Sejun menatap Jihan yang duduk di ujung mejanya seraya menandatangani beberapa hal pada dokumen yang tadi dibawanya. Sambil menunggu, dia hanya duduk di meja dengan tekanan yang memastikan jika cewek itu tidak akan meninggalkan kursinya sebelum semua kertas itu selesai ditandatangani.
"Kenapa harus tanda tangan gue sih?" tanya anak SMA itu yang masih terdengar merungut.
"Kebetulan Lo yang dateng kesini. Kalo gak, ya, pasti gue bakal nyamperin Kak Jinhwan."
Jihan memandangi yang lebih tua dengan sengit. Mulutnya masih sibuk menggerutu tapi tangan kanannya tetap bekerja.
"Padahal udah lepas tangan tapi masih aja dimanfaatin."
Sejun tidak terlalu hirau akan ocehan si anak SMA itu dan justru teralihkan oleh lipatan kertas di saku seragam Jihan. Tanpa ragu dia langsung menarik kertas tersebut dan membacanya.
"Oke, selesai!" ucap Jihan seraya mendorong dokumen itu menjauh darinya. Kemudian dia bersandar seraya menghela nafas. "Udah ya, gak lagi-lagi gue dateng kesini!"
Tapi Sejun tidak menjawab dan justru memincingkan matanya begitu tahu isi kertas tersebut.
"Oh, itu daftar orang-orang yang gue urus."
"Gue gak nanya ini apaan tapi Lo serius bakal ngelakuin semuanya sendiri?"
"Gak dong. Itulah fungsinya ada kalian." Jihan menaik-turunkan alisnya.
"Then, explain this!" suruh Sejun dengan nada yang terdengar memaksa. Dia akan memaksakan dirinya untuk terlibat, tidak rela jika hanya anak SMA itu yang melakukan semuanya sendirian.
"Oke." Jihan menarik kertas tersebut lalu merentangkannya ke atas meja. "First of at all, Park Jisung dan Kim Yeobin. Terindikasi dalam kasus pembunuhan terencana, pemalsuan laporan keuangan, rencana pembunuhan, kekerasan dan lainnya."
"Buktinya?"
"Udah ada beberapa tapi kejaksaan masih nuntut buat munculin saksi hidup atau bukti yang lebih spesifik. Itu urusan Jimin sih. Bukti kekerasan ke Seonghwa sama Jihoon udah gue serahin juga. Jadi ya, urusan Jimin."
Sejun jadi gemas, cewek itu hanya menjelaskan semuanya sesingkat mungkin.
"Lo gak perlu khawatirin soal dua orang itu. Lagian dari awal gue gak dibolehin terlibat." Jihan menunjuk poin lain pada kertasnya. "Kim Seunghoon dan Jung Jaeseok. Mereka juga terlibat sih secara gak langsung. Soalnya mereka kerja sama si Jisung buat nutup kasus kematian nyokap gue. Intinya ngebantuin si Jisung biar kasusnya selesai tanpa penyelidikan lebih lanjut. Ini juga jadi urusan Jimin sih.
Kim Soojin lebih ke kasus percobaan pembunuhan ke anak bungsunya dan anak tirinya. Oh, sama pemalsuan dokumen. Ini sih tinggal tunggu waktunya terungkap aja. Semua bukti dia udah lengkap. Terus ada, ck, Kim Gaeun. Sama, percobaan pembunuhan dan kekerasan terhadap putranya. Tinggal nunggu si Hyunjae ngomong terang-terangan sih. Bonus masalah sekolah selama ini ada campur tangan dia."
Sejun masih mendengarkan detail tersebut. Masih ada beberapa nama yang belum dibahas jadi dia tidak akan memotong penjelasan Jihan.
"Kayaknya si Gaeun ini adalagi deh. Dia sama keluarganya punya perusahaan cangkang gitu. Gue gak ngerti nih tapi dia kayak bikin pemasokan dari hal yang berbau ilegal. It's like some drugs. Human trafficking?"
"That's really serious."
"Yeps, that's why I did everything." Jihan menepuk pelan kepalanya dengan bangga. "Sampah-sampah mesti dibuang, kan?"
Sejun hanya mengangguk singkat lalu kembali menatap daftar. Masih banyak nama yang belum Jihan jelaskan. Jadi sepertinya dia akan mempersingkat saja dengan memilih beberapa nama yang mungkin terlihat tidak asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]
FanfictionKelanjutan cerita anak-anak Triumvirate dan konflik yang bermunculan di sekitar mereka. Setelah semua yang terjadi, apakah pertemanan mereka akan terus bertahan atau akan berhenti di tengah jalan?