05. Family Trip part 2

734 24 16
                                    

-----------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----------------

Aku terbangun setelah tidur yang terasa panjang ketika mendengar suara anjing menyalak. Holly? Terburu-buru aku berdiri dari posisi berbaringku tetapi tertahan karena ada sesuatu yang berat menindih bagian perutku. Kutemukan lengan kanan Yoongi memeluk tubuhku di dalam tidurnya.

Dengan terkekeh aku menoleh mendapati Yoongi tertidur dengan wajah terbenam setengah di bantal dan selimut. Ketika Yoongi sedang tidur wajahnya terlihat sangat damai. Juga menggemaskan. Dengan pelan kuelus pipinya dan kurapikan rambutnya ke belakang telinganya. Karena merasakan sentuhanku, dahi Yoongi sedikit berkerut meskipun matanya masih terpejam dan tubuhnya tidak bergerak sama sekali. Ia tidak terbangun. Masih nyenyak.

Lalu, dengan pelan kuangkat lengan Yoongi dari tubuhku. Menaikkan selimut hingga ke bahunya. Membiarkannya untuk tidur lebih lama lagi. Aku tahu dia capek sekali harus menyetir kemari selama tiga jam. Tentu saja aku tahu dia tidur sebentar sekali karena setelah dari apartemenku ternyata dia kembali ke Hybe lagi dan tidak pulang. Jika sudah di Genius Lab tidak mungkin dia tidur. Aku bertanya-tanya setiap waktu, dari mana energi itu datang? Daripada tidur, Yoongi selalu memilih untuk membuat musik.

Tiba-tiba terdengar suara bergetar dari meja pendek di dekat tempat tidur yang berjarak hanya satu langkah dari sisi ranjang tempatku duduk. Aku berdiri dengan meraih tiang infus dan kudorong dengan tangan kiriku ke arah meja pendek itu. Ternyata ponselku. Sepertinya ada panggilan telepon.

IBU MEMANGGIL

Aku menahan napas sebelum meraih ponselku dan menerima panggilan telepon itu.

"HANNA!" terdengar suara berteriak Ibu dari seberang panggilan telepon.

Aku sedikit menjauhkan ponsel dari telingaku. Mendengar teriakan ibu adalah hal yang biasa. Tapi, masih saja membuat terkejut setiap waktu.

"Ya, Bu?" Tanyaku. Mencoba terdengar selembut mungkin.

"Ibu sudah bilang kalau lampu di luar itu harus diganti. Kenapa kamu ngga datang kemari?" meskipun suara ibu sudah tidak berteriak, nadanya masih terdengar sangat tinggi. "Kamu ke mana? Kamu ngga mau ngurusin rumah? Ibu juga sudah bilang kamu harus rapiin kebun di sini. Tanaman mati semua."

Hanna mendesah pelan. Napasnya terasa berat. Kepalanya yang sebenarnya sudah tidak terasa pening mendadak menjadi sedikit berat lagi.

"Penyiram tanaman sudah ku set kemarin, Bu." Kataku di sela-sela suara ibu yang masih terus memarahiku. "Aku sudah -"

Belum sempat aku melanjutkan kalimatku, ibu sudah memotongku lagi, "Ibu mau ke acara di Busan sampai lima hari. Nanti kamu coba lihat rumah."

Lalu panggilan telepon itu mati begitu saja.

Aku menatap layar ponselku sambil mencoba berdiri dengan tegak. Tetapi, tidak bisa. Aku butuh duduk. Ada kursi beludru tunggal berwarna abu-abu di dekat meja dan dengan limbung aku terduduk di atasnya. Kutaruh ponsel di meja kembali sebelum kuedarkan pandanganku ke seluruhruangan.

Dating SugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang