171

5 1 0
                                    

Kazuma memijat pelan pangkal hidungnya sebelum melirik waktu pada ponselnya. Sudah lewat tengah malam dan kepalanya cukup pusing karena harus memandangi beberapa layar komputer sekaligus. Bahkan pada satu layar terbagi lagi menjadi beberapa bagian dari rekaman kamera pengawas yang berhasil diaksesnya. Mungkin hanya satu layar yang sedang menampilkan sebuah maps yang juga sedang diamatinya.

"Kazuma!" panggil Youngjo yang masih terhubung pada telepon. "Status?"

"Masih sama." Kazuma menjawab seraya melirik dua titik merah yang terus bergerak. "Mereka masih gerak. Gue gak bisa update terus ke Kak Chanyeol soalnya mereka mutar-mutar."

"Mereka masih ngikutin?"

"Harusnya masih. Gue gak bisa prediksi tujuan mereka tapi yang pasti, akses keluar kota udah ditutup. Jadi kemungkinan kecil buat mereka bisa pergi jauh."

Suara Youngjo terdengar berisik sebelum akhirnya kembali normal. "Jihan! Update!"

"Gak ada kemajuan."

Kazuma melirik titik merah dimana nama Jungkook tertera. "Kalung lo mati? Kok gak kebaca?"

"Putus gara-gara Jeongwoo ngamuk. Tapi gue masih stay di rumah kok. Yang lain gimana?"

Kazuma kembali melirik nama-nama Triumvirate yang tertera di layar komputernya. Tidak ada pergerakan selain milik Jacob.

"Mereka masih di tempat. Ini gak ada yang bisa gue lakuin lagi sih. Gue juga gak bisa kemana-mana."

"Lo stay disana aja." Youngjo menyahut. "Taehyung sama yang lain juga udah mulai nyari mereka."

Kazuma menatap tampilan yang sedang menghubungkan panggilan ketiganya pada layar komputer yang lain. Agak lama mereka terdiam sampai tangannya justru usil membuka kamera yang terhubung ke Jihan.

"Anjir!" pekiknya seketika saat menyadari cewek itu tengah meneguk sebotol bir. "Lo minum itu semua?"

Jihan yang sadar panggilan mereka berubah menjadi panggilan video malah tertawa. "Lagi butuh pelampiasan jadi udah diizinin Kak Jinwoo tadi."

Youngjo yang juga terhubung malah menampilkan ekspresi horor. "Lo minum itu semua?"

Kazuma beralih menatap botol-botol kaca yang sudah terbuka dan dapat dipastikan jika botol tersebut sudah kosong. Totalnya mungkin ada lima botol – enam dengan yang tengah dipegang cewek itu.

"Gak." Jihan menjawab seraya menggeser dua botol. "Satu setengah diminum Kak Jinwoo, setengahnya lagi diminum Seonghwa."

Youngjo sudah hafal dengan kebiasaan Jinwoo yang sering melampiaskan pekerjaannya pada sebotol bir. Paling banyak juga dua botol lalu berhenti dan kembali fokus pada pekerjaan.

"Lo hamil atau gimana?" tanya Kazuma saat posisi kamera Jihan berubah dan mendapati gundukan dibalik selimut yang menutupi perut gadis itu.

"Haruto." Jihan membuka selimutnya dan memperlihatkan sebuah kepala. "Abis nangis gara-gara tahu Junghwan gak pulang."

"Terus adeknya Jinwoo masih tantrum?" tanya Youngjo.

"Barusan kelar. Abis disogok makanan."

Tiba-tiba saja muncul notifikasi danger pada sudut layar komputer dan membuat Kazuma langsung beralih pada komputer yang lain. Ada pergerakan dua titik merah yang keluar dari radius bahaya yang mereka tetapkan. Kazuma juga langsung memperbesar satu kamera pengawas dimana sebuah mobil van hitam baru saja melaju.

"Han," panggilnya seraya mengetik berbagai hal, "Jaehyun sama Hyunjae diculik."

*Triumvirate*

Tidak tahu inisiatif darimana tapi Hyunbin merasa harus menghubungi kakaknya si kembar. Jadi selagi seisi rumah itu sibuk di ruang tengah, dia malah menuju dapur dengan ponselnya.

"Kak," panggilnya seraya mengamati ruang tengah, "bisa pulang gak?"

Sangyeon yang memang belum diberi soal kehilangan Giwook malah bertanya, "kenapa, Bin? Gue barusan sampe di rumah sih. Oh iya, lagi sama si kembar gak? Giwook? Kok mereka gak ada di rumah sih?"

"Lo belum dikabarin, ya?" tanya Hyunbin dengan hati-hati.

"Apanya?" tanya Sangyeon kembali dengan suara yang terdengar khawatir. "Ada apa?"

Hyunbin mengalihkan pandangannya pada kaca jendela dan samar-samar mendapati bayangan beberapa orang diluar. Keningnya berkerut.

"Bin? Apa perlu gue kesana?"

"Kak, bilangin sama bokap lo, rumah Jaehyun lagi diincer orang." Hyunbin buru-buru berlari ke ruang tengah dan mendapati pintu rumah sudah didobrak. "Sial!"

"Hyunbin!" panggil Sangyeon tapi sayangnya ponsel cowok tinggi itu sudah terjatuh ke lantai. "Shit!"

Sedangkan rumah Jaehyun, semua orang sudah berkumpul di ruang tengah. Jumlah mereka sama sekali tidak sebanding dengan kelompok orang berpakaian serba hitam itu. Belum lagi mereka banyak membawa senjata tumpul.

Seokmin menarik Juyeon agar lebih merapat ke arahnya. "Lo semua siapa?"

Minho sendiri menarik kakak sepupunya saat tahu yang diincar orang-orang itu adalah Hyunjae dan Jaehyun. "Gue pernah ngeliat mereka."

"Dimana?" tanya Jaehyun yang sebisa mungkin untuk menjaga diri mereka.

"Suruhannya si Gaeun sialan." Minho mengepalkan tinjunya. "Mereka yang disuruh buat nyelakain lo!"

Hyunjae tahu sekarang bukan waktunya tapi nama itu tetap saja berhasil mematahkan keberaniannya. Nama yang selalu menjadi mimpi buruk untuknya.

Keenam orang itu tahu jumlah musuh mereka tidak sebanding tapi tetap saja, mereka harus memukul mundur orang-orang itu.

*Triumvirate*

Sangyeon benar-benar baru sampai di rumah saat Hyunbin menghubunginya. Dia bahkan baru saja akan mengambil minum setelah beberapa kali memanggil ketiga adiknya tapi tidak ada jawaban.

Jadi saat merasa ada yang tidak beres, pemuda itu langsung mengambil ponselnya yang lain lalu menghubungi papanya. Sangyeon juga buru-buru pergi ke ruang kerja papanya dan mencari sesuatu yang bisa dia gunakan.

"Kenapa?"

"Pa," ucap Sangyeon seraya mengambil satu senapan panjang yang dipajang, "Papa dimana? Pulang sekarang! Anak-anak lagi kena bahaya di rumah Jaehyun!"

"Kamu dimana sekarang?"

"Mau ke rumah Jaehyun." Sangyeon mengatur peluru pada senapan itu lalu menghela nafas. "Hyunbin bilang ada yang ngincer rumah Jaehyun."

"Kamu jangan pergi pake tangan kosong."

"Aku ngambil senapan di ruang kerja." Sangyeon langsung keluar dari ruangan, berlari ke depan rumahnya dan mulai mengatur senjatanya pada pagar. "Papa buruan pulang!"

"Iya, papa bakal kesana secepat mungkin! Kamu hati-hati!"

Sangyeon tidak mau menjawab dan justru fokus menembak dua orang yang berjaga di depan rumah Jaehyun. Senapan yang digunakannya sekarang sengaja dipasang peredam sehingga tidak menimbulkan suara saat menembak.

Dua orang tumbang. Sangyeon juga dapat melihat penjaga yang biasanya berjaga di depan rumah mereka sudah dilumpuhkan.

Tanpa pikir panjang, dia langsung berlari ke rumah Jaehyun dan berjaga untuk menembaki orang-orang di dalam rumah sebanyak mungkin. Sangyeon juga menyempatkan diri menempelkan pelacak di mobil salah satu pencuri karena dia tahu dia juga bisa jadi korban kapan saja.

Sudah sepuluh peluru yang dilepaskannya dan berarti sudah sepuluh orang juga yang tumbang karena tembakannya. Saat yang sama, seseorang muncul dari belakang pemuda itu dan menusuknya dari belakang.

Sangyeon yang memang sejak kecil sudah terlatih bertarung dengan papanya tidak langsung tumbang. Dia sempat menembak kaki pria itu lalu menggunakan pisau yang menusuknya untuk menusuk bahu dan punggung pria itu.

Lima orang yang berada di dalam rumah keluar, menyeret serta Hyunjae dan Jaehyun yang sudah tidak sadarkan diri. Sangyeon sempat menembak satu orang sebelum ditumbangkan dengan satu pukulan.

*Triumvirate*

TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang