•
•
•
•_________________
"Ini apa ?" ,
Nathan melirik selembar kertas yang disodorkan oleh Irene padanya secara tiba-tiba saat ia sedang fokus membaca al-kitab , ia terlihat lebih tampan dengan kacamata baca yang ia gunakan hari ini.
Embun dipagi hari memang cocok diawali dengan kegiatan rohani seperti ini , ditemani secangkir kopi yang masih mengepul menambah kesan sejuk dan nyaman yang sayang untuk dilewatkan.
Tidak lupa , suasana balkon yang membuat nya enggan untuk berdiri meninggalkan tempat itu.
"Surat perjanjian" ,
Nathan sedikit mengerut bingung , ia membuka kacamata bacanya dan menatap wajah Irene yang masih berdiri didepan nya.
Ia sudah rapi pagi-pagi , menggunakan setelan dress putih perpaduan kain bermodel pita hitam dengan perut buncit yang menggemaskan dimata Nathan.
Benar-benar menggemaskan , tapi itu hanya berlaku bagi Nathan jika Irene sedang jinak kalau masih bar-bar tidak ada gemas-gemasnya bagi Nathan , sama sekali~
Apa yang kalian harapkan ?
"Perjanjian tentang apa ?" ,
Nathan menutup buku kitab yang sejak tadi ia selami makna dan arti yang ada didalam sana , entah sejak kapan tapi Nathan mulai tertarik tentang kitab-kitab yang dianut kepercayaan nya.
Hatinya selalu tentram setelah melakukan itu.
Irene mendesah , Nathan terlalu bertele-tele membuat nya sedikit jenuh harus berlama-lama berada dikamar ini. Berdua , dia tidak suka.
"Punya mata kan ? , baca sendiri".
Irene berjalan kearah sofa yang ada dikamar itu , duduk menunggu Nathan selesai membacanya.
Nathan mengambilnya lalu membaca kata demi kata yang ada dikertas itu.
Benaknya tidak bisa berbohong jika sekarang ia tengah kesal setengah mati , dari mana sebenarnya wanita itu mendapat ide semacam ini.
Tetapi ia sudah berjanji pada diri sendiri untuk menurunkan ego meskipun sedikit saja.
Ia terlihat menarik nafas sebelum masuk menemui Irene , merapal doa semoga ia tidak tidak ikut terpancing kali ini.
Tetapi setelah matanya kembali melirik deretan kalimat dikertas itu , ia tiba-tiba melupakan egonya yang berkurang walau sedikit.
"Kenapa harus ada perjanjian seperti ini ?" ,
"Harus kujawab ?" ,
Nathan mendesah keras , membawa tangan nya menyisir rambutnya keatas menampilkan dahi indah nya.
Irene menatap sejenak gerakan Nathan yang menyisir rambutnya kebelakang , untuk kali pertama ia memandang wajah itu tanpa berkedip.
Segala yang ada pada sosok Nathan Tjoe itu indah sebenarnya , tetapi Irene masih menutup mata dengan rapat tanpa niat membuka nya sedikit pun.
Nathan berdehem , bersiap-siap membaca ulang karya tulisan tangan Irene pagi ini , entah kapan ia membuatnya.
"Pertama , tidak ada skinship antara kita dalam bentuk apapun ?" ,
"Kau fikir aku ingin menyentuhmu ? , ck terlalu kolot fikiranmu" , Nathan mencibir dengan gerakan menjijikan.
"Kedua , jangan saling mencampuri urusan masing-masing ?" ,
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Mistake || Nathan Romejo Tjoe A-on
RomanceBest Mistake ~ Ketika satu kesalahan yang awalnya menjadi momok ancaman bagi seorang Nathan Tjoe dalam mempertahankan karirnya , mempertahankan nama baik keluarganya berubah menjadi kesalahan terbaik yang pernah ia lakukan dalam hidupnya. Elora Iren...