154

5 1 0
                                    

"Anda benar-benar hanya sendiri?"

Hyukjae menatap asisten pribadinya lalu mengangguk.

"Bagaimana jika sesuatu terjadi pada anda?" tanya si asisten yang masih mencoba untuk mengubah pemikiran atasannya itu.

"Memangnya apa yang akan terjadi?" balas Hyukjae sambil melepaskan sabuk pengamannya. "Lagipula saya akan bertemu Jihan."

"Ah." Si asisten merespon lalu mengangguk paham. Kali ini dengan sangat yakin seolah nama Jihan saja berhasil menenangkan kekhawatirannya. "Saya lupa jika anda akan bertemu dia."

Hyukjae menatap asistennya dengan datar. "Kamu tidak bermaksud untuk merendah diri, kan?"

"Untuk apa?" tanya asistennya yang kini terdengar lebih santai. "Ya, saya akui kadang sering iri saat melihat dia dengan anda. Tapi jika dengan dia, saya lebih yakin anda akan baik-baik saja. Secara fisik dan otak, saya berada jauh."

"Saya tidak tahu harus bagaimana setelah mendengar kamu bicara seperti ini." Hyukjae menghela nafas lalu membuka pintu mobil. "Jangan lupa untuk..."

"Untuk stand by dengan telepon. Tidak membiarkan siapapun tahu keberadaan anda sekarang. Ya, saya tahu. Jadi Tuan Lee, silahkan turun!"

Jika saja Hyukjae tidak mengenal kepribadian asisten pribadinya ini, mungkin sudah dia pecat sejak lama.

"Hati-hati, tuan! Tetap di sebelah Nyonya Muda Jihan agar saya bisa pergi dengan tenang!"

Hyukjae menutup pintu mobilnya lalu menghela nafas. Setelah memastikan mobilnya melaju jauh, dia langsung memandangi tempat yang menjadi perhentiannya kali ini.

Sebuah panti asuhan yang terlihat tidak asing walaupun dia sangat ingat tidak pernah datang kesini. Hyukjae tahu karena sejak SD, putranya selalu ikut Jihan dan mamanya untuk datang ke panti asuhan ini. Setelah itu juga Hyunjae masih mampir kesini sampai sekarang, bersama teman-temannya.

Hyukjae baru saja akan melangkah saat melihat satu remaja yang juga jalan ke arah panti sambil membawa sebuah kotak. Seolah menyadari keberadaannya, remaja itu ikut berhenti dan memandangi ke arahnya dengan sorot mata yang tajam.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Kamu tinggal disini?" tanya Hyukjae tutup poin.

Remaja itu terlihat mengangguk sekilas. "Mau ketemu bunda atau cuma kebetulan lewat?"

"Saya mau ketemu Jihan, mungkin kamu kenal. Dia minta saya datang kesini."

"Kak Jihan?" ulang remaja itu dengan alis yang sedikit naik. "Oh, biar saya antar!"

Hyukjae segera mengikuti remaja itu dan lurus ke arah bangunan di depannya.

"Silahkan, Pak! Masuk aja. Kak Jihan udah di dalam!"

Abis ngomong gitu, remaja itu langsung berlari kecil ke samping bangunan kemudian menghilang.

Hyukjae hanya mengikut saja. Menaiki tangga dan berjalan masuk ke bangunan yang pintunya terbuka lebar itu. Pemandangan pertama yang didapatkannya adalah Jihan yang sedang memangku atau dipeluk seorang anak laki-laki. Hyukjae bahkan bingung bagaimana mendeskripsikannya.

"Oh, Om! Ayo masuk aja!"

"Adek sepupumu?"

"Bukan. Salah satu anak panti." Jihan menjawab sambil menepuk punggung anak laki-laki itu. "Lagi demam jadi agak manja."

"Tanganmu masih patah, kan?"

"Kok gitu?" balas Jihan yang tersinggung. Akhir-akhir ini dia sensitif jika ada orang yang membahas tangannya. "Jangan bawa-bawa fisik dong, Om!"

TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang