Yohan menatap salah satu juniornya yang sudah duduk bertopang dagu di depan wajahnya. Heran saja, tumben pemuda itu menghampiri mejanya dengan tampang yang jelas-jelas terlihat sok imut.
"Kamu kenapa sih?"
Pemuda itu menggeleng tapi masih dengan kesan imut yang dibuatnya.
Yohan langsung meraba lacinya dan mengacungkan moncong pistolnya tepat ke bibir pemuda itu. "Manyun lagi, saya tembak mulutmu!"
Panik pria di depannya akan menarik pelatuk, dia segera duduk tegak dan menghapus semua image sok imutnya. "Jangan gitu, Pak! Saya cuma bercanda kok!"
"Bercanda kamu tuh kayak ibu-ibu yang lagi godain suami orang loh!" ucap Yohan seraya kembali menyimpan pistolnya. "Terus kenapa kamu disini? Saya rasa orang kayak kamu gak ada keperluan di Polsek gini deh?"
"Cuma main doang kok!" balas pemuda itu masih dengan manyun.
"Dan saya gak inget pernah akrab sama kamu!" lanjut Yohan sambil melipat kedua tangannya. "Saya cuma petugas biasa dan gak punya banyak kenalan orang pusat kayak kamu! Dan juga, kamu sadar gak sih udah narik perhatian orang banyak disini!"
Pemuda itu melirik sekitarnya lalu tersenyum sambil menyapa orang-orang disana sebelum kembali menatap Yohan. "Emangnya aneh ya kalo orang dari pusat kepolisian datang kesini?"
Yohan ingin membalas ucapan pemuda itu tapi entah bagaimana malah tidak bernafsu. Jadi dia segera meraih topi, kunci mobil dan HT lalu beranjak dari tempatnya.
"Kalo gak ada lagi, saya pergi patroli dulu!"
Bukannya berhenti, pemuda itu terus mengekori Yohan. Sesekali dia menyapa petugas lainnya dengan ramah. Bahkan ketika Yohan akan masuk ke dalam mobil patroli, pemuda itu dengan cepat masuk dan duduk di sebelahnya.
"Oke." Yohan menghela nafas lalu menatap tajam pemuda itu. "Maaf sebelumnya kalo saya gak sopan tapi mending kamu ngomong sebelum saya kasih keluhan atas gangguan dalam tugas."
Pemuda itu masih tersenyum seraya mengamati sekitarnya. "Pertama-tama, kita pergi keluar dari halaman Polsek dulu!"
"Kok jadi kamu yang ngatur?" protes Yohan walaupun ekspresinya sama seperti Jacob, tidak terlihat marah.
"Saya bakal jelasin semuanya tapi yang pasti gak di lingkungan yang beresiko seperti ini!" ucap pemuda itu lagi lalu mengatur posisinya dan mengenakan seatbelt. "Karena ini menyangkut kejadian yang menimpa sahabat putra anda baru-baru ini."
Yohan agak sensitif soal kejadian yang menimpa Jihan dan Eunwoo terakhir kali. Jadi dia segera menyampingkan kekesalannya dan langsung melajukan mobilnya meninggalkan area kantor polisi.
"Jadi apa yang mau kamu omongin?" tanyanya langsung tutup poin begitu merasa mobil sudah cukup jauh dari kantor.
"Anda..."
Ucapan pria itu terhenti saat ponselnya berdering dan setengah malas, dia langsung mengangkat telepon tersebut.
"Ya?"
Kening pemuda itu ternaik begitu penjelasan penelponnya dimulai. Agak lama dia terdiam sampai Yohan juga memilih untuk mengawasi jalanan.
"Ravn udah dikabarin? Gak ada yang mencurigakan, kan?"
Hening lagi untuk beberapa detik berikutnya.
"Oke, gue kesana sekarang! Lo berdua selidikin siapa aja yang terlibat kali ini!"
Telepon terputus.
"Pak, maaf, tapi sepertinya kita harus ke rumah sakit lebih dulu."
Yohan mengerutkan keningnya. "Kenapa? Siapa yang masuk rumah sakit?"
![](https://img.wattpad.com/cover/356377368-288-k198963.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]
FanfictionKelanjutan cerita anak-anak Triumvirate dan konflik yang bermunculan di sekitar mereka. Setelah semua yang terjadi, apakah pertemanan mereka akan terus bertahan atau akan berhenti di tengah jalan?