•
•
•
•"Makam Dalphine ? , maksudnya apa?" ,
Nathan membasahi bibirnya yang tiba-tiba kering , telinganya seperti berdengung sesaat ketika mendengar ucapan itu barusan. Makam , makam , makam , makam siapa yang dimakud ? perasaan nya seperti ditarik paksa untuk merasakan hawa panas dingin disekujur tubuhnya.
Nafasnya tiba-tiba memberat.
"Hai Gav.. how are you ?", bukan nya menjawab Shayne malah fokus pada Gaveen yang menatapnya sejak tadi.
"Dadhhh... kata Gaveen lalu melambai seolah ingin Shayne mengendongnya. Shayne tersenyum melangkah kehadapan Nathan dan Irene lalu Gaveen dengan cepat berpindah padanya. Terlihat antusias bertemu dengan pria yang selama ini ia kenal sebagai daddy.
Bertepuk tangan, lalu menepuk-nepuk pipi Shayane seolah melepaskan rasa rindunya dihadapan Nathan dan Irene yang menatapnya dengan ekspresi yang berbeda.
"Oh baby kamu baik-baik saja kan hm ?, maaf daddy baru bisa menjengukmu. Banyak pekerjaan", Shayne mengusap-usap kepala Gaveen sayang tanpa mengindahkan tatapan Nathan yang terus mengarah pada mereka.
Sementara, Irene susah payah menelan ludah menyaksikan seperti apa tatapan Nathan yang melurus pada Shayne.
"Makam siapa yang kau maksud Shayne, jangan main-main", tanya nya sekali lagi.
Shayne menaikan pandangannya, ia menatap tatapan bengis Nathan padanya, ia seperti menadapat tantangan dari tatapan itu. Shayne berdehem sebentar agar suara lebih jelas terdengar.
"Seperti yang kau dengar, makam Dal....
"Shayne Please" Irene mengibah wanita itu menatap padanya sarat menyuruhnya berhenti, tapi Shayne merasa tidak perlu menurut untuk yang satu ini.
"Dalphine Riyukah Romejo Tjoe A-on, anak perempuan yang lahir setahun yang lalu tidak bisa menghirup udara bebas seperti Gaveen Riuh , Shayne menghentikan ucapannya dan menatap sejenak pada Gaveen lalu kembali menatap wajah Nathan, memastikan sesuatu. "Dia tidak selamat Nath" , jelasnya mantap tanpa keraguan sedikit pun.
Mereka larut diam beberapa saat, mengabaikan Gaveen yang sibuk dengan dunianya tapi masih berada pada gendongan Shayne. Terdiam, seperti ada bom waktu yang menjatuhi hati Nathan dengan telak. Memecahkan banyak nya pertanyaan yang selama ini berada dibenaknya, tentang Irene yang jarang membahas Dalphine padanya.
Nathan menutup mata seolah menentang ucapan tidak masuk akal yang diberikan oleh Shayne barusan, sekaligus menentang hatinya yang menolak percaya kata-kata yang diucapkan Shayne padanya. Serba mendadak jadi nalarnya sulit menerima.
Ini terlalu mendadak , selama ini ia selalu berfikir kalau dirinya belum bertemu dengan Dalphine karena memang anak perempuan nya sedang dijaga oleh pengasuhnya dirumah , bahkan dengan sendirinya ia yang meminta Irene untuk tidak membawa Dalphine kerumah sakit karena takut Dalphine akan tertular dan berakhir sakit juga seperti Gaveen.
Tapi hari ini ia benar-benar dibuat bingung dan kaget tentang fakta yang baru saja diberitahu oleh Shayne itu, fakta yang ingin ia tolak tapi... melihat wajah-wajah serius didepannya membuat perasaan waspada juga merajai dirinya.
"Omong kosong apa ini ? , Dalphine baik-baik saja kenapa kau mengarang cerita seperti ini Shayne" , Nathan terlihat berusaha menekan diri untuk tidak meninggikan nada suaranya , ia masih berusaha menyadari kalau saat ini mereka sedang ditempat umum meskipun orang-orang sibuk dengan urusan nya masing-masing tapi tetap saja dengan ia yang emosi takutnya orang-orang malah melihat ke arah mereka.
"Saya sedang tidak mengarang cerita , jadi stop berharap untuk bertemu Dalphine , dia sudah meninggal Nathan cobalah menerima kenyataan" ,
"Ck ... omong kosong yang tidak masuk akal sama sekali", tolaknya mentah-mentah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Mistake || Nathan Romejo Tjoe A-on
RomanceBest Mistake ~ Ketika satu kesalahan yang awalnya menjadi momok ancaman bagi seorang Nathan Tjoe dalam mempertahankan karirnya , mempertahankan nama baik keluarganya berubah menjadi kesalahan terbaik yang pernah ia lakukan dalam hidupnya. Elora Iren...