105

8 1 0
                                    

Jihan menyimak keributan di grup kelas dan Triumvirate yang terus terjadi sejak tadi pagi. Tidak banyak yang bisa dia lakukan selama di rumah sakit. Tapi hari ini agak beruntung karena tidak ada yang mengawasi dirinya di ruangan, selain dua bodyguard yang berjaga diluar. Para walinya sedang sibuk pada kegiatan masing-masing. Sahabat-sahabatnya juga sedang berada di sekolah.

Oh, mungkin pengecualian bagi Lee Hyunjae.

Pagi tadi ada kunjungan dari yayasan yang artinya orang tua sahabatnya itu datang ke sekolah. Jika sudah begitu artinya Hyunjae tidak akan ditemukan di manapun. Sahabatnya itu lebih memilih membolos daripada bertemu ayahnya sendiri.

Jihan jadi agak berharap Hyunjae akan datang ke rumah sakit untuk menemaninya. Tapi jika mengingat hubungan mereka yang masih renggang sepertinya sangat tidak mungkin. Hyunjae yang sepertinya sangat kesal dan Jihan yang terlalu gengsi.

"Jadi kangen bacotan dia!"

Kepalanya menatap langit-langit ruangannya, benar-benar tidak ada yang bisa dilakukan. Keluar saja harus dikawal. Jadi lebih baik tetap disini demi menghindari tatapan aneh dari pengunjung rumah sakit yang lain.

Pintu ruangan terbuka dan Jihan sangat bersyukur Hyunjae tidak datang kesini. Pengunjungnya kali ini bukan orang yang pernah terpikirkan olehnya. Malah tidak pernah sekalipun terlintas akan berpapasan.

Orang itu adalah Lee Hyukjae, kepala yayasan dan sekaligus ayah dari sahabatnya.

"Oh, sendirian aja?"

Jihan sedikit memiringkan kepalanya, menatap pintu ruangan yang tertutup. Agak curiga bagaimana dua bodyguard itu membiarkan pria ini masuk.

"Saya udah izin sama kakeknya Eunwoo untuk ngunjungin kamu."

Oke, pertanyaannya sudah terjawab.

"Gimana keadaan kamu?" tanya Hyukjae seraya mendekat sambil membawa sebuah paper bag dan mengulurkannya ke arah Jihan. "Buat kamu!"

Dan langsung diterima tanpa ragu. "Apa ni...wow, Om serius bawain ini? Gak ketahuan sama perawat, kan?"

"Saya udah kasih dalih sempurna." Hyukjae menarik kursi dan duduk di sebelah ranjang gadis SMA itu. "Saya tahu makanan rumah sakit pasti ngebosenin. Tapi minumannya cukup air putih aja."

"Sangat, Om! Air putih juga gapapa, asal makanannya bukan bubur." Jihan berucap dengan sangat setuju. Kedua tangannya sibuk mengeluarkan makanan cepat saji yang dibawakan pria itu. "Wah, ini beneran makasih loh, Om!"

"Makannya pelan-pelan aja!" ucap Hyukjae lagi sambil membantu sahabat putranya itu. "Saya udah bilang bakal stay disini sampe kamu usir."

"Ide bagus." Jihan langsung mengacungi kedua jempolnya. "Aku makan ya, Om!"

Hyukjae hanya mengangguk. Sesekali dia menahan anak rambut Jihan yang tidak terikat lalu mengulurkan minum atau sekedar mengelap mulut Jihan dengan tisu.

Tidak butuh waktu lama bagi Jihan menghabiskan dua burger berukuran medium, kentang goreng dan nugget. Dia benar-benar butuh makanan tidak sehat ini sebagai pelipur lara atas kemuakan terhadap makanan rumah sakit.

Hyukjae masih setia menonton tanpa suara. Tidak jarang bibirnya membentuk senyum tipis sebagai respon atas keluhan gadis SMA itu.

"...tapi malah diperpanjang lagi jadi seminggu. Padahal aku udah bisa pulang dan sekolah dari minggu lalu."

Hyukjae memungut sampah kecil yang tersisa dan memasukkannya ke dalam paper bag. "Mau lagi?"

"Mau sih tapi ntaran aja." Jihan hampir saja menepuk perutnya sendiri jika tidak teringat akan luka tusuknya. "Buat sekarang hampir kenyang."

TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang