159

5 1 0
                                    

Taeyong membolak-balik lembar yang dibawanya sambil berjalan ke arah Jimin. "Gue rasa ini udah semua. Lo tandain aja mana yang mau Lo setujuin biar gue yang ngatur sisanya."

"Taeyong," panggil Jimin yang sudah tersenyum dengan mata sipitnya, "gue tuh selalu bangga punya asisten pribadi kayak Lo. Kayak semua kerjaan gue tuh dimudahkn gitu aja."

Taeyong hanya memutar matanya dengan malas. Kalimat-kalimat Jimin itu hanya berupa manipulasi agar atasannya itu bisa pulang lebih cepat atau sekedar bersantai.

"Bentar lagi Lo ada pertemuan sama pemilik salah satu hotel yang dipegang sama JH Groups dan perusahaan pertambangan yang mau merger sama kita. Pertemuannya di ruang rapat kantor ini."

"Kim Hanbin, bukan?" tanya Jimin sambil mengingat-ingat orang yang dimaksudnya. "Atau Im Sejun? Hotel yang mana sih? Mereka punya banyak hotel."

"Pokoknya adek kelas kita." Taeyong menjawab sekenanya.

"Tapi mereka juga adek kelas kita!" balas Jimin dengan gemas.

Tapi Taeyong tidak terlalu hirau dan malah fokus pada ponselnya.

"Mereka udah dateng. Buruan gerak, Jim!"

"Ih, gak bisa disini aja?" tanya Jimin seraya merayu asistennya.

Tapi dia terkadang lupa jika orang yang dihadapinya adalah Lee Taeyong yang bahkan tidak bergeming sekalipun bumi runtuh.

"Buruan! Siang nanti juga Lo harus ke kantor kejaksaan."

Jimin bangun dari tempat duduknya dengan terpaksa, mengambil jasnya lalu menghela nafas. Wajahnya masih bertekuk dengan sorot mata sebal yang ditujukan kepada Taeyong.

"Lo emang atasan gue tapi Taehyung selalu bilang buat ngendaliin Lo biar gak banyak tingkah. Jadi sekalipun Lo jadi presiden kalo masih sama gue, jangan harap Lo bisa ninggalin kerjaan gitu aja."

"Ish, pilih kasih!"

"Buruan!" perintah Taeyong lagi

Kemudian keduanya mulai diam setelah keluar dari ruangan. Jimin dan statusnya sebagai atasan memimpin jalan, juga Taeyong dan statusnya sebagai asisten berjalan agak di belakang.

Jimin menampilkan aura kepemimpinan yang luar biasa sampai membuat karyawan-karyawannya segan hanya untuk menyapa selain memberi hormat. Tidak berbeda jauh dengan Taeyong yang sudah terkenal sebagai pribadi yang tegas dan disiplin. Jadi sebagai tangan kanan pimpinan, pemuda itu juga sambilan sebagai pengawas secara tidak langsung. Menegur dan memberikan peringatan kepada karyawan yang tidak mematuhi aturan.

Sampai di ruang rapat, keduanya langsung masuk dan disambut pemandangan dari tiga orang beda tinggi yang sepertinya memandang keluar ruangan.

"Oh?" sahut cowok yang tingginya menengah. "Kak Jimin udah dateng tuh!"

Dua cowok yang ada di kiri dan kanannya langsung menoleh dan tersenyum.

"Silahkan duduk!" ucap Jimin dengan ramah seraya menunjuk enam kursi yang melingkari sebuah meja bundar.

Ketiganya langsung duduk di seberang Jimin, membiarkan Taeyong berdiri di belakang kursi atasannya.

"Tae, duduk aja!" sahut cowok yang paling tinggi.

"Oh, gapapa, kak."

Cowok yang tingginya menengah langsung berdiri dan menarik Taeyong agar duduk di antara dirinya dengan Jimin.

"Jangan terlalu formal!" tambah cowok yang paling pendek sambil membuka kancing jasnya. "Alasan gue majuin pertemuan hari ini sebenernya mau ngebahas sesuatu."

TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang