Dating Suga

26. Paradoks

------

I had a dream
We were sipping whiskey neat
Highest floor of The Bowery
Nowhere's high enough
Somewhere along the lines
We stopped seeing eye to eye
You were staying out all night
And I had enough

No, I don't wanna know
Where you've been or where you're going
But I know I won't be home
And you'll be on your own

------

👟

Oliver Twist adalah anak yatim piatu yang harus hidup di panti asuhan di era Revolusi industri Inggris. Hidupnya terlunta-lunta sejak kecil. Miskin. Dan, harus menghadapi para orang dewasa yang penuh dengan manipulasi.

Orang dewasa selalu seperti itu. Kenapa orang dewasa seperti itu? Apakah aku akan menjadi orang dewasa yang seperti itu?

Bagaimana orang dewasa yang baik itu? Apakah yang minum whiskey malam hari sambil merenungi hidupnya? Yang menahan semua hal-hal tidak menyenangkan sendirian? Iya?

Drrt drrt.

Tidak ada Oliver Twist maupun whiskey. Yang ada adalah ponsel yang terus bergetar. Aku mengerang dengan malas. Mataku masih berat sekali. Tidak ingin membuka. Sementara, bisa kurasakan ada sesuatu yang halus dan lembut seperti menempel di pipi kiriku.

Hmm. Apaan sih ini?

Aku masih belum ingin membuka mataku karena rasanya masih sangat mengantuk dan belum puas tidur. Tetapi, getaran ponsel itu sangat mengganggu. Dan, juga ada yang menghembusi leher kiriku.

Duh. Apaan sih ini?

Dengan berat aku membuka mata. Langit-langit kamar yang kukenal menatapku. Kamarku.

Ya. Jelas. Di mana lagi kalau ngga di kamarmu, Hanna? Jadi, yang halus di pipi kiriku dan menghembusi leher kiriku ...?

Aku menoleh ke sisi kiriku dan mendapati Yoongi tidur dengan pipi kanan menempel di pipiku. Nafasnya mengenai leherku. Dan, tubuhku rasanya seperti sedang dipeluk erat sekali. Tangan Yoongi melingkar di pinggangku.

Ini sejak kapan Yoongi ada di sini? Semalam aku ngapain ya? Dan, kenapa pula dia memelukku seerat ini di tidurnya? Aku jadi ngga bisa napas rasanya ini ...