Jaehyun sedang men-scroll ponselnya dengan tangan kanan sedangkan tangan kirinya menopang dagu. Di bibirnya, terdapat sebatang rokok yang baru dinyalakan. Tidak banyak yang dilakukannya akhir pekan ini. Yunho sedang pergi dan Sungchan juga ada belajar kelompok. Dua sepupunya sudah kembali ke rumah mereka.
Tapi beberapa detik berlalu, seseorang menarik rokoknya dan duduk di sebelahnya. Pandangan Jaehyun sepenuhnya tertuju pada Bangchan yang baru saja memasuki rumahnya, sedangkan orang di sebelahnya alias Jihan sudah mengisap rokok yang diambil dari mulutnya.
"Sejak kapan Lo ngerokok?"
Jihan menghembuskan asap dari mulutnya lalu menunjuk Bangchan yang duduk di depan mereka. "Sejak tinggal sama tuh anak!"
Tidak terima dituduh, Bangchan langsung melempar cewek itu dengan dompetnya. "Gue gak pernah ngerokok di rumah ya! Lo tuh yang ngikut Om gue ngerokok di depan pager!"
"Gak digebuk sama Om Hyunwoo?" tanya Jaehyun seraya meraih kotak rokoknya, ingin menyalakan yang baru.
"Gak tuh!" jawab Jihan dengan percaya diri.
"Om gue bukan tipe yang suka ngurusin hidup orang. Jadi masa bodoh aja lagian yang ngerasain si Jihan-nya sendiri!" ucap Bangchan dengan nada yang terkesan tidak peduli.
"Wah, gue sangat menghargai pemikiran Om Hyunwoo!" ucap Jaehyun lagi sambil mengacungkan jempolnya tanpa minat.
"Respect!" timpal Jihan lalu kembali menghisap rokoknya.
Jaehyun batal menyalakan rokoknya saat teringat sesuatu. "Berapa lama Lo bakal tinggal di rumah Bangchan?"
Jihan tampak berpikir tapi hanya beberapa saat karena detik berikutnya dia langsung bergedik. "Nunggu sampe diusir tuan rumahnya!"
"Jangan tanya gue!" sahut Bangchan yang sadar pandangan Jaehyun beralih padanya. "Temen Lo agak gak tahu diri sih! Padahal udah paling bener tinggal di rumah Eunwoo tapi malah ke rumah gue."
"Sepi, anjir! Si Eunwoo belum balik! Gimana kalo gue diledakin lagi?"
"Ya, tinggal mati! Susah amat sih."
"Ih, gue baru keluar dari rumah sakit loh!" ucap Jihan yang tidak terima atas ucapan sahabatnya. "Gue hampir mati loh!"
"Hampir doang, kan? Bukannya udah mati?!"
"Heran gue," ucap Jaehyun yang mulai pusing dengan dua orang itu, "Lo berdua kenapa jadi sering berantem sih?"
"Tahu tuh!" ucap Bangchan seraya merebahkan dirinya di sofa. "Semenjak gak bisa ribut sama Hyunjae, gue mulu yang diajak ribut!"
"Gengsi Lo belum turun?" sahut Jaehyun yang memutuskan untuk berhenti merokok dan beralih menatap cewek di sebelah kirinya. "Udah lebih dari sebulan loh!"
Jihan mematikan rokoknya di asbak lalu mengubah posisinya menjadi berbaring di pangkuan di tuan rumah. "Dianya aja yang gak mau nemuin gue!"
"Harusnya Lo yang minta maaf ke dia!" sahut Bangchan dengan jengkel.
"KOK GUE?"
"Gue gak percaya Hyunjae yang mulai duluan! Yang ada, Lo biang masalahnya!"
Jihan hendak mengajukan protes lagi tapi tangan Jaehyun bergerak lebih cepat untuk membungkam mulutnya.
"Ribut lagi, gue masukin bungkus rokok ke mulut Lo!" ancam cowok tinggi itu dengan jengkel. "Terus Seonghwa, Jeongwoo sama Jihoon? Katanya hari itu Lo mau ngangkutin barang-barang mereka ke tempat tinggal yang baru? Udah dianterin?"
"Udah jadi abu, Jae! Kebakar sama mobilnya Eunwoo!" jawab Jihan tak kalah jengkelnya jika diingatkan dengan kejadian naas itu. "Masih sepet gue ngingatnya!"
"Aturannya Lo tuh trauma atau takut, Han!"
"Udah kebiasa ngadepin kematian, gak takut lagi gue." Jihan menarik bantal lalu memeluknya dan menghadap sandaran sofa. "Masalahnya mereka bertiga jadi masukin barang-barang yang kebakar ke dalam tagihan! Gue stress, anjir! Masalahnya gue udah gak inget barang apa aja yang waktu itu jadi korban!"
"See?" sahut Bangchan dengan ekspresi gemas. "Percuma khawatirin dia tuh! Mati di kamus dia kayak lotre. Kalo beruntung, ya bisa bertahan hidup. Kalo gagal, ya udah, mati aja."
"Simple choice!" sahut Jihan lagi dengan santai.
Ucapan Bangchan jadi menyadarkan Jaehyun. Tidak perlu khawatir pada Jihan. Cewek itu bahkan gak peduli sama dirinya sendiri dan lebih khawatir benda mati daripada mati yang sebenarnya.
"Ngomong-ngomong," ucapnya setelah menyingkirkan hipotesa di kepalanya, "Lo berdua ngapain ke rumah gue?"
Bangchan yang tadi fokus pada ponselnya lalu melirik Jaehyun dengan bingung. "Lah, gue yang harusnya nanyain ke Lo!"
Kening Jaehyun berkerut. "Maksudnya?"
"Bukannya Lo yang nyuruh kita berdua kesini?" tanya Bangchan lagi yang semakin bingung.
"Kapan? Gue bersyukur gak diganggu kalian hari ini, bangsat!"
"Hyunjae yang bilang!" balas Bangchan seraya menggeser ponselnya ke arah Jaehyun melalui meja kaca di tengah mereka. "Katanya Lo minta kita kesini!"
Jaehyun menatap pesan masuk yang diterima Bangchan. Benar-benar dari Hyunjae tapi sedikit janggal. Isinya memang menyatakan jika Jaehyun menyuruh dua orang itu datang kesini tapi Jaehyun tidak ingat pernah meminta hal tersebut. Tapi tetap saja, ada yang janggal dari isi chat tersebut.
"Udah gue bilang itu bukan chatnya Hyunjae!" sahut Jihan seraya membalikkan tubuhnya. "Hyunjae emang suka nyingkat tapi gak sampe ngilangin semua huruf vokalnya."
Ah, benar. Isi chat tersebut hanya terdiri dari kumpulan kata yang disingkat dengan menghilangkan huruf vokalnya. Bahkan Jaehyun baru tersadar isi chat tersebut tidak langsung menyebutkan namanya secara lengkap, melainkan inisial 'JJH' yang entah bagaimana bisa disimpulkan itu adalah namanya.
"Gue jadi keinget Minho." Bangchan tiba-tiba mengubah posisinya menjadi duduk. "Minho juga sering bales chat Hyunjae pake huruf konsonan. Parah-parahnya cuma huruf 'Y' doang."
"Dan Minho gak pernah chat lebih dari dua kata." Jihan menambahkan dengan yakin.
Jaehyun langsung membuka aplikasi chatting di ponselnya sambil mengingat pola pesan serupa yang pernah diterimanya. Pesan masuk dari seseorang yang selalu kirim chat ke dia hanya dengan singkatan huruf konsonan tapi tidak sependek milik Minho.
"Oh, yang suka ngirim pesan kayak gini tuh..."
"Kak Jaehyun!"
"...Giwook."
Tiga remaja disana langsung menoleh ke arah pintu yang sedikit didobrak. Ada anak SMP yang baru saja namanya disebut oleh Jaehyun.
"Kak!" panggilnya lagi seraya melangkah masuk dengan terburu-buru.
"Apa nih? Juyeon tabrakan lagi?" sahut Bangchan yang sudah berdiri.
Giwook menggeleng tapi bukan dengan gaya dan ekspresi yang minim. Wajah anak SMP itu terlihat sangat panik.
"Kenapa?" tanya Jaehyun sambil mendorong Jihan untuk bangun.
"Bantuin Kak Hyunjae!" ucap Giwook lagi seraya mengguncang lengan Bangchan. "Ayo ke rumah!"
"Hyunjae kenapa?"
Giwook tidak menjawab tapi wajahnya sangat menjelaskan ada hal buruk yang sedang terjadi pada sahabat mereka.
"Jangan banyak tanya!" sahut Jihan lalu melompati sofa di depannya dan berjalan cepat keluar rumah Jaehyun.
Dua orang yang tersisa langsung menatap Giwook yang terlihat akan menangis. Jadi tanpa tahu kejelasannya, mereka langsung menyusul Jihan untuk menuju rumah yang ada di depan sana.
*Triumvirate*
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]
FanfictionKelanjutan cerita anak-anak Triumvirate dan konflik yang bermunculan di sekitar mereka. Setelah semua yang terjadi, apakah pertemanan mereka akan terus bertahan atau akan berhenti di tengah jalan?