Yoongi menatap malas ke arah pintu ruangan yang terbuka. Ada temannya yang baru saja masuk sambil mengacungkan segelas minuman.
"Fist bump, bro?" sapa Mark sambil mengulurkan kepalan tinjunya dan langsung disambut Yoongi. "Jadi kapan Lo balik?"
"Coba deh tanya Min Junseo."
"Oh, kalo nanya dia sih mungkin minggu depan baru Lo bisa keluar."
Yoongi langsung memincingkan matanya.
"Sumpah! Dia ngomong sendiri pas gue ketemu di UGD!" ucap Mark dengan panik.
Yoongi kembali mendengus seraya menerima minuman yang dibawa temannya. "Lo darimana? Rapi amat?"
"Nemenin Kak Suho ke makam orang tuanya." Mark menatap setelah jasnya lalu tertawa pelan. "Mau nyamperin nyokap Lo gak?"
Yoongi menimang-nimang tawaran itu. Dia berusaha mempertimbangkan ajakan tersebut. Sudah lama sejak terakhir dia pergi ke makam mamanya. Terakhir mungkin sekitar setahun yang lalu, bersama papanya.
Jika dia pergi sekarang, artinya dia harus kabur dari rumah sakit. Yoongi menganggap pilihan ini terlalu serius, mendengarkan papanya atau menemui mamanya.
"Oh iya," sela Mark sambil merogoh saku celananya dan mengeluarkan kalung kemarin, "ini gue yang pegang atau gimana?"
"Gak Lo kasiin ke bokap gue?"
Mark menggeleng seraya meletakkan kalung itu ke atas selimut temannya. "Yang gue bisa simpulkan ini bukan dari bokap Lo."
Yoongi meraih kalung tersebut lalu mengangguk pelan. "Kalung ini dari Tante Jiyeon. Dia ngasih ini pas nyelamatin gue dari tindakan bodoh."
"Suicide?"
"Lo tahu?" tanya Yoongi yang malah keliatan terkejut. Seingatnya dia tidak pernah memberi tahu siapapun soal kebiasaan buruknya yang satu itu. Jiyeon dan Jihan tahu juga karena tidak sengaja melihatnya.
"After all, kebiasaan Lo ngilang beberapa hari pas kuliah. Bekas luka di tangan dan drugs? Gue tahu kok cuma waktu itu bukan ranah gue buat negur."
Yoongi jadi tidak tahu harus mengatakan apalagi. Dia juga tidak berusaha menyangkal selain diam. Masa-masa kelam setelah mamanya meninggal terlalu menyakitkan saat itu. Dia malah tidak tahu harus bersyukur karena Jiyeon berulang kali menyelamatkannya atau tentang amnesia yang dialaminya. Masa itu sudah terlewati begitu saja.
"Jadi?" tanya Mark dengan hati-hati.
"Gue inget kejadian itu." Yoongi berucap sambil memainkan kalung yang ada di tangannya. "Ingatan gue udah balik. Hebatkan?"
Mark malah terlihat tidak tenang. Tubuhnya tiba-tiba saja merinding.
"Gue juga ragu apakah ini pertanda baik atau malah sebaliknya." Yoongi mengusap belakang lehernya lalu tertawa pelan. "Tapi gue juga tahu, ada sesuatu yang perlu gue lakuin sekarang. Bantuin anak-anak Tante Jiyeon buat ngusut semuanya."
Mark tidak mengatakan apapun selain mengangguk kecil. "Do whatever you want. Gue ada di belakang Lo kalo butuh sesuatu."
"Terus ajakan Lo masih berlaku gak?" tanya Yoongi sambil memasang kalung itu ke lehernya.
"Oh, mau?"
"Baju ganti?"
Mark tersenyum licik lalu menunjuk sebuah ransel yang ada di kursi. Ransel tersebut sudah berada disana sejak Yoongi masuk rumah sakit. Sebenarnya milik Mark makanya tidak dipindahkan sama sekali.
"I prepare anything for you."
"Mobil?"
"Jauh dari UGD jadi gak bakal ketahuan bokap Lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]
FanfictionKelanjutan cerita anak-anak Triumvirate dan konflik yang bermunculan di sekitar mereka. Setelah semua yang terjadi, apakah pertemanan mereka akan terus bertahan atau akan berhenti di tengah jalan?