chapter 44.

8.3K 431 9
                                    

Assalamu'alaikum🌻
Para reader's🍁

Kini Alya sudah sampai disekolah, ia masih sendirian disana. Lalu dia  menaruh tangan nya di meja dan menjadikan nya bantal. Alya masih memikirkan mimpi nya, dia menaruh kepala nya di tangan nya, tanpa ia sadari air matanya mengalir. Entah karena takut terjadi, dan kangen ayah nya.

Sekolah masih sepi, Alya berusaha melupakan hal yang kemaren gus azzam lupakan. Disisi lain alya mikir kenapa gus azzam sangat marah karna kemaren, disisi lain apakah nanti saat ia pulang apakah gue azzam akan marah, di sisi lain alya mikir apakah akan kejadian mimpinya, disisi lain juga ia kangen ayah nya. Alya kngen dengan ayah nya, dia ingin ke makam ayah nya tapi kalau sekarang tidak bisa, alya berencana besok akan ke makam ayah nya dengan membuat surat izin. Alya tak sadar teman-temannya sudah datang, teman-temannya Alya melihat Alya sedih.


"Al, kenapa" Tanya Rahma.

"E-eh rahma" Alya langsung menghapus air matanya.

"Kenapa nangis" Tanya adel. Kini faiza hanya bersendekap tangan karna cuaca dingin.

"Nggak pa-pa kok, cuman kangen ayah"

"Sabar al"

"Iyah" alya yang tubuh nya merasa dingin tiba-tiba nafas nya memburu dan membuat teman-temannya panik, lalu alya memegangi dadanya yang terasa sesak.

"Astaghfirullah jangan kumat ya Allah" Batin Alya.

"Al kenapa al, Alya kamu gapapa" Tanya Rahma khawatir.

"Alya , Alya heyyy masih bisa dengar kan" Ucap adel.

"Kamu butuh apa al, bangun al heyyy" Ucap faiza.

"In-inheler" Ucapan Alya membuat teman-temannya menaikkan satu alis nya.

"Buat apa Alya inheler" Batin faiza.

"Alya sakit" Tanya adel dalam batinnya.

"Sakit apa Alya, kok kayaknya serius dan kenapa butuh inheler" Batin rahma.

"Dimana inheler nya" Tanya faiza.

"R-rumah"

"Bi-biar gue aja yang ambil mungkin tertinggal di ndalem" Ucap Rahma.

"Kok ndalem" tanya Faiza.

"Dia santri khusus tinggal di ndalem, udah kalian tunggu sini aja biar aku yang ambil" Rahma bergegas keluar dan manaruh bukunya di meja. Sementara itu Alya kedinginan badan nya sedikit menggigil.

"D-dingin uhukk uhukk"

"Astaghfirullah kamu sakit apa sih al sampai kayak gini"

Tess

Tess

Darah segar mengalir di hidung Alya, teman-teman lain nya mulai datang dan melihat alya seperti itu jadi ikut panik.

"Tisu tisu tisu yang bawa tisu" Ucap gupuh faiza.

"Eh nih aku bawa tisu" Ucap salah satu teman Alya.

Faiza membersihkan nya dengan telaten dan adel mendekap badan Alya supaya tidak kedinginan, dan yang lain ada yang membelikan makanan, berserta teh hangat mungkin Alya belum makan batin mereka.

Di sisi lain Rahma bergegas ke rumah gus azzam, disana gus azzam baru saja mau kunci pintu dan melihat Rahma gupuh, gus azzam kaget kenapa Rahma gupuh?.

"A-abang bentar jangan ditutup"

"Kenapa"

"Bentar bang mau ambil barang Alya yang ketinggalan" Bohong Rahma.

"Barang apa biar aku yang ambilin" Usul gus azzam.

"Barang cewek bang, biar Rahma aja boleh kan"

"Yaudah, tapi jangan berserakan yah"

"Okeh abang tunggu sini"

"Barang apa yang dimaksud Rahma" Batin gus azzam. Rahma pun masuk ke kamar alya, ia mencari inheler nya alya, yang ketemu malah obat.

"Eh obat apa ini" Monolog Rahma.

"Tau ah bawa aja, sekarang tinggal cari inheler, dimana yah, ah iya biasanya Alya taroh barang pribadinya di laci, laci yang mana nih, ini mungkin" Lanjutnya. Rahma terus mencari inheler tersebut dan akhirnya ketemu.

"Ah alhamdulillah ketemu, udah aku taruh saku dulu"

Rahma pun turun dan berpamitan dengan gus azzam, ia pun segera pergi. Gus azzam hanya melihat Rahma tergesa-gesa seperti khawatir. Sesampainya di kelas ia langsung memberikan inheler ke Alya, lalu  menggunakan inheler itu untuk mengatur pernafasan nya. Setelah lancar ia menatap Rahma sekilas dan terus menunduk.

"Untung kamu gapapa" ucap Faiza.

"Sakit apa sih al" tanya Adel.

"Kamu gapapa" tanya Rahma.

"Alya udah gapapa" banyak todongan pertanyaan dari teman-teman untuk alya, dan Seberusaha mungkin dia menutupi yang dia rasakan.

"Nih al tadi kita beliin nasi sama teh anget"

"Buruan gih al makan" seperti itu lah celotehan teman-temannya Alya, mereka sangat peduli satu sama lain.

"Makasih semua nya, maaf udah ngerepotin kalian" Ucap alya sambil tertunduk.

"Sans aja kali al kita kan harus peduli satu sama lain" Ucap faiza yang diangguki mereka.

"Alya jadi nggak enak"

"Gapapa, udah nih makan"

"Emm iya" kini Rahma duduk di samping Alya dan ia menyuruh adel pindah.

"Nih al minum obat nya, tadi aku cari di laci kamu dan nemu obat ini"

"Laci, obat, inheler. Jangan jangan Rahma tau amplop putih di dalam laci, aduh gimana nih, alya nggak mau mereka khawatir sama Alya" Batin Alya.

"Al"

"Ah iya, kenapa rah"

"Nih minum makan dulu"

"Makasih"

"Iya, emm emang kamu sakit apa"

"Gapapa Alya cuman kecapean aja kok"

"Beneran"

"Iya"

"Tapi muka kamu pucet lo"

"Gapapa Alya kan iron man jadi harus kuat dong" ucapan Alya membuat teman-temannya tertawa, dan di saat dia harus menyerang penyakit nya ia juga menghibur teman-temannya.

"Udah makan dulu"

"Nanti uang nya Alya ganti yang tadi beliin"

"Gapapa sans aja Alya, aku iklas kok" ucap teman Alya yang membelikan makanan nya tadi.

"Gapapa nih"

"Iya Alya, iron man nya kita harus kuat dong"

"Hahaha iya"

Mereka pun menyemangati Alya, begitu pun dengan Alya. Mereka saling menyemangati, mereka juga tau penyakit satu sama lain, setiap ada masalah mereka mesti cerita. Tapi tidak dengan Alya, alya menyembunyikan nya dari semua. Dari penyakit, identitas, masalah dll. Alya menanggungnya sendiri alasan nya tidak mau menyusahkan orang lain, dan juga ia tak mau orang lain mengetahui dirinya terutama keluarga nya.

WASALAMUALAIKUM🌻
Next Part☘️

ALZAM [END] REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang