Jihoon sudah tidak ingat berapa lama dia dan Sunwoo dirawat di rumah sakit. Lebih tepatnya dia sudah malas mengingatnya. Tidak banyak hal yang menarik juga jadi rasanya tidak perlu diingat-ingat kembali. Selain bagaimana dokter dan suster keluar-masuk ruangan mereka. Dua bodyguard – sekarang bertambah menjadi enam – masih setiap berjaga di depan kamar mereka dan di lorong.
Mereka yang ada disana memang tidak tahu detail apa yang sedang terjadi beberapa hari terakhir selain melihat dari berita. Bagaimana orang tua mereka selalu menjadi headline di setiap artikel dan berita di televisi. Bahkan Sunwoo sampai muak sendiri karena televisi selalu menayangkan berita yang sama.
"Ini jadwal kartun biasa udah pindah tayang atau gimana sih?"
Jihoon hanya memandangi dari tempatnya bagaimana temannya itu menggonta-ganti channel yang hampir semuanya menampilkan berita.
"Oh iya, Hoon." Sunwoo melempar remot ke ujung kakinya lalu mengubah posisinya menjadi duduk. "Besok lo jadi keluar dari rumah sakit?"
"Jadi." Jihoon menggulung celana panjangnya sampai ke lutut. "Tapi gak tahu deh. Kalo dijemput, ya pulang."
Sunwoo langsung mengangguk-angguk. "Iya sih. Kita gak dibolehin keliaran."
Selang beberapa detik kemudian, pintu terbuka dan memperlihatkan teman-teman keduanya datang. Hanya beberapa saja, seperti Soobin, Eric, Yoshi dan Yangyang.
Tapi barang-barang yang dibawa keempatnya sukses membuat Sunwoo merengut.
"Kalian gak bawa makanan?"
Eric menggeleng sambil meletakkan bawannya ke atas tempat tidur Sunwoo. "Lusa bakal ujian kelulusan. Jadi kita sepakat buat bawain kalian bahan belajar."
"Sebenernya lebih diperuntukan buat lo sih." Yoshi meletakkan satu buku paket yang berisi kumpulan soal latihan ujian. "Soalnya Jihoon udah pinter jadi kita gak khawatir."
Sunwoo menepuk pelan belakang lehernya dan mendesah pelan. "Dia juga belajar tiap malem sampe gue mimpiin soal matematika tiap malem."
"Dia juga udah hafal semua rumus geometri." Jihoon menyahut sambil menunjuk teman seruangannya.
"Wih, bangga gue sama lo, Sun!" ucap Soobin sambil menepuk kaki temannya.
"Lo ngapain gulung celana?" sahut Yangyang begitu melihat celana temannya yang sudah tergulung sampai lutut. "Kebanjiran."
"Panas."
"Hoon, diluar lagi hujan dan lo kepanasan?!" sahut Yoshi sambil menunjuk jendela. "Eric aja menggigil sepanjang jalan."
"KOK GUE?"
"Berisik!" ucap Soobin yang langsung membungkam Eric dengan tangannya.
Sekali lagi, pintu ruangan terbuka dan salah satu bodyguard masuk sambil membawa beberapa paper bag.
"Ada kiriman dari tuan muda."
Yoshi langsung menyambut paper bag tersebut. "Terima kasih, om."
Kemudian pria itu keluar lagi.
"Tuan muda siapa?" tanya Soobin dengan pandangan tertuju pada Yangyang. Secara dari mereka semua, hanya temannya itu yang kemungkinan memiliki jawaban.
"Gue gak tahu, woi!"
Jihoon turun dari tempatnya lalu menghampiri Yoshi yang sudah membongkar isi paper bag tersebut. "Oh, dari Kak Eunwoo kayaknya."
"Wih, pasti kaya!" ucap Eric dengan antusias. "Soalnya udah dipanggil tuan muda gitu."
Jihoon hanya mengangguk. Lagian memang benar soal teman kakaknya itu. Hampir semua teman-teman kakak tengahnya memang orang kaya. Apalagi Eunwoo adalah cucu tunggal dari pengusaha terkenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]
FanfictionKelanjutan cerita anak-anak Triumvirate dan konflik yang bermunculan di sekitar mereka. Setelah semua yang terjadi, apakah pertemanan mereka akan terus bertahan atau akan berhenti di tengah jalan?