinya itu pasti butuh suasana baru dari kehidupan mereka biasanya.

Ngomong-ngomong soal istri. Aksel baru sadar jika tidak ada yang berlari di sebelahnya. Laki-laki itu menengok ke kiri dan ternyata kosong. Tidak ada Shey yang menemani langkahnya.

Guru geografi itu menengok ke belakang. Mencari-cari keberadaan wanita kesayangannya yang tiba-tiba hilang itu.

Rupanya wanita Aksel itu tidak hilang. Mata Aksel menangkap sosok kecil seperti istrinya sedang menunduk dengan kedua tangan menumpu pada lutut. Sosok itu terlihat terengah-engah.

Aksel berlari kecil menghampiri sosok itu. Tawa kecilnya merebak. Laki-laki itu mengangkat tudung hoodie yang dikenakan Shey.

"Adek kok sendiri aja. Ikut Om yuk dek."

Shey bangkit dari posisi menunduknya. Wanita muda itu sudah bersiap-siap melayangkan pukulan jika saja orang yang mendatanginya ini om-om pedo sungguhan. Tetapi setelah melihat sosok itu adalah sang suami, Shey mengurungkannya.

MY HUSBAND TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang