179

5 0 0
                                    

Ruangan Jimin udah rame gara-gara rapat dadakan. Termasuk Jihan yang dengan santainya masih neguk kaleng bir yang tersisa. Dia duduk di pojokan, sebelahan sama Hoseok yang sibuk ngiket tali sepatu.

"Terus," ucap Jimin yang mandangin Youngmin sama Youngjo gantian, "gimana keadaan mereka yang baru dateng?"

Namjoon yang dari tadi nemenin Jimin ikut buka suara. "Katanya perlu UGD? Ada yang luka?"

"Selain Giwook yang babak belur?" timpal Youngjo yang keliatan mikir untuk beberapa waktu sebelum lanjut ngomong. "Om Seungjin kena peluru nyasar."

"Bentar," sela Hoseok yang langsung berdiri, "kalo gitu, bukannya orang rumah sakit bakal tahu Om Seungjin?"

Sadar diliatin, Jinwoo cumaa ngedikin bahunya. Kayak udah gak ambil pusing perkara rahasia kematian palsu Papanya. Dari awal semuanya udah gak kondusif juga. Mereka sekarang cumaa mau fokus sama keselamatan masing-masing.

Hampir dari semua disana keliatan tenggelam sama pikiran masing-masing. Kayak mikirin gimana cara menyelesaikan semuanya dengan aman dan tanpa berjatuhan korban lagi. Hanya tersisa Hyunjae dengan lokasinya yang udah terlacak tapi tidak bisa langsung diamankan. Soojin dan Gaeun benar-benar melakukan segalanya untuk mengintimidasi mereka.

Taeyong, satu dari sekian orang disana tiba-tiba aja ngalihin pandangannya ke Jihan yang baru aja remukin kaleng. Gak kayak dia yang gampang teralihkan, yang lain keliatan fokus sampe gak peduli sama suara nyaring itu. Akhirnya dia inisiatif buat nyamperin Jihan yang dari gelagatnya kayak punya pemikiran yang beda dari yang lain.

"Dari mukanya, lo udah ada rencana sendiri?"

Jihan noleh ke cowok yang berdiri di sebelah kirinya sambil ngadap jendela. "Ada tapi yang lain positif bakal nolak rencananya."

"Oh ya?" tanya Taeyong lagi tapi matanya cumaa ngelirik sekilas punggung Jihan. "Biar gue tebak, nyerahin diri ke mereka?"

"Bukan nyerahin." Jihan mandangin kaleng bir yang udah remuk terus senyum tipis. "Gue cumaa mau tahu sejauh apa rencana mereka."

"Rencana mereka udah jelas banget. Satu-satunya cumaa nyingkirin lo, ngajak lo hancur sama-sama."

"Gue gak bakal hancur. Tenang aja!"

Taeyong senyum sinis. "Cuma kehilangan nyawa aja, kan?"

Jihan ketawa pelan. "Pengen gue mati beneran?"

"Nope. I'm sure that you are one of million people with good fortune."

"Well, gue pertaruhkan semua keberuntungan gue disini!" ucap Jihan yang langsung nyimpan kaleng remuknya ke sisi jendela terus jalan ke tengah ruangan. "Attention, please!"

Otomatis semua mata tertuju ke dia. Kecuali Taeyong yang milih betah mandangin luar jendela.

"Gue mau ngasih tahu sesuatu." Jihan meregangkan tubuhnya lalu memberikan tatapan pada seluruh orang disana. Tapi belum sempat berbicara, perhatiannya teralihkan pada Youngjo yang mengangkat ponselnya.

"Sorry gue potong," sela pemuda itu seraya berjalan ke arah Jihan, "kayaknya pelacak Hyunjae udah ketahuan deh! Barusan polisi yang dikirim Chanyeol cumaa nemuin kalungnya dan gak ada apapun disana."

"Oke, sesuai dugaan." Jihan langsung teringat ucapan Kazuma sebelumnya lalu menghela nafas. "Gue bakal nemuin Kim Soojin sendiri."

"Lo gila?"

Jihan udah tahu respon Jimin pas jelasin rencana pribadinya. Tapi karena emang keras kepala yang turun menurun, hasilnya dia bakal tetap stay di jalan rencananya.

"Gue gak butuh pendapat Lo semua sih."

Kayak gak kaget, Taehyung cuma hela nafas terus pamit keluar. Dia mau biarin Jihan ngomong langsung sama yang lain, terutama Jimin dan Jinwoo. Daripada kebawa emosi juga karena keputusan Jihan.

"Coba pikirin lagi deh!" sahut Namjoon yang terdengar sangat memohon.

Hoseok juga sampai beranjak dari tempatnya. "Mereka dari awal emang cumaa mau lo, Ji!"

"Ini udah pasti jebakan!" sahut Jimin lagi, masih terlihat tidak terima.

Jihan menatap kakaknya dengan menantang. "Lo udah jadi korban. Temen-temen gue udah jadi korban. Bahkan anak-anak yang gak ada hubungannya jadi ikut terlibat. Sekarang gak ada yang tahu gimana keadaan Hyunjae. Sampe kapan gue harus berlindung di belakang semua?"

Seisi ruangan terdiam. Bahkan Jimin sudah membuang muka dan sekarang giliran Youngmin yang bertugas untuk menyadarkan gadis itu.

"Coba pikirin mateng-mateng!"

"Ini udah jalan terakhir." Jihan menjawab seraya menghela nafas. "Emang banyak jalan tapi sampe kapan? Hyunjae udah terlalu lama di tangan mereka, Kak!"

"Coba deh," sela Jinwoo yang keliatan banget berusaha gak ikut emosi, "kita pikirin alternatif lain, pelan-pelan. Ya, Ji?"

Jihan mendengus lalu tersenyum kecut. "Dari awal ini rencana lo semua, kan? Bukannya lo semua mau ini cepat kelar? Ya, gue berbaik hati mau ngelarin loh! Ini udah sekian tahun usaha kalian dan mau diem aja? Lo semua yang bilang kalo tinggal selangkah lagi, kan? Jadi biarin gue kelarin ini semuanya!"

Youngjo buru-buru nahan Jimin waktu cowok itu mau turun dari ranjang. "Calm down!"

"Gimana gue bisa tenang, Jo? Tuh anak mau nyerahin nyawanya!"

Namjoon ikut menahan Jimin dengan pandangan tertuju pada Taeyong yang sudah menghampiri Jihan. "Lo pasti punya rencana lain, kan?"

Jihan mengangguk lalu menghela nafas. "Cukup ikut arahan dan gue janji bakal jaga diri."

"Gue beneran pengen nolak rencana lo," ucap Jinwoo lagi seraya memijat pelipisnya, "tapi otak gue udah mentok buat mikirin cara lain."

Jimin menepis tangan Namjoon dan Youngjo lalu menatap tajam adiknya. "Gue bakal setuju kalo lo bisa jamin gak bakal kenapa-kenapa."

"Sure. Gue bakal balik hidup-hidup."

*Triumvirate*

TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang