111

5 1 0
                                    

Junseo menatap sekitarnya, terlalu banyak orang sibuk yang berlalu lalang. Terkecuali dirinya yang hanya duduk, menerima laporan dan mengerjakan pekerjaan seperti seharusnya. Dia jarang beranjak dari tempatnya, sekalipun meninggalkan kursi hanya untuk ke toilet atau pulang.

Entah orang-orang tidak terlalu peduli padanya atau bagaimana. Intinya seolah keberadaannya selama satu bulan ini tidak terlihat.

Junseo juga tidak mengerti kenapa dirinya yang sudah berusia 40 lebih bisa masuk ke tempat ini dengan mudahnya. Padahal sulit sekali bekerja di sebuah perusahaan besar saat usia seseorang semakin tua. Rasanya salah saja saat dirinya selama sepuluh tahun terakhir menjadi buruh dan tiba-tiba menjadi salah satu karyawan disini.

Pandangannya beralih pada layar komputer yang menampilkan hal-hal yang harus dikerjakannya. Bisa dibilang pekerjaannya selalu dipuji karena hasilnya yang sesuai dengan keinginan atasan. Jadi kadang rasanya tidak terlalu buruk juga.

"Psst!" bisik seseorang dari belakangnya. "Anda karyawan baru ya?"

Junseo tidak menoleh tapi hanya mendorong sedikit kursinya. "Iya."

Agak lama orang itu membalas lagi tapi tiba-tiba seorang wanita dari meja paling ujung menggeser kursinya ke arah meja kerja Junseo. Kemudian orang di belakangnya ikut merapat dan alhasil dia harus diapit oleh dua orang asing itu.

"Saya Jang Hyeri dari bagian pemberdayaan." Wanita di sebelah kanannya itu berucap dengan ramah. "Dan dia Moon Taeri dari bagian perencanaan."

Pria di sebelah kirinya tersenyum singkat. "Anda Jeon Junseo, kan?"

Junseo hanya mengangguk bingung.

"Wah, nama anda untuk beberapa minggu ini sudah tersebar di seluruh bagian." Hyeri berucap penuh dengan antusias.

"Oh ya?" tanya Junseo sekenanya walaupun penasaran hal ini merupakan tanggapan positif atau negatif.

"Tenang saja," ucap Taeri dengan ramah, "nama anda terkenal karena reputasi yang baik."

Hyeri menatap sekitar yang tampak tidak peduli pada keberadaan mereka. "Orang-orang bagian keuangan jarang terlihat peduli tapi mereka terus membicarakan anda diluar perusahaan."

"Ya, anda cukup terkenal. Makanya kami datang kesini untuk bertemu langsung dengan analis keuangan terbaru yang dimiliki perusahaan ini." Taeri menambahkan dengan nada antusias yang tertahan.

"Jadi," ucap Hyeri sambil merapatkan kepalanya ke arah Junseo, "anda ada di pihak siapa?"

Kening Junseo berkerut tapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya.

Taeri memberikan tatapan tidak percaya lalu mencolek rekannya. "Masa dia gak tahu apa-apa?"

"Seriusan gak tahu?" tanya Hyeri yang malah terlihat bingung. "Anda masuk kesini tanpa tahu apa-apa?"

Junseo jadi mempertanyakan hal apa yang sudah dia lewati. Jihan memang tidak memberikan informasi penting selain profil umum tentang perusahaan ini. Ditambah lagi sahabat putranya itu meminta jangan mengatakan apapun soal hubungan mereka.

"Anda benar-benar tidak tahu?" sahut Taeri lagi.

"Tahu apa?"

Hyeri menegakkan tubuhnya lalu mengambil asal sebuah kertas, seolah dia tengah mengerjakan sesuatu. "Anda tahu perusahaan ini anak dari PJ Groups, kan?"

Junseo mengangguk karena memang tahu hal dasar seperti itu.

"Apa anda tahu siapa pemimpin anak perusahaan ini?" tanya Taeri.

Junseo menggelengkan kepalanya.

"Anda tidak tahu hal dasar ini?"

Junseo mengangguk.

Taeri tampak menggeleng putus asa lalu menghela nafas. "Perusahaan ini dipimpin oleh Park Jisung, menteri pendidikan negara kita. Anda tidak tahu?"

Tahu sih tapi Jihan bilang untuk pura-pura tidak tahu akan semuanya.

"Wah, pantas saja anda langsung lolos pada tahap interview pertama." Hyeri menggelengkan kepalanya lalu menepuk bahu pria itu. "Perusahaan ini memang mencari orang-orang seperti anda, yang tidak tahu apa-apa agar mudah dikendalikan."

Junseo malah mempertanyakan kembali apakah keberadaannya disini adalah pilihan benar atau tidak. Terlalu banyak hal yang dia tahu dan tidak tahu, semuanya seimbang.

"Sebagai informasi," ucap Taeri dengan bisikan, "Park Jisung sedang merebutkan posisi utama di PJ Groups, melawan putrinya sendiri. Aku dengar putrinya akan menjadi pemimpin PJ Groups selanjutnya, menggantikan mendiang Park Jiyeon."

"Jika putrinya naik," lanjut Hyeri, "maka Park Jisung akan kehilangan semua kesempatan itu, bahkan besar kemungkinan posisinya untuk maju menjadi presiden akan sulit."

Junseo tahu setengah informasi tersebut. Jungkook selalu membawa cerita bagaimana sahabat putranya itu terus melawan ayahnya sendiri untuk mempertahankan peninggalan ibunya.

"Jika anda di pihak Park Jisung, anda bisa bertahan disini lebih lama."

"Tapi jika anda di pihak putrinya, saya tidak tahu berapa lama lagi anda bisa bertahan disini. Atau mungkin bisa berakhir mengenaskan seperti analis keuangan yang sebelumnya." Taeri mengakhiri penjelasan mereka sambil menarik mundur tubuhnya.

"Memangnya apa yang terjadi pada yang sebelumnya?" tanya Junseo yang penasaran.

"Kehilangan segalanya." Hyeri berucap dengan gugup. "Pekerjaan, keluarga bahkan nyawanya sendiri."

"Om, aku minta maaf karena udah ngelibatin Om sebelumnya tapi cuma ini yang bisa aku pikirin buat sekarang. Pokoknya Om cukup kerjain pekerjaan disana kayak biasa dan jangan sampe terlalu curi perhatian. Terus Om juga perlu jadi orang yang clueless, gak tahu apapun soal aku dan perusahaan."

Junseo teringat kata-kata tersebut tepat sehari sebelum dirinya bekerja disini. Jihan berulang kali meminta maaf sampai Minji harus menghentikannya. Gadis SMA itu benar-benar terdengar putus asa walaupun tidak terlihat pada wajahnya.

"Jadi anda akan memilih ada di pihak siapa?"

Pertanyaan Taeri berhasil membuat tekad Junseo semakin bulat. Tekadnya untuk membantu sahabat putranya.

"Saya rasa akan berada di pihak yang sudah pasti aman."

Dua karyawan disana berpikir jika Junseo akan ada di pihak Jisung untuk keamanan tapi pria itu memilih sebaliknya.

"Pihak yang pasti akan menang..." Park Jihan. "...karena saya yakin dia bisa menang dengan usahanya yang sebesar itu."

*Triumvirate*

TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang