Sementara yang lain ada di rumah sakit, Jungkook justru menetap di panti asuhan. Dia berulang kali diberi peringatan untuk tetap disana sekaligus berjaga-jaga. Sudah beberapa jam juga, mata dan tangannya terkunci pada ponsel, terus menerima informasi terbaru di rumah sakit.
Tidak sendiri, ada Makoto yang selalu memeluk sebuah tas biola yang tidak tahu apa isinya. Intinya cowok itu menolak untuk melepaskan benda tersebut.
Anak-anak panti juga terlihat kondusif setelah berulang kali diyakinkan jika Junghwan sudah ditemukan. Mereka juga diperingatkan untuk tidak pergi kemana-mana. Bahkan saking menurutnya, tidak ada yang pergi ke sekolah selama beberapa hari ini.
Berhubung suasana panti asuhan sedang hening karena anak-anak dikumpulkan di ruang baca jadi Jungkook sama Makoto yang berada di bangunan utama dapat mendengar suara di jalan. Sudah menjelang sore, harusnya keadaan jalan di depan sedang ramai karena waktunya pulang sekolah dan kerja.
Sampai suara beberapa kendaraan terdengar lalu tiba-tiba berhenti. Sebagai orang terdekat, Makoto memberi isyarat biar dia saja yang memeriksa dari jendela. Jungkook juga setuju dan hanya mendekat.
"Ck!" decihan Makoto membuat kakak kelasnya melirik.
"Siapa?"Makoto langsung membuka tas biola pemberian Jihan. "Gak tahu dan yang pasti bukan orang baik-baik."
Daripada fokus pada jawaban yang diberikan, Jungkook justru terkejut pada sebuah pistol yang dirakit Makoto.
"Heh, lo nemuin begituan darimana?""Dari temen lo yang gila!" balas Makoto dengan sebal sebelum akhirnya selesai mempersiapkan senjatanya.
"Gue sampe nonton tutorial dulu."
Jungkook mengintip jendela dimana sekelompok orang-orang tadi sudah menyebar. "Peluru lo cukup?"
"Ada berapa emangnya?" tanya Makoto seraya menghitung jumlah peluru yang ada. "Gue dapet beberapa lusin sih kayaknya. Tapi ini udah mencakup meleset buat satu orang."
"Belasan?" balas Jungkook dengan ragu. "Mereka gak ada yang bawa pistol sih."
"Ah, ada adu fisik nih!" ucap Makoto dengan malas.
"Mending lo kasih tahu orang-orang di ruang baca."
Tapi belum sempat bergerak, suara teriakan dari arah ruang baca membuat keduanya refleks bergerak. Sedangkan di ruang baca, beberapa orang asing itu sudah menutup pintu utama ruangan dengan badan mereka. Mereka juga tersenyum puas dengan beberapa senjata tumpul yang dibawa.
"Habisi mereka!" seru orang yang menjadi pemimpin.
Anak-anak sudah terpojok dan saling menangis ketakutan. Orang dewasa juga takut tapi sebisa mungkin melindungi anak-anak.
Saat rambut Minji ditarik, Jungkook menerjang masuk sendirian dan saat bersamaan, Makoto melepaskan peluru pertamanya tepat di kaki orang yang menjambak bunda Jungkook.
Pertarungan fisik tidak bisa dihindari. Satu lawan beberapa orang berbadan besar membuat Jungkook merasa tidak yakin bisa bertahan lebih lama. Ya, walaupun dia termasuk petarung handal di kelompoknya.
Makoto kembali melepaskan pelurunya untuk melumpuhkan orang-orang yang ada. Entah keberuntungan darimana, dia berhasil menembakkan setiap peluru kepada sasarannya tanpa meleset. Berhubung posisinya tidak terlihat, jadi para preman kesulitan menemukan keberadaannya.
Dari tempatnya juga, Makoto harus kagum dengan cara Jungkook berkelahi. Cowok bergigi kelinci itu sama sekali tidak tumbang walaupun dipukul berulang kali. Tidak sedikit juga preman yang ambruk karena ulahnya. Bahkan pukulannya terkesan membabi buta.
![](https://img.wattpad.com/cover/356377368-288-k198963.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]
FanfictionKelanjutan cerita anak-anak Triumvirate dan konflik yang bermunculan di sekitar mereka. Setelah semua yang terjadi, apakah pertemanan mereka akan terus bertahan atau akan berhenti di tengah jalan?