Semua orang tampak terbelalak menyaksikan kemenangan sang Harimau Cindaku melawan Geni.
Bagi mereka, pertarungan tadi benar-benar tak terprediksi. Geni yang awalnya tampak mengungguli pertarungan, secara tiba-tiba berhasil dibalikkan keadaannya oleh sang Harimau Cindaku.
"Dasar bocah tengik, bisa-bisanya dia kalah!" ucap Mak Lampir dengan geram.
"Itu wajar saja, Harimau Cindaku kenyataannya memang sekuat itu. Aku saja pernah dikalahkan olehnya dulu!" sahut Kabil.
"Agni, lakukan sesuatu, habisi si Harimau itu, tangkap semua muridnya!" perintah Mak Lampir dengan menggebu-gebu.
"Tapi Mak, kita sudah kalah, jadi..." ucapan Agni langsung dipotong oleh Mak Lampir.
"Tak ada tapi-tapian, ini perintahku! Jangan durhaka padaku, Agni!" seru Mak Lampir, membuat Agni hanya diam tertunduk tak punya pilihan lain.
Akhirnya, Agni kembali memunculkan 4 sayapnya dan terbang ke langit. Pandangannya menatap Harimau Cindaku dengan tatapan sendu.
"Maafkan aku, Cindaku!" ucap Agni dengan lirih.
"Agni, jika nuranimu menolak perintahnya, maka ikuti saja nuranimu! Jangan sampai kau menyesal di kemudian hari!" seru Master Cindaku, mencoba menyadarkan Agni.
Namun sayang, gadis itu tampak tak mengindahkan kata-kata Master. Agni segera mengeluarkan sekumpulan bola api dan melemparkannya ke arah Master Cindaku.
Tentu Master Cindaku tak tinggal diam, sosok itu mulai melompat ke samping, menghindari tiap serangan Agni.
Hingga akhirnya, posisinya kini tepat di depan para muridnya.
"Agni, hentikan, kami udah menang, jadi tolong tepati janjimu!" pinta Nayla sembari berteriak.
"Maaf, tapi bagiku, perintah Mak Lampir adalah mutlak!" balas Agni dengan tegas, sembari mengeluarkan sebuah bola api raksasa.
Tanpa ragu, Agni langsung melemparkan bola api itu ke arah Master Cindaku dan para muridnya. Hal itu tentu membuat para murid panik, hingga mereka dengan refleks menggabungkan energi untuk menciptakan sebuah barrier pelindung.
Boom!
Ledakan astral pun terjadi di udara, para murid terkejut dengan ledakan itu. Karena bola api Agni sama sekali tak menyentuh barrier yang telah mereka buat.
"Apa yang terjadi?" pikir Praja.
Dari balik kepulan asap, nampak dua orang pria berpakaian ala kerajaan dengan warna coklat dan jingga yang melapisi pakaian mereka.
Dua pria itu kini sedang terbang di udara, melindungi Master Cindaku dan para muridnya dari serangan Agni.
Mereka berdua memiliki penampilan yang saling terpaut jauh, yang satu berpenampilan seperti pria tua dengan rambut yang beruban. Yang satunya lagi tampak lebih muda namun juga memiliki rambut yang berwarna putih.
"Untung saja kita tak terlambat!" ucap sang pria tua.
"Sial, bocah banaspati ini sudah semakin kuat semenjak terakhir kali kita bertemu!" sahut sang pria muda.
Master Cindaku pun tersenyum melihat kedatangan dua sosok itu.
"Murid-muridku, perkenalkan sekutu kita dari tanah Jawa. Mereka adalah Eyang Rama dan Eyang Permadi, sang Penguasa Gaib Daerah Gunung Merapi!" jelas Master Cindaku, mengejutkan murid-muridnya.
"Loh, mereka kan orang-orang yang dulu pernah melawan Rarung dan Praja di Bali dulu!" ucap Bima dengan nada terkejut.
"Ya, mereka sekarang adalah sekutu kita, untuk menghadapi Agni dan para pasukannya!" balas Master Cindaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Indagis
ParanormalIndagis merupakan sekumpulan orang indigo berkekuatan magis. Mereka melakukan kontrak dengan para mahluk halus agar dapat meminjam kekuatan mereka. Membuat orang-orang itu mampu bertransformasi menjadi seorang pahlawan yang membawa kekuatan dari dua...