113

3 1 0
                                    

"Rame banget kayaknya." Bangchan berucap setelah mengamati seisi kafe yang penuh.

Younghoon juga ikut menatap seluruh penjuru kafe. Tidak ada lagi tempat kosong yang bisa mereka isi.

"Coba cari tempat lain deh!" usul Jaehyun seraya mengeluarkan ponselnya. "Tempat indoor yang bagus."

"Dan aman dari serangan mendadak." Hyunjae menarik dua teman beda tingginya ke samping saat beberapa orang masuk ke dalam kafe. "Gue masih trauma diserang sekolah lain."

"Mending ke rumah Eunwoo aja!" usul Younghoon yang sebenarnya ikut-ikutan tidak nyaman kumpul di tempat selain kafe ini. "Gue gak mau ngambil resiko."

"Oh, kalian?" tegur Changkyun yang baru saja masuk ke kafe. "Kok pada ngumpul disini? Gak duduk?"

"Dapur Lo kosong gak, Kak?" sahut Jihan yang bersandar, pokoknya masih menjaga jarak dari Hyunjae. "Biar kita ngumpul disana sekalian!"

"Kenapa mesti di dapur? Kan banyak kur..." ucapan Changkyun terhenti ketika menyadari keadaan kafenya yang penuh. "Ah!"

"Ya udah deh," ucap Younghoon lagi, "skip aja hari ini!"

Bangchan terlihat mengangguk setuju. "Next time aja deh, Kak!"

"Kita balik ya!" pamit Jaehyun seraya merangkul Jihan.

"Eh!" tegur Changkyun yang menatap lima remaja itu secara bergantian. "Tempat gue masih ada yang kosong kok!"

Hyunjae tiba-tiba merinding. "Lo gak nyuruh kita duduk di dapur, kan?"

"Gak!" balas Changkyun lagi lalu menepuk bahu Bangchan. "Ayo ikut gue!"

Lima remaja itu segera mengikuti si pemilik kafe melintasi keramaian. Sama sekali tidak ada meja kosong yang tersisa, paling-paling hanya satu atau dua kursi. Para pekerja kafe juga tampak sibuk, sampai Solbin terlihat tidak menghiraukan kelimanya.

Langkah Changkyun terhenti di depan sebuah pintu besi, dibaliknya ada sebuah tangga naik. Cowok setinggi Jihan itu langsung mendorongnya dan menaiki tangga, masih diikuti lima ekor anak ayam di belakangnya.

Hyunjae masih menghindari Jihan sekalipun setelah kejadian terakhir. Dia masih jengkel pada hal yang sama dan semakin jengkel atas 'pengetahuan' Jihan yang benar soal mama tirinya. Cowok tinggi itu masih penasaran bagaimana Jihan tahu soal 'ketakutan'nya pada wanita itu.

"Loh, kafe Lo tingkat?" sahut Jaehyun begitu mereka tiba di lantai dua. Interiornya kurang lebih seperti kafe di basemen tapi terlihat belum selesai, kursi-kursinya saja masih tersusun asal walaupun ada satu meja yang sudah berisi tiga cowok dan satu cewek. "Udah lama?"

"Baru dikerjain sih." Changkyun menjawab seraya menata kursi untuk lima remaja itu. "Mumpung yang sewa ini kontraknya udah abis jadi gue ambil."

"Ya, udah waktunya sih Lo perbesar kafenya." Jihan berkomentar seraya menarik satu kursi dan duduk di pinggir jendela. "Tapi interiornya bakal sama?"

Changkyun mengamati ruangan yang sama besar dengan kafe basemennya itu. "Gak deh kayaknya. Temen gue bilang suruh pake desain yang baru. Interior di basemen gak cocok buat di ruangan yang disini."

"Setuju!" ucap Jihan sambil menunjuk ke arah pintu utama yang tersedia. "Soalnya ruangan ini punya pintu!"

"Emang di bawah gak ada pintu?" sahut Bangchan yang siap menoyor cewek itu jika berpikir tidak logis.

"I mean, pintu yang normal." Jihan menambahkan sambil tersenyum bangga. "Gak ada sesi naik tangga lagi. Tapi gue tetep suka kafe utamanya yang di bawah."

"By the way, yang desain kakak Lo loh!" ucap Changkyun seraya mengeluarkan ponselnya. "Nah, Lo semua mau pesan apaan?"

"Kakak Lo yang mana?" tanya Younghoon penasaran.

TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang