"HAHAHAHAHAHAHA !"
Suara tawa menggelegar memenuhi lorong sempit dan gelap itu. Di ujung sana, dimana sebuah titik cahaya terlihat, beberapa orang tengah bertarung.
Suara geraman-geraman mayat hidup yang baru saja bangkit dan suara aduan pedang dengan tembok lorong yang sempit menjadi pengiring suara tawa itu.
"Lemah ! Kalian semua lemah !" suara orang tadi kembali terdengar.
Althare yang baru saja tiba di tempat itu mengernyit melihat sekelilingnya. Suasananya benar-benar tidak asing.
Setidaknya tempat yang satu ini memiliki ujung. Ia menatap ujung tempat itu, kedua orang yang tengah melawan makhluk tinggi itu adalah orang yang dikenalnya.
"AHHAHAHAHHA ! Inilah pestanya ! Nikmatilah !" lagi, suara itu terdengar.
Althare semakin mengernyit, wajahnya memperlihatkan ekspresi jijik menatap siluet pria tua yang menghalangi cahaya itu.
Kedua kakinya melangkah mendekati pertarungan itu.
"Akhirnya tua bangka itu menggila," gumamnya.
Di depan sana, di hadapan pria tua bangka yang dimaksud Althare. Kedua orang yang pernah menjadi mata pedangnya di medan perang tengah berusaha mengalahkan satu mayat hidup.
Benar, satu mayat hidup. Namun yang ini berukuran sangat besar, seluruh badannya dikelilingi aura kemerahan yang mirip sihir gelap.
Mirip sihir gelap, setidaknya itulah yang Theodore lihat. Ini pertama kalinya ia melihat sihir semacam itu.
Terlihat terlalu alami untuk disebut sihir gelap, namun terlihat begitu keruh untuk disebut sihir elemen.
Mayat hidup yang kepala botaknya hampir menyentuh langit-langit lorong itu menghempaskan tangan besarnya membuat Theodore dan Esthella menghindar dengan cepat.
"Kalian terlihat seperti serangga ! Lemah !" Seru Faustus yang berdiri dibelakangnya.
Theodore dan Esthella berdiri cukup jauh dari mayat hidup yang kini terlihat tenang itu. Ada kalanya dimana si mayat hidup raksasa itu terdiam seolah sedang mengumpulkan energi.
Dan, ketika bergerak ia akan terlihat seperti dikendalikan.
"Sialan, aku ingin menusukkan pedangku ke tenggorokannya," geram Esthella.
Theodore menoleh melirik kebelakangnya, ia menyadari seseorang tengah mendekat dan tahu siapa orang itu.
"Ella, menepi."
Esthella yang mengira akan diserang lagi segera menepi ke sisi kanan lorong, sementara Theodore menepi di sisi lain.
Benar-benar sesaat setelah keduanya menempel ke tembok, sebuah gelombang cahaya melesat melewati keduanya.
Esthella yang masih belum tahu langsung terbelalak kaget. Ia mengira serangan akan datang dari depan.
Gelombang cahaya itu menghempaskan mayat hidup raksasa di hadapan mereka. Ia tersungkur kemudian menggeram marah.
"Apa ini ? Apa mata pedangku telah menumpul ?"
Nevaeh bersaudara itu menoleh menatap Althare yang berjalan ditengah-tengah lorong, melewati keduanya begitu saja setelah mengejeknya.
"Kok beliau sudah keluar saja," gumam Esthella setelah berhasil mendekati Theodore.
Theodore mengangkat bahu, meskipun ia bisa memperkirakan alasannya karena melihat jaring-jaring berenergi iblis yang tersisa di pakaian Althare dan kontrak suci yang menyelubunginya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Winter
Fantasía15 tahun adalah waktu yang Ayrece habiskan tanpa mengetahui siapa dirinya sebenarnya, ia hanya terus berkelana dengan seorang gipsi yang ia panggil bibi. Namun secara tiba-tiba, saat ia datang ke sebuah tempat dimana salju tidak pernah meleleh, ia m...