Jaehyun menatap om dan adik sepupunya yang sudah duduk di ruang makan. Dua orang itu sibuk memilah setiap lembar kertas yang bertaburan di meja. Bahkan dia sudah curiga jika dua orang itu sama sekali tidak sadar akan kedatangannya.
Paling tidak jantung keduanya sempat terhenti saat dengan santainya Jaehyun meletakkan bawaannya ke meja kaca itu dengan kasar.
"Woi lah!" protes Hyunsuk yang sudah memasang ancang-ancang untuk melempar kakak sepupunya dengan sebuah gelas kaca. "Ah, gak lucu Lo, kak!"
"Siapa yang ngelucu coba?" balas Jaehyun sekenanya lalu duduk di samping sang adik. "Ngapain sih?"
"Diem!" sahut Minhyuk yang kembali fokus pada pekerjaannya. "Kalo gak bantuin mending diem aja! Atau pulang sana! Ngapain sih kamu kesini?"
"Maaf, bukannya anda yang nyuruh saya kesini buat minta anterin makanan?"
"Kamu?" tunjuk Minhyuk pada keponakannya.
"Sembarangan!" protes Hyunsuk yang tidak terima dituduh begitu saja. "Bukannya tadi om yang ngoceh-ngoceh minta beliin makanan sama Kak Jaehyun?!"
"Oh, padahal cuma ocehan loh!" ucap Minhyuk yang sepertinya tidak percaya pada apa yang sudah dilakukannya tadi. "Gak tahu kamu peka nganterin kesini."
"Iyalah, orang ngocehnya sambil nelpon, gimana bisa gak peka?! Udah gitu disindir lagi."
"Terus-terus," sela Hyunsuk sambil menarik jaket kakak sepupunya, "gimana keadaan Kak Jihan?"
"Jihan sih sehat-sehat aja. Kan dari awal cuma kejiwaannya aja yang bermasalah." Jaehyun menarik selembar kertas disana lalu membacanya. "Sama kayak yang di seberang Lo!"
"Om denger ya kalian ngomongin apa!" protes Minhyuk tanpa mengalihkan pandangannya.
"Terus," ucap Jaehyun yang sudah mengalihkan pandangannya, "katanya udah berkembang. Udah sampe mana?"
"Udah sampe bisa diproses di kejaksaan." Hyunsuk mengangguk satu amplop cokelat dengan bangga. "Orang yang bantuin kita berhasil ngumpulin hampir semua korban jual-beli ini."
"Loh, katanya masalah itu gak bisa ditanganin?"
Minhyuk menyandarkan punggungnya lalu menghela nafas. "Orang yang bantuin itu juga bilang hal yang sama. Tapi katanya ada satu orang yang bisa handle soal itu dan voilà, para korban nyetujui surat pernyataan bersedia memberikan kesaksian."
"Wih, hebat juga power orang yang handle itu!" puji Jaehyun tanpa tahu jika dia kenal orang yang dimaksud. "Terus udah diserahin ke kejaksaan?"
"Ini loh, kak!" ucap Hyunsuk yang masih mengangkat amplop tadi dengan bangga. "Kejaksaan udah ngasih izin buat mulai investigasi lebih lanjut. Jadi penyelidikan bakal dimulai dalam waktu dekat."
"Perkembangannya drastis banget." Minhyuk berucap penuh bangga. "Akhirnya bisa nemuin titik terang dari kasus ini!"
Jaehyun hanya mengangguk saja. Lagipula dia tidak banyak membantu. Tujuannya datang kesini hanya untuk mengantar makanan untuk dua orang itu. Jadi mungkin dia akan bersantai lebih dulu sebelum pulang ke rumahnya.
"Oh, mereka udah deket, Om!" sahut Hyunsuk yang selesai memeriksa ponselnya.
"Siapa?" tanya Jaehyun tanpa menoleh.
"Orang yang bantuin kita nyelidikin kasus ini. Ini om yang nyusul ke depan atau aku?"
"Om aja." Minhyuk segera beranjak dari tempatnya. "Mereka kan gak pernah ketemu kamu!"
"Oke. Kan aku gak perlu repot-repot bangun."
Selagi Minhyuk pergi, dua keponakannya memutuskan untuk sibuk pada kegiatan masing-masing. Paling tidak hanya selang beberapa detik sampai Hyunsuk mendengar kakaknya mengumpat.
"Kenapa?"
Jaehyun langsung mendorong ponselnya menjauh. "Si Jihan kabur dari rumah sakit."
Bukannya terkejut, Hyunsuk hanya menghela nafas, seolah tidak terkejut dengan kelakuan salah satu sahabat kakak sepupunya itu, kayak sudah diprediksi saja.
"Capek gue temenan sama nih anak!" ucap Jaehyun yang benar-benar terdengar capek. "Ada aja kelakuannya."
"Gak kaget sih." Hyunsuk berkomentar singkat. "Makanya kalian bisa temenan sampe sekarang!"
"Sembarangan!"
"Ambilin itu dong! Haus!"
Jaehyun berdecak tapi tetap menuruti permintaan sepupunya. Jadi dia menarik kantong bawaannya tadi lalu menyimpannya ke tengah-tengah meja.
"Lo tahu siapa yang bantuin om buat kasus ini?"
Hyunsuk menggeleng seraya mengeluarkan isi kantong. "Tapi katanya ada satu cewek sama satu cowok. Gue gak pernah ketemu sih soalnya mereka biasa ketemuan pas jam kerja. Baru kali ini mereka janjian ketemu pas sore gini."
"Oh."
Setidaknya butuh waktu lima menit sampai Minhyuk kembali dengan tiga orang di belakangnya.
"Maaf ya, rumah saya lagi berantakan."
"Gapapa, Om, rumah kita malah lebih parah lagi."
Jaehyun dapat memastikan jika suara yang menjawab ucapan Minhyuk adalah suara cewek yang terdengar asing.
"Apalagi kalo ada mereka, Om!"
"Sembarangan!"
Suara kedua itu terdengar suara cewek lagi tapi sepertinya dari orang yang berbeda. Suara kedua dapat dipastikan suara cowok. Tapi entah kenapa Jaehyun merasa dua suara itu terdengar tidak asing. Khususnya suara cewek yang kedua.
"Mirip suara Kak Jihan ya?!"
Ucapan Hyunsuk juga membuat Jaehyun berpikiran hal yang sama. Tapi tidak mungkin. Kenapa sahabatnya itu datang kesini?
"Di ruang makan aja, sekalian ada dua keponakan saya."
"Oh, gapapa, Om."
Suara cewek pertama yang asing, Jaehyun yakin.
"Hyunsuk!" panggil Minhyuk yang sukses menarik perhatian si pemilik nama.
Hyunsuk baru saja akan menyapa saat tersadar ada satu cewek yang terlihat menonjol. Tangan kiri bergips dengan beberapa luka di wajah. Tapi hebatnya dia kenal cewek itu sampai membuatnya memukul Jaehyun dengan panik.
"Loh? Kang Hyunsuk?"
"Itu, ada kesini! Lihat, kak!"
Omongan Hyunsuk bahkan terdengar belepotan sampai Jaehyun malas untuk menanggapi. Tapi berhubung ingat ada tamu omnya, jadi dia memutuskan untuk menjaga sikap. Ya, baru keputusan karena detik berikutnya kata-kata kasar mulai terlontar bergitu saja.
"Anjing Lo, Park Jihan! Ngapain Lo disini?"
"Kebalik, sial!" balas Jihan gak kalah sengit. "Kok Lo disini?"
"Oh, saling kenal?" sahut Minhyuk sambil menunjuk dua remaja itu.
"Om, dia juga anak Triumvirate sama kayak Kak Jaehyun!" ucap Hyunsuk yang masih belum pulih dari keterkejutannya.
"Oh, pantes keliatan gak asing."
"Loh, kenal sama Jaehyun, Om?" sahut satu-satunya tamu cowok disana, yang tidak lain adalah Park Jinwoo.
"Jaehyun itu keponakan saya."
"Wah, sempit ya?" komentar cewek tinggi lain yang adalah Im Nayoung.
"Lo kabur dari rumah sakit!" tuding Jaehyun yang belum selesai mengomeli sahabatnya. "Yang lain pada nanyain!"
Jinwoo terlihat tidak tahu-menahu soal 'kabur dari rumah sakit' jadi dia langsung menjewer telinga adik sepupunya.
"Lo bilang boleh keluar?"
"Boleh soalnya gue diem-diem!" balas Jihan yang masih membela diri.
Nayoung, sebagai satu-satunya orang yang berusaha waras langsung memilih untuk mengalihkan perhatian Minhyuk.
"Jadi, Om, udah sampe mana?"
*Triumvirate*
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]
FanfictionKelanjutan cerita anak-anak Triumvirate dan konflik yang bermunculan di sekitar mereka. Setelah semua yang terjadi, apakah pertemanan mereka akan terus bertahan atau akan berhenti di tengah jalan?