Pada hari berikutnya, aku memutuskan untuk menggunakan sisa perbekalan 3 hari kami dan mengisi kembali sisa perbekalan yang dapat aku temukan dari hutan.
Hutan tempat monster ini hidup entah bagaimana terasa hidup. Saat aku melihat sekeliling dengan gelisah, seorang tentara di sebelahku datang untuk berbicara denganku.
"Ada apa? Apa kamu merasa tidak enak badan?"
"......... Sebenarnya itu monsternya."
Pada saat yang sama, aku mulai merasakan sesuatu membungkus pergelangan kakiku. Perasaan di kakiku membuatku ingin panik.
Mustahil.......
Genggamannya begitu erat hingga aku tidak bisa berteriak. Aku melihat sekeliling dengan ketakutan dan Pangeran kembali menatapku.
".........?"
Dia memberiku tatapan aneh.
Aku begitu membeku dan aku bahkan tidak bisa memikirkan apa yang harus kulakukan, tapi sepertinya dia menyadari ada sesuatu yang tidak beres.
Benda di kakiku terasa seperti salah satu dari monster yang punya kebiasaan menyeret korbannya dari belakang yang pernah aku baca di novel.
Aku ingin bibirku berteriak tapi aku terlalu shock.
"Kamu ........"
Saat Pangeran mencoba mengatakan sesuatu, tentakel di pergelangan kakiku menarikku ke belakang.
***
Aku membuka mataku saat seseorang mengguncang tubuhku dengan kasar. Syukurlah itu adalah Pangeran dan bukan monsternya.
Tidak, bukan terima kasih Tuhan.
Akan lebih baik jika itu adalah monsternya karena ketika aku sadar, Putra Mahkota menatapku dengan marah. Dia menggeram dengan mencela,
"Kamu idiot, kamu seharusnya berteriak! Kenapa kamu malah diam saja? Kamu begitu tanpa ekspresi sehingga aku tidak tahu kamu tertangkap!"
Suara marah Pangeran bergema.
Apakah kami ada di dalam gua?
Kami datang dengan banyak tentara Distinian tapi sepertinya Pangeran dan aku adalah satu-satunya yang tersisa disini.
Ketika aku berkedip kosong padanya, Pangeran menyentak bahuku seolah membuatku sadar.
"Aah!"
Tiba-tiba aku merasakan sakit yang menusuk dan menjerit secara refleks memukul tangan Pangeran.
Pangeran, bagaimanapun, bahkan lebih terkejut dengan reaksiku.
Dia melihat ke bawah ke tangannya yang ditolak dan dengan cepat sadar untuk bertanya kepadaku,
"Apa? Apakah kamu terluka? Tolong tunjukkan kepadaku. Aku mungkin tidak dapat menyembuhkannya sepenuhnya, tetapi aku dapat menggunakan sedikit sihir ilahi."
"Ah, tidak. Tidak apa-apa."
Dia mengulurkan tangan ke arahku tapi aku berpura-pura tidak tahu dia akan datang dengan menyelinap kembali untuk menghindari tangannya.
Ketika aku menolaknya lagi, dia tampak sedikit menyerah.
Sepertinya aku benar-benar harus menghindari Pangeran bagaimanapun caranya.
Luka bahuku bukan karena monster itu tapi karena Pangeran.
Terakhir kali, aku tidak tahu sepenuhnya kerusakan yang disebabkan oleh Pangeran ketika dia meraih bahuku.