Kim Soojin dan Kim Gaeun berhasil diamankan dini hari tadi adalah berita bagus untuk mereka pagi ini. Ditambah lagi Kazuma mengumumkan kabar terbaru soal keadaan Jihan yang memang secara ajaib tidak mengalami luka, selain bekas cekikan dari Soojin. Bahkan luka sisa perkelahiannya dengan orang suruhan Soojin tidak berarti apa-apa.
Akhirnya semua berkumpul di rumah sakit. Tidak terkecuali Jihan yang sibuk mondar-mandir. Masuk ruangan satu, ruangan kedua dan seterusnya. Kegiatannya bahkan sudah mengalahkan aktivitas para dokter dan perawat. Tapi bukan tanpa alasan, gadis itu hanya habis diomeli pada penghuni ruang rawat VIP akan tindakannya.
Tidak jauh dari Jihan, ada Youngjo yang berdiri di depan lift. Rencananya akan turun bersama gadis itu ke lantai dasar. Tapi tidak seperti yang lain, ekspresi Youngjo justru terlihat keruh. Seolah tertangkapnya seorang Kim Soojin sama sekali belum memberikan akhir yang bagus untuk mereka. Masih ada sesuatu yang akan terjadi dan yang pasti bukan sesuatu yang bagus.
"Tahu gak?" tanya Jihan tiba-tiba sesaat memasuki lift. "Gue ngerasa ini gak berakhir gitu aja."
Youngjo terkejut saat mendengar gadis itu mengutarakan pemikiran yang sama dengan kekhawatirannya yang sama saat ini.
"Kim Soojin bilang, bakal ada sesuatu sekalipun dia ketangkap. Dia gak bakal ngebiarin kita menang gitu aja." Jihan menatap ekspresi Youngjo yang terlihat tidak berminat tapi dia tahu mereka sedang memikirkan sesuatu yang sama. "Gue khawatir masih ada orangnya yang keliaran diluar sana."
"Terus? Kita harus ningkatin keamanan?"
Jihan memijat pelipisnya. "Gak tahu deh. Kepala gue pusing."
Tidak mau menambah pusing, Youngjo segera mengalihkan pembicaraan. "Omong-omong besok adek kelas lo yang punya masalah jantung bakal operasi."
"Oh?" balas Jihan yang langsung memberikan tatapan tidak percaya. "Udah ada yang mau donorin?"
"Ada." Youngjo membuka ponselnya. "Ada korban kecelakaan yang mati otak dan pernah tandatangan persetujuan donor. Kemarin juga udah dites kalo jantungnya cocok."
"Syukur deh." Jihan juga mengeluarkan ponselnya, ingin menghubungi Hanse. "Keluarganya belum dikabarin, kan?"
Youngjo menggeleng lalu menatap pintu lift yang akan terbuka. "Karena kemarin yang nyari atas nama lo, jadi perawat bilang mereka butuh tanda tangan lo buat persetujuan donor."
"Duh, kenapa harus gue sih?"
Pintu lift terbuka dan keduanya keluar dari sana. Youngjo juga sedikit menarik Jihan untuk berjalan ke arah meja registrasi.
"Selesein biar adek kelas lo bisa cepet operasi!"
Jihan berdecih. "Iya-iya!"
"Diem disini! Gue mau beli titipan kakak lo!"
Abis itu, Youngjo langsung pergi dari sana, meninggalkan Jihan yang sudah berhadapan dengan seorang perawat.
Karena kejadian beberapa hari ini juga, para perawat sampai hafal dengan mereka. Untung saja tidak ada yang tahu jika Jihan adalah pemeran utama dalam semua kejadian itu. Yang mereka tahu Jihan hanya salah satu korban saja dan tidak ada hubungan apapun.
Semua yang terlibat juga merahasiakan keterlibatan Jihan. Media hanya tahu jika gadis itu menjadi salah satu objek balas dendam. Bahkan hampir semua berita menampilkan berita yang berbeda, sekalipun kebusukan Kim Soojin dan yang lain ketahuan. Nama Park Jiyeon juga sudah sepenuhnya bersih. Tidak ada yang memberitakan jika Jimin dan kawan-kawannya adalah kelompok orang yang mengusut semua masalah ini. Entah skenario dari mana sampai Seokjin, Minhyuk dan Junmyeon melakukan klarifikasi yang berbeda dari kejadian nyata.
"Ada lagi gak, sus?" tanya Jihan setelah membubuhi tanda tangan pada dokumen untuk operasi Yeonjun.
"Sementara itu dulu. Jika ada hal lain akan segera kami beritahu lagi."
Jihan mengangguk lalu membiarkan sang perawat kembali mengurus berkas yang ada. Sekarang dia hanya perlu menunggu Youngjo kembali.
Pandangannya beralih pada sekitar rumah sakit, dimana aktivitas rumah sakit sudah kembali normal. Sekalipun masih ada polisi yang berjaga agar para wartawan tidak masuk. Bahkan area rawat khusus VIP sampai ditutup untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
"Ada yang bisa saya bantu?"
Jihan menoleh ke arah seorang perawat yang memberikan pelayanan pada seorang pria yang baru saja tiba. Hanya sekilas saja karena bukan urusannya.
Tapi tiba-tiba saja pria itu menghampiri Jihan dan bertanya mengenai ruang rawat. Nah, sebagai orang yang masih buta arah rumah sakit, Jihan menjawab jujur saja.
"Maaf, Pak, saya kurang tahu. Coba nanti tanyakan langsung ke perawatnya."
Jihan memalingkan wajah lalu memukul bibirnya yang baru saja berbicara normal. Bisa-bisanya dia terlalu sopan pada orang lain.
"Oh begitu, terima kasih ya!"
Tapi pria itu masih berdiri di sebelah Jihan, bahkan terkesan condong menghadap gadis itu. Dan saat Jihan lengah, pria itu langsung memeluk dari depan dan membuat Jihan sedikit terkejut.
Tidak hanya itu, pria itu berbisik pelan di telinga Jihan.
"Pesan Kim Soojin, mari merasakan neraka yang sama!"
Tubuh Jihan terlonjak dan saat yang sama, pria itu langsung melepaskan Jihan dan berlari dari sana.
Jihan sendiri spontan memegang perutnya dan terbatuk pelan. Darah tiba-tiba mengalir dari mulutnya. Bahkan ada darah lain yang menetes ke lantai tapi bukan dari mulutnya, melainkan perutnya.
Ya, seseorang baru saja menusuknya.
*Triumvirate*
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]
FanfictionKelanjutan cerita anak-anak Triumvirate dan konflik yang bermunculan di sekitar mereka. Setelah semua yang terjadi, apakah pertemanan mereka akan terus bertahan atau akan berhenti di tengah jalan?