135

4 1 0
                                    

Ruang VIP ini sengaja diisi oleh dua ranjang pasien seperti permintaan wali mereka. Namun satu ranjang dalam keadaan kosong. Siapa lagi penghuninya jika bukan seorang Park Jihan.

Cewek itu sudah duduk di sebelah ranjang dimana Jisung tidur. Tangan kanannya digenggam oleh si penghuni ranjang sejak tadi.

Pintu ruangan terbuka dan tiga rambut mencolok berjalan masuk.

"Dia udah sadar?" tanya Jinwoo yang sudah mendekat lalu mengusap pelan bagian kepala Jisung yang tidak terluka.

"Baru tidur lagi." Jihan menjawab sambil mengangkat tangan kanannya. "Gak mau ditinggal."

Taehyung langsung berjalan ke sofa dan merebahkan dirinya disana, sedangkan Jimin menghampiri adiknya.

"Jihoon sama Sunwoo gimana?"

"Masih di ruang ICU. Kalo sampai besok siang keadaannya stabil, Sunwoo boleh pindah ke ruang rawat." Jinwoo menjelaskan sambil memperbaiki selimut Jisung.

"Jihoon?"

Tidak ada jawaban tapi Jimin malah memeluk adiknya dari belakang dengan hati-hati. Dia juga menenggelamkan wajahnya di sela leher Jihan.

"Gapapa." Jihan juga ingin membalas pelukan itu tapi tangannya hanya satu yang berfungsi dan itupun sudah diambil alih Jisung. "Kita tunggu aja! Jihoon pasti sadar kok."

"Iya." Jimin membalas dengan suara parau, tanda jika dia sedang berusaha menahan tangis. "Harusnya kita selesaikan sebelum kejadian kayak gini."

Tapi Jihan justru fokus ke hal yang berbeda. Cewek itu juga sempat mendengar penjelasan dari Mark saat si dokter anak itu berkunjung kesini sekitar setengah jam yang lalu. Soal pelaku penabrakan yang meninggal karena obat-obatan.

"Kak!" panggilnya entah pada siapa. "Berarti pelakunya bukan Kak Youngmin, kan?"

"Youngmin bahkan gak ada di rumah dari tadi." Taehyung menjawab dengan suara yang teredam bantal.

"Lo pada kepikiran gak sih?" lanjut Jihan yang masih tidak peduli apakah kata-katanya akan didengar atau tidak. "Menurut kalian, pelaku itu mau bunuh diri sendiri atau dipaksa buat bunuh diri?"

"Kepala gue udah mumet loh!" potong Jinwoo yang terlihat tidak bernafsu untuk mendengarkan kuliah.

Tapi Jihan tetap tidak peduli dan terus melanjutkan pendapatnya.

"Kita butuh nyari tahu motif si pelaku dulu. Secara gak langsung emang sih pelakunya nyokap tiri Kak Taehyung. Tapi dari pelaku penabrakan ini. Apa yang dia dapetin dari hasilnya? I mean, paling umumkan jaminan buat bebas dari hukuman. Tapi kalo bener, kenapa pelakunya mau bunuh diri pas kerjaannya udah kelar? It's obvious!"

"Serius Lo mau buat kita mikir sekarang?" tanya Jinwoo yang keliatan malas.

Tapi sepertinya Taehyung mendengarkan karena cowok itu langsung mendudukkan dirinya.

"Right, that's obvious. Kenapa dia repot-repot ngabisin nyawanya saat dia sendiri bisa dapetin banyak uang?"

Tiba-tiba Jimin mengangkat kepalanya dan ikut berpikir. Tidak peduli bagaimana matanya sudah sembab karena menangis.

"Tapi kalo pun kita dapat motifnya, apa untungnya buat kita?"

"Seriously, kak?" sahut Jinwoo yang terdengar malas tapi tetap menanggapi. "Motif dia bisa ngarahin kita ke dalang sebenernya. Gini, kita gak bisa main nuduh aja kalo nyokapnya Taehyung yang punya rencana ini."

"Objection, bro!" potong Taehyung tidak terima. "My step mother!"

"Sorry." Jinwoo hanya menanggapi sekenanya lalu menunjuk Jihan. "Likes she said, ngapain dia repot-repot bunuh diri kalo dia gak dapet apa-apa?"

TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang