Youngjo mengikuti langkah pemilik rumah seraya mengamati bagian dalamnya. Sepi. Biasanya dia mendapati Jeongwoo sudah meneror Jinwoo yang baru pulang atau Seonghwa yang tiduran di sofa. Tapi kali ini mereka tidak terlihat.
"Adek-adek Lo mana?"
Jinwoo yang baru saja meletakkan bawaannya ke pantry hanya mengedikkan bahu. "Kalo Jeongwoo sih pasti masih di panti. Seonghwa, tahu deh dia lebih sering ke rumah sakit akhir-akhir ini."
"Mereka gak nanyain Jihan?"
"Percuma gak sih?" balas Jinwoo lagi seraya membuka kulkasnya dan terdiam untuk beberapa waktu. "Mereka udah hafal sama kebiasaan Jihan yang ngilang. Biar aja dia muncul sendiri."
Youngjo cuma ngangguk terus jalan ke ruang tengah. Sebenarnya dia tahu sih alasan kenapa Jihan tidak mau bertemu Jihoon tapi ranahnya cukup sebatas tahu dan tidak ingin menceritakannya. Lagipula biarkan saja. Youngjo tidak mau memperkeruh suasana keluarga orang lain.
"Kak Jimin juga udah coba ngubungin dia tapi hasilnya sama aja." Jinwoo kembali sambil membawa dua kaleng minuman dingin dan satu toples makanan ringan. "Kayak dia ngilang dari bumi."
Baru saja dibicarakan, Youngjo sudah mendapat notifikasi pesan dari Jihan. Tapi cowok itu tidak mengatakan apa-apa dan pura-pura menyalakan laptopnya.
"Oh ya," ucapnya berusaha mengalihkan topik tentang Jihan, "rekamannya buat apaan?"
Jinwoo menggelengkan kepalanya sambil mendudukkan diri di sebelah kanan yang lebih tua. "Gue tiba-tiba pengen ngecek aja. Kira-kira ada yang kita lewatkan gak sebelumnya. Gue cuma gak mau kita buntu aja."
Youngjo tidak mau banyak tanya lagi dan mulai mengotak-atik laptopnya. "Laptop Lo ada, kan?"
"Ada nih." Jinwoo menarik keluar laptopnya dari bawa sofa dan mengundang tatapan aneh dari yang lebih tua. "Tempat aman dari jangkauan Jeongwoo. Dia gak suka kolong meja, tempat tidur dan sofa."
Youngjo tidak menanggapi dan memilih melihat laptop milik cowok yang lebih pendek. "Oke, kayaknya spesifikasi laptop Lo masih aman. Buruan nyalain!"
Jinwoo menurut saja. Ditunggu sampai laptopnya menyala dan tiba-tiba berubah tampilan dengan sendirinya. Dia diam saja karena tahu Youngjo sedang melakukan sesuatu. Sampai akhirnya sebuah jendela penyimpanan muncul dan menampilkan sejumlah folder dengan nama berupa angka.
"Itu rekaman seminggu sebelum dan sesudah nyokapnya Jimin meninggal. Termasuk CCTV di jalanan yang gue dapetin dalam radius satu kilometer. Isi tiap video kebagi dua soalnya emang kesimpan di sistem tiap 12 jam sekali."
"Oke, makasih." Jinwoo mulai membuka tutup setiap folder, mencari hal yang tepat. "Kita masang CCTV di rumah Tante kapan sih?"
"Sebulan sebelumnya." Youngjo mulai menyibukkan dirinya. Pura-pura sibuk saja agar tidak ketahuan jika dia sedang berkomunikasi dengan Jihan. "Lo yakin mau ngecek ribuan rekaman disana?"
"Gak sih. Paling cuma beberapa bagian penting."
Mungkin ada sekitar lima jam kedua cowok itu sibuk dengan laptop masing-masing. Bahkan mereka nyaris tidak sadar saat Hyunjun masuk ke rumah dengan Jeongwoo di punggungnya.
"Oh, Kak Jinjin di rumah?"
Dua cowok disana menoleh dan mengangguk kompak. Jinwoo juga segera beranjak saat menyadari ada adik bungsunya di punggung remaja itu.
"Sini, biar gue bawa Jeongwoo ke kamar!"
"Gapapa, kak." Hyunjun menolak halus seraya memperbaiki posisi anak SD di punggungnya. "Biar aku aja sekalian. Kakak juga kayaknya sibuk. Lanjut aja, kak!"
"Oh, oke deh." Jinwoo terus memandangi remaja itu sampai sudah benar-benar menaiki tangga barulah dia kembali duduk.
"Kayaknya gue makin sering liat dia deh?!" ucap Youngjo yang ikut menghentikan kegiatannya untuk sekedar bersandar. "Anak panti depan?"
Jinwoo mengangguk lalu menatap deretan kaleng kosong di atas meja. "Dia yang biasanya nemenin Jeongwoo di rumah."
"Gak sekolah?"
"Jihan bilang sih dia sama Jisung, anak yang kecelakaan kemarin itu berhenti sekolah pas mau masuk SMP. Mereka mau bantu-bantu orang panti katanya."
"Oh." Youngjo membalas singkat lalu menatap layar laptopnya. "Lo dapet apa aja?"
"Gak ada. Paling juga rekaman Jihan sama Jimin debat sepanjang jalan." Jinwoo menjawab sambil menyandarkan punggungnya. "Gak mudah ya?"
"Kalo gampang sih udah selesai cuma dengan satu hari." Youngjo mengalihkan pandangannya ke tangga dan mendapati remaja yang sama turun dari sana. "Anyway, tuh anak sekilas mirip temennya Junkyu. Dia juga keliatan agak mirip sama dokter yang namanya Min Yoongi."
Jinwoo diam-diam mengangguk setuju. Dia juga beberapa kali berusaha menerka-nerka orang yang mirip remaja itu.
"Refreshing bentar ya, kak!" ucapnya pelan lalu menutup laptopnya. "Jun, sini deh!"
Hyunjun yang baru menapak anak tangga terakhir langsung berhenti. Untuk beberapa detik dia keliatan berpikir sebelum akhirnya mendekat.
"Kenapa, kak?"
"Udah makan belum?"
"Udah."
Jinwoo mendesah kecewa lalu mengambil ponselnya. "Boleh minta tolong gak?"
Hyunjun mengerjapkan matanya sebelum mengangguk.
"Jadi kita lagi delivery makanan. Tapi berhubung gue mager nih ya, bisa tolong ke depan gak? Nungguin yang nganter? Ntar gue kasih bonus deh."
"Oh, cuma ngambil, kan?" tanya Hyunjun sambil mengangguk pelan. "Gak perlu kok, kak. Lagian gak perlu banyak tenaga kok. Yang nganter udah dimana?"
"Simpang empat. Udah belok kesini."
"Oke. Aku tunggu di depan dulu!" ucap Hyunjun lalu berjalan ke arah pintu.
"Kurang ajar Lo nyuruh-nyuruh orang!" ucap Youngjo sambil menoyor yang lebih muda.
Jinwoo langsung mengacungkan layar ponselnya. "Temennya yang di panti bilang Hyunjun gak makan dari tadi siang gara-gara jagain Jeongwoo main sama yang lain. Jadi ini gue sekalian nahan dia biar ikutan makan."
"Kalo dia gak mau?"
"Gak mungkin. Orang selera dia sama kayak Jihan. Kebetulan banget makanan yang kita pesan itu makanan favorit mereka."
*Triumvirate*
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]
FanfictionKelanjutan cerita anak-anak Triumvirate dan konflik yang bermunculan di sekitar mereka. Setelah semua yang terjadi, apakah pertemanan mereka akan terus bertahan atau akan berhenti di tengah jalan?