65. Alarm in Snooze

386 16 20
                                    

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----

I can see you hurting
I've been through the same thing
Baby, don't you worry, I got you
I just wanna know you
Tell me all your secrets
Lookin' like you need it'

Cause I got you, you, oh
You, I got you, I got you

👠

Rasanya baru terlelap sebentar ketika aku terbangun karena suara ponselku, yang nyaring, yang sebentar kemudian berhenti dengan sendirinya. Aku mengerjapkan mata sambil mengerang malas. Melalui jendela kaca, bisa kulihat di luar masih gelap. Sepertinya masih menuju subuh.

Kuregangkan tubuhku hanya untuk menyadari aku sedang bergelung di dalam dekapan Yoongi. Berdua masih belum memakai baju. Berbagi seprai putih yang menutupi tubuh kami sampai dada. Kulihat Yoongi yang juga sedang mencoba mengumpulkan nyawanya. Dia melepaskan pelukannya di tubuhku, meregangkan tubuh dengan menaikkan tangan ke atas, lalu matanya membuka, mengerling ke arahku.

Aku tersenyum. "Hai." Sapaku, yang serupa bisikan halus, sambil mengelus dadanya. Baru kali ini aku merasa begitu segar setelah selesai bercinta. Dan juga sedikit bahagia?

"Nyenyak tidurnya? Sakit ngga badannya?" Tanyaku, memperhatikan luka-luka di tubuh Yoongi.

Terdengar suara kekehan Yoongi sebagai balasan.

"Hai, sayang," sahutnya dengan suara rendah, yang serak, khas ketika ia baru bangun tidur.

Seksi banget.

"Kamu sakit ngga?" Tanyanya balik sambil merapikan helai rambut yang menempel di pipiku ke belakang telingaku.

Aku menggeleng sembari menggeser tubuhku agar bisa mengecup bibirnya. Diturunkannya wajahnya sehingga bibir kami bertemu. Aku tersenyum samar ketika Yoongi berpindah mengecup lekuk bibir kiriku. Disentuhnya pipi kiriku, yang entah bagaimana membuatku mengernyit, karena nyeri.

"Auw." Erangku.

Sakit. Apakah semalam nyerinya belum terasa?

Yoongi melepaskan tangannya dari pipiku. Matanya seketika membulat. Diamatinya wajahku. Terutama pipi kiriku.

"Ini ...," ia menarik napas, " ... jangan bilang, kamu ditampar lagi, sayang?" geramnya sambil mengelus lembut pipi kiriku.

Aku lupa. Ini bekas tamparan bibi kemarin.

"Ngga penting sih," ucapku.

"Ngga penting tapi sakit gini." Keluh Yoongi sambil menatapku lekat. "Ayahmu? Ibumu?" Selidiknya, tidak mau menyerah. "Atau ... siapa?" Desaknya.

Apa boleh buat, sebaiknya cerita, ngga penting ini juga.

Dating SugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang