38. Flower Mark part 02

401 15 66
                                    

---------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---------

Think I am gonna love you 'til I'm dead
I can't wait to buy you things

🚲

"Nona, ini memar dan lebam kenapa?" Perempuan yang sedang merapikan rambutku menatapku dari cermin di depanku. "Harus ditutupi dengan sempurna sepertinya. Apalagi di pipi tidak boleh sampai terlihat."

"Kemarin aku terbentur dinding, unnie." Jawabku asal.

Terbentur dinding? Yang benar aja, Hanna?

"Ah, nona, jangan panggil saya unnie. Tidak enak. Nona ini direktur utama K-Venture Plus Company. Bukan orang sembarangan, nona." Bisik si perempuan pemilik salon yang merupakan langganan ibu. "Iya, mungkin dulu Anda masih kecil ketika ke sini pertama kali dan terbiasa memanggil saya unnie. Tetapi, sekarang hal seperti itu tidak bisa dilakukan lagi. Posisi kita berbeda, nona. Ada batas-batas yang harus dihormati." Ujarnya, dengan mantap, dengan bahasa formal yang menyakitkan untuk didengar di telingaku.

"Unnie ...," desahku, "jadi apa pun aku, kita sama aja manusia biasa. Unnie lebih tua dari aku jadi udah wajar aku panggil begitu. Ngga akan ada yang berubah, unnie. Bahkan tadi kalian menelanjangiku di sini untuk menemukan ukuran tubuhku sedetail mungkin. Itu mana batasannya? Ngga ada, unnie. Jadi, jangan lihat aku sebagai direktur utama. Tapi, Hanna yang kamu kenal. Panggil aku Hanna, kaya biasanya, jangan nona, unnie. Atau, aku ngga akan kemari lagi?!"

"Nona ...," perempuan yang sekarang mungkin berumur empat puluh tahun itu menatapku lekat melalui cermin di depan kami. Aku yang duduk di kursi di depannya juga menatapnya melalui pantulan diriku sendiri di cermin. "Baiklah." Ujarnya akhirnya, menyerah. "Jangan sampai ibumu tahu ya?"

Aku mengangguk dengan senang. Kupamerkan tawa lebar seperti ketika aku pertama kali kemari dan memperkenalkan diriku padanya. Paling tidak di salon ini aku tidak ingin merasa asing. Aku senang bertemu unnie-unnie yang bekerja di salon ini. Mereka ramah dan tidak pernah melihatku dengan mata yang memberikan penilaian picik. Obrolan kami remeh-temeh tapi aku suka.

"Hanna ...," tiba-tiba unnie merundukkan tubuhnya dan didekatkannya bibirnya ke telinga kiriku.

"Ya?" Balasku dengan berbisik juga.

"Dengar-dengar kamu lagi keluar sama Seokjin ya?" Tanyanya, pelan, setengah berbisik, nyaris tanpa suara. Sekarang unnie sudah tidak lagi menggunakan bahasa formal.

Aku mendongak dan menatapnya.

"Kamu tanya dari mana aku tahu?" Unnie menahan tawa. "Semua anak-anak chaebol yang datang kemari membicarakan kalian semingguan ini. Tadi pagi ada yang menambahi katanya melihat kalian main tenis semalam."

Ya, memang benar sih. Semalam memang main tenis. Tapi, ngga seru. Bagian serunya pas main sama Yoongi setelahnya.

"Memang ya ngga ada yang bisa disembunyikan?" Aku terkekeh. "Apa lagi katanya, unnie?" Tanyaku.

Dating SugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang