Ada meja panjang horizontal yang hanya bisa dilihat di film berlatar Abad Pertengahan.
Mari kita kembali setelah minum teh dan makanan ringan. Berpikir demikian, aku duduk di sebelah putra mahkota tanpa banyak berpikir.
"Mengapa kamu duduk begitu dekat?!"
"Ya?"
Putra Mahkota Raven langsung melompat berdiri dan berteriak padaku dengan wajah yang benar-benar merah.
Mmm. Sepertinya sudah menjadi kebiasaan untuk makan di ujung dan ujung meja panjang seperti yang terlihat di film.
Dan dia marah karena sesuatu yang tidak penting.
Aku juga memiliki perasaan yang tidak menyenangkan ketika dia akan mulai mengomel sampai menyakiti telingaku.
Tetapi jika aku duduk di ujung sana bukankah aku harus berbicara dengan berteriak untuk berbicara.
Aku dengan tenang membuka mulutku kepada Putra Mahkota.
"Aku tidak pandai membuat suara keras jadi tolong, tuan Raven yang murah hati, mengerti."
"......"
Pada kata-kataku akhirnya Putra Mahkota duduk lagi dengan wajah merah dan menutup mulutnya.
Aku tidak punya apa-apa untuk dikatakan, jadi aku hanya melihat dari dekat ke para Pelayan yang sibuk bergerak dan menyiapkan makanan.
Hmm. Ada dua orang yang sepertinya bergerak tanpa ragu tapi gerakan mereka terus tumpang tindih. Tatapan yang kebetulan lewat juga penuh gairah.
Mungkinkah mereka sepasang kekasih.
Sayang sekali hanya aku yang tahu jadi aku menutup mulutku dengan tanganku agar suaraku tidak keluar dan berbisik di telinga putra mahkota dengan suara kecil seolah-olah aku sedang menceritakan sebuah cerita rahasia.
"......... Aku rasa Pelayan dan kepala pelayan itu saling menyukai."
Bahkan para pelayan di istana kekaisaran yang berpura-pura tidak memiliki mata dan telinga ternyata memiliki telinga yang dapat mendengar.
Bahkan jika itu benar, itu akan memalukan jika kamu mendengarnya secara langsung.
Dengan perhitungan itu, aku membisikkannya dengan bisikan kecil sehingga hanya putra mahkota yang bisa mendengarnya namun putra mahkota tampak gemetar saat aku tiba-tiba mendekat.
Merinding muncul di lengannya mungkin karena jijik.
Melihat reaksi yang intens itu, entah bagaimana aku merasa seperti telah menjadi penjahat yang mengolok-olok istri dan anak yang tidak bersalah. Apa yang telah aku lakukan.
Jika kamu ingin mendorongku, kamu bisa mendorongku tetapi dia hanya duduk diam dengan kaku.
Jika itu aku mungkin aku akan melempar bungkusan ke lantai yang dingin tetapi itu adalah kesabaran yang luar biasa.
Dia menatapku dengan wajah sedikit memerah dan bertanya.
Dia mencoba berpura-pura tenang tetapi suaranya sedikit bergetar.
"Itu......... Bagaimana kamu tahu itu?"
Untuk pertanyaan Putra Mahkota lalu aku menjawab dengan lembut di telinganya dengan suara percaya diri dan mata yang berbinar.
"Aku sangat peka dalam hal hubungan antara pria dan wanita."
"......."
Pada kata-kata bisikanku dengan ekspresi percaya diri terlihat wajah putra mahkota berubah seolah-olah dia mendengar sesuatu yang tidak bisa dia dengar.