185

7 0 0
                                    

Seonghwa menatap adik bungsunya yang sedang menatapnya dengan ekspresi cerah dari kejauhan. Dia sudah menghitung waktu yang berlalu dan totalnya sudah satu jam lebih anak SD itu melihatnya dari arah dapur, sedangkan dirinya berada di ruang tengah.

Jeongwoo juga tidak terlihat melakukan apapun selain mengunci pandangannya pada sang kakak. Tatapan kagum yang terlihat sangat bercahaya. Bahkan dia langsung menghindar saat kakaknya itu mendekat.

"PARK JINWOO!"

Yang dipanggil baru saja menuruni tangga dan langsung menatap ke arah Seonghwa. "Apa sih, njing?"

Semenjak kejadian waktu itu, Jinwoo dan Seonghwa lebih sering bertengkar karena hal-hal sepele. Parahnya lagi, mereka berdua sudah seperti anjing dan kucing jika bersama. Belum lagi mulut si sulung yang semakin tidak terkontrol, ditambah Seonghwa yang semakin tidak mengenal sopan santun pada sang kakak.

"Adek lo tuh kenapa sih?" tanya Seonghwa dengan tangan yang menunjuk kearah adik bungsu mereka. "Sumpah deh, matanya gak pegal ngeliatin gue kayak gitu?"

"Giliran gini baru bilang adek gue!" balas Jinwoo yang berjalan ke arah Jeongwoo. "Ya, ditanyalah, pinter! Lo jadi artis, makin bego ya, Hwa? Makanya mending sekolah yang bener!"

"Anjing!" umpat Seonghwa yang lalu merebahkan dirinya di sofa.

"Nah, terus kamu ngapain disini?" tanya Jinwoo yang beralih pada si bungsu yang masih betah di tempatnya. "Gak pegel jongkok disini?"

"Hehehe. Di rumah kita ada artis." Jeongwoo tertawa konyol, masih dengan tatapan yang bersinar.

Jinwoo memutar matanya malas lalu mengangkat anak SD itu dan membawanya ke ruang tengah. "Gitu-gitu juga masih kakak kamu!"

"Tapi di sekolah Jeongwoo, Kak Seonghwa terkenal loh!" jelas Jeongwoo dengan menggebu-gebu. "Katanya kalo udah terkenal tuh bakal susah dideketin!"

"Dia kakak kamu, Jeongwoo!" balas Jinwoo seraya meletakkan si bungsu ke atas perut Seonghwa. "Kamu bebas ngeliatin dia kalo lagi di rumah!"

Jeongwoo jadi panik. Dia takut akan melukai kakaknya dan membuat fans kakaknya marah. Pemikiran negatifnya sangat kompleks akhir-akhir ini. Dan saat akan turun, tubuhnya langsung dipeluk sang kakak.

"Mau kemana, hah?"

"Nanti Kak Hwa sakit terus fansnya marah sama aku terus nanti aku di..."

Jinwoo buru-buru membekap mulut si bungsu dan melirik si tengah. "Adek lo makin sering overthinking nih!"

"Dia adek lo ju..."

"Wasup, epelibadi!"

Tiga kepala disana langsung memberikan respon yang berbeda. Jeongwoo dengan wajahnya yang semakin cerah, Seonghwa dan rutinitasnya menutup mata, serta Jinwoo yang langsung membuang muka.

"Please deh, ini tuh rumah! Bukan museum yang selalu nerima kunjungan!" gumam si sulung seraya berbalik untuk menunju ruang makan.

Orang yang menyapa tadi adalah Junghwan yang datang bersama rombongannya. Kunjungan rutin anak-anak kecil dari panti yang diketuai oleh Junghwan dan diwakilkan oleh Makoto. Satu-satunya orang dewasa yang menjulang dari kelompok kurcaci itu.

"Haruto!" teriak Jeongwoo yang langsung melompat dari tempatnya dan menarik si pemilik nama. "Ayo main bareng!"

"Ish, sana!" balas Junghwan yang mendorong pelan anak yang lebih tua. "Kak Ruto harus main sama Junghwan! Jeongwoo sana! Main sama...Zoa aja!"

"Kamu tuh lebih muda! Main sama Niki sana!" usir Jeongwoo.

Nah, yang jadi masalah adalah Haruto yang ditarik sana-sini oleh dua anak itu. Mana mukanya melas, Makoto jadi kasihan tapi dia sama sekali tidak berminat untuk membantu. Malah pemuda itu memilih untuk menggiring anak-anak yang lain untuk pergi ke kolam renang.

TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang