120

4 1 0
                                    

Jihoon baru saja akan keluar saat melihat mobil kakak sepupunya sudah berhenti di depan rumah. Dia hanya melirik tanpa minat lalu mengangkat kembali tas gitar yang dibawanya.

"Kemana?" seru Jinwoo yang mengintip dari jendela.

"Rental band." Jihoon mengangkat tas gitarnya lalu menghela nafas. "Jeongwoo abis berantem sama Junghwan."

"Lagi?"

Jihoon hanya mengedikkan bahunya. Bukan hal aneh karena memang dua anak kecil itu akhir-akhir ini selalu bertengkar dan merebutkan Jinwoo. Bahkan tidak jarang menjadi adu fisik.

Jinwoo buru-buru keluar dari mobil. "Pukul-pukul lagi?"

"Minta maaf sama Haruto sana!" ucap Jihoon sembari melanjutkan langkahnya. "Dia mau misahin malah dipukul mereka berdua. Terus tangannya Haruto juga dicakar sama Junghwan."

Jinwoo mengacak-acak rambutnya lalu melirik punggung adik sepupunya yang kian menjauh. "Hati-hati!"

Jihoon tidak terlalu menghiraukan dan terus jalan saja. Sampai di depan gang, sudah ada Jisung yang menunggu sendirian.

"Hyunjun gak ikutan?"

"Lo pikir dia bisa lepas dari Junghwan?" balas Jisung sekenanya sambil menyamakan langkah mereka. "Si kembar juga repot ngurus Jeongwoo. Haruto juga abis diobatin sama dokter yang biasa datang kesini."

Mark Tuan. Jihoon dapat menebak dokter mana yang dimaksud. Tidak tahu sejak kapan tapi dia memang cukup sering melihat si dokter anak itu berkunjung sendirian. Jihoon tidak terlalu kenal tapi dia sedikit tahu soal temannya yang bernama Min Yoongi, salah satu anak asuh mendiang mamanya. Mereka hanya sekedar tahu saja dan nyaris tidak pernah bertegur sapa.

"Tapi, Hoon," ucap Jisung seraya melirik temannya, "Lo betah gak tinggal di rumah itu?"

Jihoon melirik tas gitarnya lalu menghela nafas. "Gue kebiasa hidup pindah-pindah jadi betah aja tuh!"

"Terus," ucap Jisung terhenti seiring dengan langkah mereka, "berarti kalian bakal tinggal disana seterusnya?"

"Gak tahu sih." Jihoon menatap lampu lalu lintas yang hijau dan menarik tangan temannya agar menyeberang. "Gue nunggu kabar dari si Jihan aja."

"Oh iya sih. Kak Jihan masih tinggal di rumah lamanya, ya?" balas Jisung seraya mengamati sekitarnya. "Oh, ada Yoshi sama Soobin tuh!"

"Gak bareng Yangyang?" sahut Yoshi yang menghampiri seraya menggendong tas gitarnya. "Eric?"

"Yangyang absen dulu." Jisung menjawab sambil bergeser untuk memberi ruang bagi Soobin. "Ada keluarganya yang meninggal."

"Hoh, okay."

"Eh, itu Junkyu, kan?" sahut Soobin sambil menunjuk lurus ke arah depan mereka. "Tumben sendiri?"

"JUN!" seru Jisung sambil berlari menghampiri remaja itu. "Kok sendirian?"

"Sunwoo sama Seungmin udah duluan." Junkyu menatap ke arah teman-temannya dan terfokus pada tas gitar yang dibawa Jihoon. "Band-nya nambah personil?"

"Punyanya Yangyang."

"Udah mau hujan nih!" sahut Yoshi sambil menatap langit di atas kepala mereka. "Ayo, buruan!"

Jisung sudah menarik Junkyu untuk mempercepat langkahnya. Begitu juga Soobin yang memanfaatkan kaki panjangnya dengan baik. Kemudian ada Yoshi yang memilih berjalan dengan tenang sambil sesekali melirik Jihoon yang berjalan pelan di belakangnya.

Jihoon sendiri sedang menyadari sesuatu yang mengganjal. Lebih tepatnya keberadaan sebuah mobil hitam yang ada di ujung jalan sana. Ada seorang pria berkacamata hitam yang memandangi ke arah mereka. Tidak tahu pastinya siapa yang pria itu awasi tapi Jihoon cukup yakin jika bukan dirinya. Mobil itu selalu berhenti disana setiap mereka akan mengunjungi rental band dan Jihoon sepertinya menjadi orang pertama yang selalu sadar. Dia jadi penasaran, siapa yang pria itu incar dari teman-temannya.

TRIUMVIRATE SQUAD : 2ND BOOK [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang