33. Sweet, Rush, & Jealousy 05

313 16 33
                                    

-------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-------

already choking on my pride
so there's no use crying about it

they wanna make me their queen

that's saying that I should probably
keep my pretty mouth shut

👑

Aku duduk di kursi yang sama sekali tidak terasa nyaman. Kuedarkan pandangan pada ruangan yang luasnya terlalu berlebihan. Diisi dengan sofa panjang dan meja kopi pendek. Rak buku berjejer rapi. Masih kosong. Sengaja dibiarkan begitu karena kakek tahu aku akan memenuhinya dengan buku-buku atau mungkin barang-barang tidak berguna lainnya.

Ruangan Direktur Utama. Ruangan kakek dulunya. Sekarang menjadi ruanganku. Kenapa kakek menjadikanku direktur utama? Keluhku dalam hati tiada henti sedari tadi.

Aku bahkan tidak paham tentang urusan kantor. Seumur hidupku aku hanya senang menulis. Aku bukannya tidak mampu, tapi aku tidak suka dengan urusan perusahaan dan tidak ingin memahaminya. Terlebih harus berurusan dengan keluarga besar ayah. Pusing dan repot.

Tiba-tiba pintu membuka, membuatku mengerling ke arah pintu yang mengayun dan tersenyum ketika melihat kepala mungil Sammy menyembul dari baliknya.

"Nunaaa ...," teriak Sammy di gendongan Fransisca. Ia meronta-ronta ingin turun dari pelukan ibunya. Fransisca akhirnya mengalah dan membiarkan Sammy berlari ke arahku.

"Sammy ...!" Dengan gemas kupeluk Sammy sebelum menggendongnya dalam dekapanku. "Sammy ikut kemari ya? Udah makan?" Sammy mengangguk. "Makan apa?"

"Tadi ... burger." Sahutnya lucu dengan bibir yang dimaju-majukan membuatku menciumi pipinya gemas.

"Selamat ya." Ujar Fransisca sambil duduk di sofa. "Aku tahu kamu yang akan paling banyak dipilih oleh direksi."

Aku ikut duduk di sampingnya, membiarkan Sammy menelengkan kepalanya di dadaku. "Kamu kok ngga kasih tahu aku sih, Sisca?" Gerutuku.

"Sst ... ini di perusahaan ya. Kamu ngga boleh panggil aku Sisca gitu. Panggil unnie. Kamu mau menyebarkan gosip?" Fransisca memukul lenganku. "Walaupun kamu Direktur Utama, kamu tetap adik sepupu iparku. Kamu harus memanggilku unnie. Siapa tahu ada yang dengar."

Aku memejamkan mata malas sambil menarik napas pendek. "Oke deh." Kubuka mataku. "Unnie, sekarang kasih tahu aku gimana akhirnya aku bisa jadi Direktur Utama? Seontaek menceritakan semuanya padamu?"

Fransisca mengangguk. "Seontaek juga memilihmu ...,"

"Kenapa dia ngga milih diri dia sendiri sih ...," potongku.

"Tunggu dulu. Dengarkan dulu, Hanna." Desis Fransisca. "Seontaek memilihmu bukan karena dia suka padamu. Atau, karena kamu akan berhasil memimpin perusahaan ini. Tapi ...,"

Dating SugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang