115

4 1 0
                                    

Jihoon memeluk lututnya. Ngomong-ngomong mereka bertiga - dia, Jihan dan Yangyang - memutuskan pulang ke rumah Yangyang, meninggalkan tiga orang di rumah mewah itu. Jadi disinilah mereka bertiga, kumpul di kamar Yangyang sambil bergosip tentang kejadian sore tadi.

"Jadi yang punya rumah itu kakak kandungnya Jeongwoo?" tanya Yangyang yang masih berusaha mencerna penggalan cerita Jihoon.

"Harusnya."

Jihoon menatap kakaknya yang juga duduk di atas tempat tidur. Tumben sekali kakaknya itu duduk tegak, biasanya tidak boleh bertemu tempat tidur pasti langsung merebahkan diri.

"Harusnya?" ulang Yangyang yang masih terlihat bingung.

Jihoon menaruh kepalanya di atas lutut dengan tatapan masih terkunci pada Jihan. "Harusnya udah meninggal delapan tahun yang lalu."

"Jadi," ucap Yangyang seraya mengangkat tangannya ke arah pintu, "yang tadi itu hantu, gitu?"

"Gue juga lagi butuh penjelasan."

Yangyang hampir menyeletuk tapi pandangannya langsung tertuju pada Jihan yang masih duduk sambil mengutak-atik rubrik kepunyaannya. Kemudian remaja yang sedari tadi duduk di kursi itu langsung berpindah ke tempat tidurnya, bergabung dengan kakak-beradik itu.

"Spill the tea!"

Jihan menaikkan sebelah alisnya. "Lo kenapa jadi kepo sih?"

"Oh, jelas!" ucap Yangyang dengan percaya diri. "Salah kalian yang ngomongin di depan gue! Di kamar gue dan jelas, di atas kasur gue!"

"Skip deh!" ucap Jihan lalu menarik bantal dan memukulkannya kepada remaja itu. "Kita bahas pas Yangyang udah tidur aja!"

"Oho, tidak semudah itu!" ucap Yangyang lagi sambil menepuk kaki Jihoon. "Adek Lo tidurnya lebih cepet dari gue loh!"

Jihan menatap adik bungsunya yang masih setia membuka mata lalu tersenyum tipis. "Gue bakal jelasin setahu gue loh!"

"Asal gak ada rahasia lagi."

"Serius, ini bakal gue spill sepenuhnya ya? Tapi yang sepengetahuan gue aja."

Jihoon hanya mengedikkan bahunya tidak peduli. Sepenuhnya atau tidak, dia juga tidak tahu kakaknya sedang berbohong. Terlalu banyak yang Jihoon tidak ketahui jadi rasanya tidak aneh jika dia tidak tahu cara kakaknya berbohong.

"Sebenernya," ucap Jihan secara perlahan-lahan, "dari awal Kak Jimin sama Kak Jinwoo masih hidup. Mereka gak pernah meninggal sama sekali."

"Kok..."

"Bisa?" potong Jihan dengan cepat. "Detailnya gue gak tahu pasti gimana mereka bisa hidup ataupun lolos dari kecelakaan itu. Gue juga pengen tahu tapi mereka gak mau ngomong."

Jihoon ingin bertanya lagi tapi dia teringat kakaknya itu tidak suka dipotong saat memberikan penjelasan. Jadi lebih baik dengarkan sejauh mana Jihan akan berbicara tentang semuanya.

"Pertama kali," lanjut cewek SMA itu setelah membaca ekspresi adiknya, "Jinwoo ngubungin gue sekitar tiga tahun yang lalu, beberapa bulan sebelum kelulusan SMP."

Tapi sepertinya batal. Mulut Jihoon terlalu gatal untuk tidak memotong penjelasan yang lebih tua.

"Tiga tahun dan Lo baru ngomong sekarang?"

"Maaf."

Jihoon agak tersedak saat satu kata itu keluar dari mulut yang lebih tua. Maksudnya yang barusan berbicara itu adalah Park Jihan, manusia yang egonya mungkin sedalam palung. Sebuah kata yang sulit sekali terdengar langsung dari mulut cewek itu.

"Butuh setahunan buat gue percaya soal itu. Mereka beneran masih hidup. Seonghwa juga tahu dari dua tahun yang lalu."

"Tapi tadi?" sela Yangyang tanpa sadar seraya menunjuk ke arah pintu kamarnya. Kemudian dia menyesalinya. "Maaf!"

TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang