181

4 1 0
                                    

"Ada yang ngebocorin ke media kalo anak-anak diculik."

Jihan dapat mendengar percakapan Chanyeol melalui earpiecenya. Sekalipun pandangannya masih tertuju pada jalanan di depan.

Kalo ada cerita dramatis menghadapi kematian, mungkin Jihan tidak akan terlihat seperti itu. Gadis yang seolah tidak peduli pada hal yang akan di hadapinya nanti itu malah menyetel musik metal dan bersenandung ria. Bahkan ketika jalanan yang dilaluinya mulai menjauhi perkotaan.

Jihan sadar keamanannya saat ini tidak bisa dijamin. Dia bahkan sudah pasrah jika akhirnya akan ingkar janji untuk kembali hidup-hidup. Juga, beberapa menit sebelum berangkat, dia menyempatkan diri berpamitan dengan teman-temannya dan menjanjikan satu hal yang sama, bahwa dia akan kembali hidup-hidup.

"Kita pisah disini!"

Suara Chanyeol mengudara dan membuat gadis itu melirik spion, dimana beberapa mobil di belakangnya mulai berbelok saat terdapat persimpangan. Tapi mereka bukannya ingin meninggalkan Jihan, melainkan mengambil alternatif lain agar tidak ketahuan.

Semakin jauh, jalan menuju lokasi Kim Soojin semakin sepi. Bahkan nyaris tidak menemukan area perumahan selain hutan dan semak-semak. Jalannya bahkan tidak mulus. Dia menjadi sedikit pesimis jika Chanyeol dan polisi yang lain dapat menemukan jalan alternatif.

Mungkin nyaris tengah malam saat mobilnya berhenti di depan deretan gedung terbengkalai. Udara dingin, suasana lembab dan gelap. Lampu remang-remang hanya terpasang di lantai-lantai gedung teratas. Tidak banyak yang bisa dilihat. Sekitarnya bahkan sudah dipenuhi oleh semak belukar yang tinggi.

Oh, ada beberapa mobil terparkir disana.

Jihan menarik nafas sedalam mungkin sebelum memasuki gedung paling belakang. Entah insting darimana, gadis itu hanya mengikuti kemana kakinya melangkah. Dia bahkan tidak tahu kemana seharusnya. Sedikit-banyak berharap waktunya tidak terbuang banyak karena tersesat.

Setelah menaiki beberapa tangga, akhirnya terdengar suara bising di atas kepalanya. Tepat di lantai keempat, dengan sangat jelas dia melihat Hyunjae yang tergantung dengan kedua tangan terikat ke atas. Tubuh itu sudah basah dan yang pasti sangat berantakan. Temannya benar-benar disiksa.

"Oh, kamu benar-benar kesini sendirian?"

Jihan melirik dua wanita yang duduk di sebelah kiri lalu memutar matanya malas. "Gue ngeluangin waktu buat nemuin lo berdua loh!"

Tidak hanya itu, beberapa orang suruhan Soojin juga mulai mengepung Jihan dari belakang. Seolah tidak akan membiarkan gadis itu keluar hidup-hidup.

"Lepaskan kalungnya!" suruh Gaeun pada salah satu orang disana.

Jihan langsung menahan tangan pria yang akan menyentuhnya lalu memutar tangan itu sampai lawannya berlutut. Tangan kirinya juga bergerak untuk melepaskan kalungnya dan memperlihatkan kalungnya yang berbeda dengan kalung Hyunjae dan yang lain.

"Gue tahu kok lo berdua udah tahu soal pelacaknya. Jadi ini cumaa antara kita. Gak bakal ada gangguan yang lain."

"Keputusan yang bijak." Soojin mengisyaratkan orang suruhannya untuk bersantai sejenak. "Jadi, apa kesepakatan kita?"

"Gue?" tanya Jihan seraya menunjuk dirinya sendiri dengan bingung. "Wah, gue sih gak ada kesepakatan apa-apa. Bukannya lo berdua yang mau bikin kesepakatan sama gue?"

Gaeun berdecih. "Lihatlah, betapa superiornya gadis itu!"

"Mereka kayaknya bakal bener-bener ngabisin kamu disini."

Jihan melirik sekilas Mamanya yang sudah berdiri di sebelah kirinya. Dia sempat lupa jika wanita itu ada di sekitarnya. Tapi gak mau ngundang kecurigaan, Jihan mengabaikan wanita itu.

TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang