Angin dingin bertiup melewatiku saat aku merasakan mataku terpejam.
Tepat ketika aku akan tertidur sepertinya aku menjadi populer akhir-akhir ini, karena aku merasa seseorang datang dari arah belakangku.
Aku tidak repot-repot untuk membuka mata, tapi aku fokus pada suara langkah kaki yang mulai mendekat.
Orang yang menemukanku tampak terkejut dan berhenti.
Aku ingin orang itu bergegas pergi tetapi dia tampak diam di tempat seolah-olah dia sedang melihat hantu.
Aku mulai mengantuk, tidak bisakah orang itu pergi saja?
Berlawanan dengan keinginanku, langkah kaki yang sempat terhenti beberapa saat itu semakin mendekat hingga berhenti tepat di sampingku.
Aku merasakan tatapan menyengat menatapku dari atas. Itu sangat kuat sehingga wajahku mulai kesemutan.
Apa orang yang kasar ini lakukan.
Itu mulai menjadi masalah ketika aku merasa risih karena tatapannya.
Karena aku memiliki keinginan yang kuat untuk hidup sehingga aku dengan lembut membuka mataku untuk melihat siapa orang yang memberi tatapan membunuh itu.
“…...”
“…....”
Oh, itu hanya Pangeran.
Baiklah, saatnya untuk menguatkan diri.
Ketika mataku bertemu dengannya terlihat matanya menjadi heran.
Setelah leluconku yang tidak berbahaya kemarin dan dikeluarkan karena itu, aku sudah lama tidak melihatnya.
Jadi kenapa dia menatap wajah hendak tidurku?
Saat aku mengerjap dengan bingung, Pangeran berdiri kokoh seolah-olah dia telah mengambil keputusan dan mundur.
Dia memberiku tatapan waspada. Mungkin dia tampak waspada karena dia pikir aku akan menyerangnya.
Aku tidak mengikutinya, secara tegas dia adalah Pangeran negeri ini.
Aku mengerti mengapa Pangeran sangat berhati-hati denganku tetapi ketika aku disalahpahami sebanyak ini mau tidak mau Aku tidak bisa tidak merasa tidak senang.
Bahkan Ketika aku tidak melakukan sesuatu seperti yang dia pikirkan terlihat dia dengan hati-hati mengendurkan kewaspadaannya.
….... Dia seperti binatang kecil.
Aku ingin tahu apa yang ada di kepalanya setelah melihat reaksi itu.
Orang ini memiliki banyak keraguan tentangku. Aku tidak melakukan apapun padamu.Dia ragu-ragu dan bergumam dengan suara kecil,
"........Kupikir kamu sudah mati."
aku mendengar permintaan kematian berkali-kali sebelumnya. Mungkin Pangeran datang karena keinginannya untuk melihatku mati.
'Kupikir kamu sudah mati'
terdengar lebih seperti
'Siapa yang peduli jika kamu mati di sini?'
Sayangnya, aku tidak punya niat untuk memuaskan keinginannya.
Aku tidak mengalihkan pandanganku dari Pangeran yang menatapku dengan mata tidak percaya dan menjawab dengan kosong,
"saya hanya kelaparan sehari ...... Orang tidak akan mati karena ini ..."
"Hah?..... Ah."
Setelah dia mengingat apa yang terjadi tempo hari, dia menyemburkan kata-katanya,