112

4 1 0
                                    

Jeongwoo mendongak ke arah kakak sepupunya yang hanya bersandar pada dinding toko buku. "Kak Jihan kok lama banget sih?"

Jihoon mengedikkan bahunya sambil menepuk kepala yang lebih kecil. "Capek berdiri?"

"Kaki Jeongwoo masih sakit!" jawab anak SD itu sambil menarik celana selututnya ke atas. Ada luka lecet pada lutut kanannya dan terlihat masih baru. "Boleh duduk gak sih?"

"Gendong sini!" sahut Seonghwa sambil mengulurkan kedua tangannya.

"Sama gue aja." Jihoon langsung berjongkok, memunggungi adik sepupunya dan memberi isyarat untuk naik. "Ayo naik!"

Jeongwoo hanya mengikuti saja. Lagipula dia kasihan pada Seonghwa yang sedari tadi menggendongnya dari parkiran sampai memasuki mall.

"Nah, masalahnya kenapa gue jadi ikut-ikutan sih?"

Seonghwa dan Jihoon langsung mengalihkan pandangan ke arah satu cowok berambut merah gelap yang berdiri di seberang mereka. Ya, tidak hanya mereka bertiga tapi berempat dengan Youngtaek, teman sebangku Seonghwa.

"Terlanjur, Tag!"

"Gue cuma mau nebeng ke simpang, bukannya ke mall, Hwa!" ucap Youngtaek seraya menatap penampilannya dengan prihatin. "Ini penampilan gue udah kayak gembel!"

"Gak terlalu kok." Jihoon menyahut.

"Kalo gak gara-gara jaket kakak Lo!" ucap Youngtaek yang masih kesal. "Terus ini gimana? Masih nunggu? Gue pegel sejujurnya."

"Dari tadi teleponnya gak dijawab." Seonghwa menatap ponselnya yang tidak ada notifikasi apapun. "Chat juga gak dibales."

"Masa Kak Jihan lupa sih?" sahut Jeongwoo dengan tampang memelas.

Sekitar satu jam yang lalu, ralat, beberapa hari yang lalu Jihan membuat janji dengan mereka untuk bertemu disini. Alasannya karena cewek itu ingin mengganti semua barang adik-adiknya yang sudah terbakar karena kejadian terakhir.

"Lo semua yakin janjian hari ini?" tanya Youngtaek lagi hanya sekedar memastikan.

Jihoon menatap jam tangannya. "Harusnya dari sejam yang lalu sih."

Selang beberapa menit kemudian, seorang cowok berambut keriting kecoklatan menghampiri mereka. Penampilannya tidak terlalu mencolok. Kacamatanya juga baru terpasang ketika langkah kakinya berhenti.

"Adeknya Jihan, bukan?"

Seonghwa langsung melangkah mundur. Youngtaek juga segera berpindah ke depan Jihoon, waspada karena perubahan teman sebangkunya yang drastis.

"Lo siapa?" tanya cowok berambut merah itu dengan penuh penekanan.

"Ravn." Cowok berkacamata itu merogoh sakunya, mengeluarkan sebuah ponsel dan mengulurkannya ke Youngtaek. "Jihan minta tolong gue buat nemenin kalian belanja."

"Kak Jihan kemana?" tanya Jeongwoo dengan polosnya.

Youngtaek membaca pesan pada ponsel tersebut lalu mengulurkannya pada Jihoon. "Nomor kakak Lo bukan?"

Jihoon mengamati kontak yang dimaksud. Nomor teleponnya benar nomor kakaknya. Tapi fokusnya pada penamaan yang tertera disana.

"Beban gue?!"

Cowok berkacamata itu tersenyum tipis lalu mengangguk kecil. "Dia emang selalu nyusahin sih apalagi kalo urusan mendadak kayak sekarang. Kebetulan gue lagi di sekitar sini."

Jihoon melirik kakak sepupunya yang masih tersandar ke dinding karena takut. "Lo bukan suruhan orang tua gue atau orang lain, kan?"

"Gue gak bisa ngasih jaminan biar kalian percaya tapi gue juga gak suka sama orang tua kalian kok." Cowok berkacamata itu kembali tersenyum lalu mengulurkan ransel di punggungnya. "Dan ini! Gue belum sempet ngambil duitnya Jihan tapi kalian bisa pake dulu, ntar gue masukin ke tagihan dia."

Jihoon menerima ransel tersebut selagi Youngtaek mengembalikan ponsel cowok itu.

"Oh, kalo ngerasa gak nyaman," ucap cowok itu seraya menyimpan kembali ponselnya, "gue bisa nunggu di kafe depan selagi kalian belanja."

"Kenapa gak langsung pulang aja?" tanya Youngtaek yang terkesan blak-blakan. "Mereka bisa belanja sendiri kok."

Cowok itu tertawa kecil. "Gue masih butuh tasnya."

"Oh."

Selagi Jihoon dan Youngtaek memeriksa isi ransel, Seonghwa masih berjaga-jaga di belakang. Dia masih takut berlebihan jika bertemu orang asing di tempat umum seperti ini, apalagi secara tiba-tiba seperti barusan. Jadi dia memutuskan untuk diam seraya menetralisir rasa takutnya.

Kemudian ada Jeongwoo yang sudah melorot dari punggung Jihoon tanpa disadari. Anak SD itu menghampiri Ravn, cowok asing yang baru ditemuinya hari ini.

"Kakak!"

Ravn hanya berdeham seraya menyamakan tinggi mereka.

"Kakak," gantung anak SD itu seraya memperhatikan cowok dewasa di depannya, "kakak mirip sama orang yang pernah Jeongwoo liat! Atau kita pernah ketemu?"

"Oh ya?" tanya Ravn dengan ramah. "Tapi kayaknya kita gak pernah ketemu deh."

"Yakin Jeongwoo nih!" ucap anak SD itu lagi sambil melepaskan kacamata cowok itu. "Jeongwoo pernah liat foto orang yang mirip kakak. Tapi dia gak pake kacamata."

"Kamu kenal orangnya?"

Jeongwoo menggelengkan kepalanya lalu memasangkan kembali kacamata ke cowok itu. "Rambutnya juga beda."

"Berarti orangnya juga beda."

"Iya sih soalnya orang yang Jeongwoo tahu tuh udah gak adalagi."

Ravn langsung mengerti konsep tidak adalagi yang dimaksud anak kecil itu. Tidak mengherankan jika ada yang mirip dengannya sekalipun bukan saudara.

"Kasian Kak Doyoung." Jeongwoo melanjutkan kata-katanya tanpa sadar jika cowok di depannya tampak terkejut. "Orang yang mirip kakak itu kakak temen Jeongwoo. Terus juga ada adeknya yang temenan sama Kak Jihan. Terus adeknya yang satu lagi juga temenan sama Kak Jihoon tapi Jeongwoo lupa siapa namanya."

"Junkyu."

"Kok kakak tahu?" sahut Jeongwoo lagi dengan ekspresi bingung. "Kakak kenal Kak Junkyu?"

Ravn langsung menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis. "Gak kok. Cuma keingat Jihan pernah cerita aja."

Jeongwoo langsung mengangguk-angguk paham. "Kak Ravn udah makan?"

"Jeongwoo, ayo!" ajak Youngtaek.

"Kak Ravn boleh ikut gak?" tanya Jeongwoo seraya memegang tangan kiri cowok itu. "Kasian Kak Ravn kalo nunggu sendirian!"

"Gak..."

Jihoon menatap cowok yang baru ditemuinya hari ini lalu mengangguk. Kemudian dia langsung balik badan, memutar tubuh Seonghwa lalu mendorong yang lebih tua untuk berjalan lebih dulu memasuki toko buku.

"Jeongwoo?!" panggil Youngtaek dengan agak ragu karena anak SD itu sudah memeluk leher Ravn. "Heh, nih anak parah banget!"

"Gapapa kok." Ravn langsung memegang tubuh kecil itu lalu berdiri dan sempurna menggendong Jeongwoo.

Youngtaek akhirnya paham akan cerita Seonghwa tentang adiknya yang beberapa kali hampir diculik. Jika metodenya penyerahan diri dari korban sendiri, wajar saja penculik merasa tugasnya lebih mudah. Apalagi Jeongwoo yang sama sekali tidak takut pada orang asing seperti sekarang.

*Triumvirate*

TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang