Pantang hukumnya bagi anak-anak Triumvirate berkumpul di tempat umum. Alasan utamanya sama seperti kejadian yang sudah-sudah, yaitu dikepung oleh sekelompok preman atau musuh mereka dari sekolah lain. Makanya tidak heran jika mereka hanya berkumpul di rumah salah satu dari mereka.
Terkecuali baru-baru ini, kedelapannya jadi sangat sering berkumpul di kafe milik Changkyun. Memang hanya kafe tersebut yang menjadi tempat kumpul teraman selain di rumah mereka.
Sebenarnya ada satu tempat yang juga cukup sering mereka kunjungi, tapi tidak sekaligus bersama. Paling hanya satu atau dua orang dari mereka saja yang datang.
Yaitu sirkuit balapan.
Tempat yang selalu ramai hampir di setiap malam. Tempat berkumpulnya para remaja atau dewasa yang sedang membutuhkan hiburan yang berbeda. Tempat yang sangat aktif jika sebagian besar dari mereka sedang jenuh.
Kali ini hanya Hyunjae sendiri yang datang. Diam-diam, tanpa sepengetahuan yang lain. Cowok tinggi itu datang dengan berbekal motor Minho yang selalu menganggur di garasi. Setelah banyak kejadian akhir-akhir ini, dia membutuhkan sedikit udara segar dibanding apapun.
"Feel lonely?"
Kepalanya hanya melirik sekilas ke arah kirinya dan mendapati cowok tinggi lain datang seraya mengulurkan sebatang rokok. "Ada yang taruhan?"
"Baru selesai." Cowok itu menarik rokoknya saat sadar benda itu tidak akan diambil. "Kenapa? Mau ikutan?"
"Gak mood." Hyunjae melipat kedua tangannya di depan dada seraya mengamati keramaian. "Kayaknya ada yang mau taruhan tuh!"
Cowok itu menatap sekilas sebelum akhirnya menghela nafas. "Dia butuh duit buat beli obat."
"Make?" tanya Hyunjae dengan kening berkerut. "Ada yang make?"
"Tempat ginian gak selalu bersih, Jae!" ucap cowok itu disusul dengusan sebal. "Dia juga yang bikin sirkuit ditutup akhir-akhir ini!"
"Pantesan si Mingyu ngeluh gak punya temen main!"
Cowok di sebelahnya kembali mendengus. "Heran gue, dia kayak gak punya temen tahu gak?! Enek gue mandangin mukanya mulu!"
Hyunjae hanya tersenyum tipis dan kembali memandangi keramaian. Tidak banyak orang yang dikenalnya disini, mungkin akan berbeda jika ada Jihan. Cewek itu memiliki banyak musuh dimana-mana. Jadi tidak aneh jika dia akan mendapati paling tidak dua orang dalam satu kelompok kecil sebagai musuhnya.
"Anyway, katanya kalian berantem sama anak sekolah gue, gara-gara apaan?"
Oh ya, cowok di sebelah Hyunjae itu namanya Winwin, salah satu teman SMP mereka yang kini bersekolah di SMA Kingston. Perawakannya sama seperti Jacob, lemah lembut dan manis tapi still there a devil inside him. Winwin juga adalah pemilik sirkuit balapan ini, kata lainnya dia adalah bosnya.
"Gak tahu, kayaknya emang Jihan hobi banget bikin masalah."
"Tapi tenang aja," ucap Winwin seraya menyalakan rokoknya, "udah gue tanganin juga sih. Jadi kemungkinan mereka gak bakal nyerang kalian lagi."
Hyunjae menatap sinis cowok manis itu. "Akhirnya Lo nunjukin taring asli ya?"
Winwin menghembuskan rokoknya lalu membalas tatapan Hyunjae. "Cowok nerd yang gak tahu apa-apa? Peran gue cukup berguna juga disana."
"Dan Lo juga yang katanya ngalahin pemimpin asli Kingston?"
Winwin menghisap rokoknya untuk terakhir kali sebelum dibuang. Kemudian dia mengangkat kaosnya sampai ke atas perut. Ada bekas luka jahitan pada bagian kanan perutnya.
"He carries a dagger."
"Damn!" runtuk Hyunjae lalu melirik wajah cowok itu dengan horor, seolah memprediksi apa saja yang dilakukan cowok pendendam ini. "Terus Lo apain?"
"Send to hell? I want that!" balas Winwin dengan santai seraya merapikan kaosnya. "Tapi gue masih punya hati buat gak main sejauh itu!"
"Wow, you're a devil with and angel's face but..."
Ucapan Hyunjae tidak terselesaikan begitu saja. Rasanya tidak ada kata yang tepat. Winwin, cowok itu sama parahnya dengan Jihan atau Jungkook jika sudah berkelahi. Benar-benar tidak kenal ampun. Makanya mereka cukup menghindari Winwin saat SMP. Beda lagi saat cowok itu masuk ke Kingston. Mereka dengar Winwin sudah tobat berkelahi dan malah meneruskan bisnisnya di sirkuit balapan. Winwin berubah menjadi cowok nerd saat di sekolah, kutu buku yang menghindari kekacauan. Tapi disini, dia adalah penguasanya. Mungkin satu hentakan kaki bisa merubah semuanya.
"Bos!"
Bahkan panggilannya sudah berbeda.
Hyunjae menatap seorang cowok yang sedang membisikkan sesuatu pada Winwin sambil sesekali melirik ke arahnya. Tapi sepertinya dia tidak terlalu peduli pada lirikan itu. Bahkan dia baru sadar jika banyak pandangan yang sudah tertuju ke arahnya.
"Triumvirate, hah? Sendiri?"
Seruan remeh seseorang terdengar dari kerumunan di seberangnya.
"Ngapain kesini? Cari mati?"
"Win!" panggil Hyunjae tanpa menoleh. "Kayaknya ada pemberontak ya?"
Winwin yang sudah selesai menerima kabar langsung tersenyum tipis. "Musuh lama kalian, kan? Dia nantangin Lo, gimana? Mau? Kalo gak, biar gue urus anaknya?!"
"Gak perlu." Hyunjae menggulung lengan bajunya sampai ke sikut dan tersenyum. "Gue sekarang inget siapa dalang yang bikin dua temen gue masuk rumah sakit baru-baru ini."
Winwin yang tahu siapa yang dimaksud langsung ikut memasang ekspresi marah. "Biar..."
"Psst, Lo pura-pura gak tahu aja!" ucap Hyunjae sambil menahan cowok itu. "Jadi dengan gini, gue tahu bisa nemuin dia disini!"
"Kenapa? Takut? Siapa suruh datang kesini sendirian?"
"Dia make gak?" tanya Hyunjae lagi.
Winwin mengangguk kecil. "Anak buah gue pernah nemuin kokain di bawah kursinya. Oh, dia juga pengedar!"
"Triple kill." Hyunjae kembali tersenyum miring. "Lo lama gak keliatan udah jadi pengemis ya?"
Cowok yang dimaksud tampak tersinggung. "Itu semua gara-gara Lo semua!"
"Kok kita?"
"Gara-gara Lo semua, gue dikeluarin dari sekolah dan..."
"Diusir orang tua Lo sendiri?" potong Hyunjae dengan santai. "Bagus sih keputusan mereka buat ngebuang anak gak berguna kayak Lo!"
Cowok itu langsung maju dengan penuh amarah. Dia bahkan sudah mengacungkan tinjunya kepada Hyunjae dan segera dihalangi Winwin.
"Gue rasa ada hal lain yang bisa nyalurin kemarahan Lo berdua."
Hyunjae melirik motornya lalu menghela nafas. "Gue gak bawa mobil, Win!"
"Tenang aja, motor juga boleh kok!" ucap cowok itu dengan menantang. "Kita liat seberapa hebatnya Lo nguasain jalanan ini!"
"Oh, bagus deh." Hyunjae mendengus pelan sambil berharap motor Minho tidak bermasalah saat dibawa balapan. "Jadi apa taruhannya? Gue gak bawa apa-apa nih selain motor!"
"Satu putaran. Tentu aja motor Lo jadi taruhannya!" balas cowok itu lagi.
Hyunjae tersenyum. "Bisa digantung Minho nih kalo motornya gak balik tapi deal."
Winwin menepuk bahu teman SMP-nya itu lalu berbisik, "rute ini banyak tikungannya jadi gue rasa Lo ada sedikit kesempatan."
"Oh, nice information! Thank you!"
"Oke, semua!" seru Winwin lalu berbalik. "Get ready to start!"
*Triumvirate*
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]
FanfictionKelanjutan cerita anak-anak Triumvirate dan konflik yang bermunculan di sekitar mereka. Setelah semua yang terjadi, apakah pertemanan mereka akan terus bertahan atau akan berhenti di tengah jalan?