MHT 20

70.1K 1.2K 27
                                    

votmen

———

Hari Minggu keesokan harinya, Aksel mengejutkan sang istri dengan pernyataan yang tiba-tiba. Tiba-tiba mengatakan; "Hari ini kita pindah rumah ya, yang. Ke rumah kita sendiri."

Tentu Shey memiliki banyak pertanyaan dalam otaknya. Entah sejak kapan Aksel membangun rumah yang dikatakan sebagai rumah mereka itu sehingga saat pernikahan baru menginjak satu pekan sudah bisa ditempati.

Tetapi sahabat Jeje itu tidak banyak protes. Membantu sang suami memasukkan barang-barang ke dalam kardus kemudian diangkat menuju mobil. Sebenarnya Aksel yang bertugas angkat mengangkat dibantu ayah laki-laki itu. Sedangkan Shey hanya membantu membawa barang-barang yang ringan.

"Kalian yakin mau pindah sekarang?" tanya Arin. Agak berat melepaskan putra dan menantunya. Padahal ia masih ingin keduanya tinggal lebih lama di sini.

"Sayang rumahnya kalo ga ditempatin, ma." jawab Aksel. Sang mama hanya mendengus.

Suami-istri muda itu menjabat tangan kedua orang tua si laki-laki. Pamit untuk bisa melajukan mobil berpindah kediaman. Arin dan Erwin melepaskan kepergian putra dan menantunya. Melambaikan tangan sampai mobil yang ditumpangi dua orang itu menghilang dari pandangan.

"Barang kamu udah dimasukin semua kan? Yakin ga ada yang ketinggalan?" tanya Aksel.

Shey mengangguk kemudian menggeleng. "Iya udah dimasukin semua trus yakin ga ada yang ketinggalan." jawab wanita muda muda itu mendeskripsikan gerakan sebelumnya.

Aksel mengangguk-angguk. Menggerakkan setirnya beberapa kali mengikuti jalanan. Hingga kendaraan mewahnya itu berhenti di depan sebuah rumah yang tak kalah mewah dan besarnya. Bahkan sang istri sampai menganga terperangah melihatnya.

Pintu mobil terbuka membuat Shey melakukan hal yang sama. Wanita muda itu turun dari mobil menatap bangunan yang ada di depan matanya. Terpesona.

Di bagasi, Aksel menurunkan kardus-kardus berisi barang-barang mereka. Menumpuknya beberapa hingga menjulang. Laki-laki itu memanggil Shey yang masih terpaku.

"Yang, tas kamu." teriaknya. Shey langsung berlari menghampiri sang suami karena panggilan Aksel itu.

Shey menerima tas besar dari Aksel dan membawanya. Memeluk tas berisi baju-bajunya erat. Pasangan suami-istri itu berjalan bersamaan ke rumah baru mereka. Aksel yang memegang kunci berusaha membuka pintu walaupun kesulitan karena sembari membawa kardus.

Bagian dalam rumah yang luas, didominasi warna putih menyambut mata pasangan suami-istri itu. Wilayah ruang tamu menunjukkan kemewahannya dengan lampu gantung besar yang mengkilap berkilauan. Juga sofa yang nampak masih baru menambah kesan cantik.

Aksel mengajak sang istri ke lantai dua, ke kamar mereka untuk menaruh barang-barang. Shey menurut saja mengekori suaminya menaiki tangga dan membantu membukakan pintu untuk Aksel dan dirinya.

"Ini kamar kita, sayang." ucap laki-laki itu memperkenalkan.

Kamar mewah dengan kasur besar yang berada di tengah-tengah ruangan. Lantainya berhiaskan karpet bulu yang terlihat tebal dan lembut. Kamar itu cukup luas untuk dihuni dua orang. Ada kamar mandi juga di pojok ruangan.

Shey seperti ditarik pada masa-masa seminggu lalu saat awal menikah. Menata pakaian-pakaiannya satu lemari dengan sang suami. Bedanya dulu ia hanya menyusun pakaian untuk dirinya sendiri, sekarang ia melakukannya untuk suaminya juga.

Aksel sedang di luar untuk mengambil kotak-kotak kardus lain. Buku-buku dan keperluan lainnya ia tata di rak yang tersedia. Entah buku mengajarnya atau buku sang istri.

MY HUSBAND TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang