177

4 1 0
                                    

"Ngapain?"

Eunwoo bisa denger suara Younghoon panik lewat telepon, kayak gak setuju sama keputusannya.

"Gak sendiri, kan?" sahut Bangchan yang coba kedengaran tenang.

"Sama bodyguard." Eunwoo ngeliatin dua bodyguard yang duduk di depan, satunya nyetir dan satunya diem aja. "Lo pikir gue boleh keluyuran di kekacauan kayak gini?!"

"Lagian kenapa sampe mesti keluar rumah sih?" tanya Younghoon masih terdengar tidak setuju. "Mau kemana sih?"

"Rumah sakit. Jihan minta tolong jagain Haruto yang mesti dirawat."

"Haruto kenapa?" tanya Bangchan.

"Cuma demam sama dehidrasi tapi perlu di infus."

Abis itu hening buat beberapa waktu sebelum Eunwoo sadar panggilan grup mereka tuh dimulai empat orang tapi dari tadi satunya gak ngomong.

"By the way," ucapnya sambil mastiin kalo panggilan mereka masih terhubung, "Jungkook mana?"

"Disini." Jungkook nyahut pelan. "Gue gak kemana-mana jadi gak perlu khawatir."

"Oh iya," sela Younghoon yang sepertinya sudah teralihkan, "maaf-maaf nih tapi gue cuma mau tahu aja kabar kalian, terutama Eunwoo sama Bangchan. Kalian udah fine, kan?"

Eunwoo diam. Gitu juga sama Bangchan. Keduanya sama-sama mikirin soal hubungan mereka saat ini. Dibilang renggang, Eunwoo dan Bangchan masih sering komunikasi walaupun harus melalui panggilan grup. Lagipula semuanya udah kejadian dan mereka gak bisa nyalahin satu sama lain.

Terakhir kali mereka ngomong berdua lewat telepon tuh pas sebelum kejadian culik-menculik. Itu juga Bangchan yang mulai duluan dan minta maaf. Eunwoo juga nurunin egonya dikit. Bisa dibilang hubungan mereka sudah baik tapi sementara akan tidak seperti dulu.

"Fine kok." Bangchan ngejawab pelan terus ngela nafas. "Cuma emang masih agak canggung aja."

"Gapapa." Jungkook nyahut. "Seenggaknya buat sekarang, Lo berdua gak bikin keributan."

Eunwoo mandangin bangunan rumah sakit yang mulai keliatan. Makin deket makin dia bisa liat keramaian di pintu utama. Banyak media yang ngumpul disana kalo ngingat kejadian beberapa hari terakhir.

"Eh," selanya saat teringat sesuatu, "media udah tahu belum soal yang diculik?"

"Gak." Jungkook ngejawab cepat, sebagai orang yang selalu standby bareng Jihan. "Kenapa? Banyak media di rumah sakit?"

"Iya."

"Ya, maklum sih gue." Younghoon nyahut terus kedengaran suara berisik sebelum lanjut. "Kan Kak Jimin kecelakaan tadi. Terus...mereka udah jadi buronan."

Eunwoo diam walaupun tahu mobilnya udah berhenti. Gak ada satupun dari mereka yang mau nyebutin spesifik orang yang dimaksud. Kayak emang udah seharusnya gak perlu mereka bahas lagi.

Kim Soojin, Kim Gaeun.

Dua orang yang keberadaannya masih gak diketahui. Cha Eunjoo dan Park Yein sudah resmi dipenjara setelah bukti lengkap keterlibatan mereka atas kematian mamanya Yoongi. Park Jisung dan istrinya? Hanya perlu menunggu keputusan sidang terakhir dan yang pasti mereka tidak akan berkeliaran dengan bebas.

Berita buruk tentang kematian Park Jiyeon juga sudah dihapuskan. Seluruh faktanya terungkap. Kejadian persis seperti yang diceritakan Yoongi selaku saksi tunggal pada hari itu. Walaupun sempat muncul beberapa masalah tapi Jimin dan yang lain berhasil menangani semuanya.

Sedikit lagi.

Keempatnya hanya bisa berharap seperti itu. Sedikit lagi sampai semuanya berakhir.

Lalu satu hal yang pasti, keberadaan dan keadaan Hyunjae yang masih belum diketahui sampai detik ini.

"Hyunjae pasti bakal baik-baik aja, kan?"

Eunwoo berdeham. Sangat berharap ucapan Bangchan benar. Sahabat mereka harus dalam keadaan baik-baik saja.

*Triumvirate*

Hyunjae udah gak tahu udah berapa lama dia disini. Jam tanggal, bahkan dia gak tahu sekarang ini udah siang atau malam. Seluruh badannya juga sakit sampe gak tahu mana lagi yang luka.

Penampilannya juga udah kacau dan basah. Dia masih bernafas saja rasanya sudah sangat bersyukur.

"Mereka kabur?"

Suara itu. Suara yang selalu berhasil membuat Hyunjae menahan nafas. Dia tidak yakin apakah bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup. Jikapun akhirnya akan mati, Hyunjae berharap dia berhasil keluar dari sini.

Wanita itu - Kim Gaeun - berdecih, tanda sudah kecewa untuk kesekian kalinya.

"Berarti hanya anak ini?"

Ada juga Kim Soojin, ibu tiri sahabatnya yang menjadi komplotan Gaeun. Dua wanita itu berjalan ke arahnya, tidak menyadari jika Hyunjae sudah terbangun. Terlebih Hyunjae memutuskan untuk pura-pura tertidur.

"Anak itu tidak mati, kan?" tanya Soojin dengan tatapan remeh.

Gaeun melirik pemuda yang kedua tangan dan kakinya terikat itu. Kemudian dia tertawa.

"Mati atau hidup, hasilnya akan sama."

"Lalu?" lanjut Soojin yang sudah duduk di salah satu kursi yang sudah lusuh. "Bagaimana kelanjutannya?"

"Aku hanya perlu menghabisi Park Jihan." Gaeun mengepalkan kedua tangannya dengan penuh dendam. "Paling tidak anak itu harus mati sebelum aku tertangkap."

Mendengar nama sahabatnya, Hyunjae langsung menegakkan kepalanya. "Jangan sentuh Jihan!"

"Oh, sudah bangun?" balas Gaeun dengan liciknya.

Hyunjae takut, jujur saja. Tapi dia tidak bisa diam jika wanita itu menyebut sahabatnya.

"Begini," ucap Gaeun seraya mengusap pipi Hyunjae, "aku memiliki rencana untuk menyingkirkan teman perempuanmu. Ya, karena aku sudah tidak membutuhkanmu lagi. Oh, sejak awal aku sama sekali tidak membutuhkanmu."

Hyunjae meringis saat wanita itu menampar pipinya.

"Aku hanya perlu menginjak gadis itu sampai mati."

"Jadi target terakhir kita Park Jihan, kan?" sahut Soojin yang terlihat sengaja mengumpan. "Harus kita apakan gadis itu?"

"Bagaimana dengan musnah, kan? Anggap saja peringatan karena sudah macam-macam dengan kita."

"Ide bagus. Ya, pertanda sebelum tertangkap. Apa kalian pikir kami akan menyerah begitu saja? Terutama Park Jihan. Anak itu benar-benar perusak segalanya." Soojin memijat pelipisnya dramatis. "Anak-anak Park Jiyeon memang sumber masalah."

"Jangan pernah sentuh Jihan!" seru Hyunjae tidak terima.

Gaeun mencengkram leher pemuda itu lalu tersenyum miring. "Emangnya pengecut sepertimu bisa apa?"

Jika rasa takutnya bisa disingkirkan, Hyunjae ingin sekali memberontak. Tapi sentuhan wanita itu benar-benar berhasil membuatnya kembali tenggelam dalam ketakutan. Bahkan dia tidak sadar sudah dicekik.

"Jadi?" tanya Soojin seraya melipat kedua tangannya. "Punya ide untuk menyingkirkan Park Jihan?"

"I'll do anything." Gaeun melepaskan Hyunjae saat merasa pemuda itu tidak lagi berkutik. "Buat janji dengan dia."

"Sure." Soojin meraih ponselnya lalu melirik Hyunjae. "Bagaimana dengan anak itu?"

"Biarkan saja. Hidup atau matinya sama sekali pun tidak mempengaruhi kita."

*Triumvirate*

TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang