•
•
•
•
_______________________"Irene" , panggilnya ,
Sebelum menoleh Irene sudah tahu suara siapa yang begitu familiar memasuki gendang telingaya ditengah-tengah derasnya hujan yang mengguyur London , Inggris Raya pada siang menjelang sore ini.
Tepat pukul 2 siang , ditengah derasnya hujan mereka kembali bertemu.
"Irene" , panggilnya sekali lagi.
Wanita yang dipanggil itu hanya bisa menunduk sejenak demi memastikan kalau pendengaran nya memang lah tidak salah.
Dan benar saat mendengar suara itu yang memanggil nya sekali lagi , ia bisa memastikan jika yang ada dibelakang nya adalah Nathan Tjoe , pria yang setahun terakhir ini sudah tidak ia temui dan tidak memiliki komunikasi apa pun dengan nya tiba-tiba berada satu radius dengan nya , membuat kepalanya kliyengan seketika.
Ia menjadi bingung harus melakukan apa dan bersikap seperti apa.
"Rene" ,
Irene masih diam , ia tidak tahu harus breaksi apa saat di hadapkan situasi semacam ini.
Tapi suara tangisan Gaveen membuatnya seketika sadar kalau anak ini pasti sedang ketakutan , ketakutan dengan petir dan angin kencang yang tiba-tiba datang itu atau justru menangis karena keberadaan orang baru disekitar mereka.
"Gav / Gav .." ,
Irene mengerjapkan matanya berkali-kali saat mereka tidak sengaja menyebutkan nama yang sama , rasanya aneh seperti banyak kupu-kupu yang bertebaran di masing-masing perut mereka.
Tapi bukan saat nya untuk bernostalgia ria , ada Gaveen yang tambah menangis saat ini membuat Nathan spontan mendekat saat Irene sudah memangku Gaveen lalu duduk pada tempat dimana tadi bayi gempal itu duduk.
"Gav ... it's okey sayang. Berhenti ya ... mama disini" . ucapnya lembut seperti bisikan tapi Nathan masih bisa mendengarnya.
Melihat tas Irene yang akan jatuh dari pundaknya , ia spontan memegang tas itu , Irene melihatnya mereka bertatapan cukup lama seolah menyalami diri masing-masing kalau benar , mereka kini sedang benar-benar berhadapan , benar-benar saling menatap satu sama lain.
Tatapan ini , tatapan yang membuat Nathan merasa hanya tertuju padanya , kepada pemilik raga yang selama ini ia jaga dengan sepenuh hati , menjaga keyakinan jika mereka pasti akan bertemu lagi dalam waktu tidak bisa ia prediksi sebelum nya , dalam bentuk dan wajah yang sama.
Kalau perasaan , Nathan yakin dengan dirinya tapi tidak yakin bagaimana cara Irene memandang nya sekarang.
Berulang kali matanya terus meyakinkan , jika benar mereka sekarang bertemu namun rasanya seperti bertemu dengan orang yang baru tapi masih pada tubuh dan wajah yang sama.
Jika bukan karena mendengar suara Gaveen yang kembali terdengar, Nathan mungkin masih akan menyalami iris itu lagi. Irene pun sama , jika bukan karena suara Gaveen ia mungkin juga masih tenggelam dalam hazelbrown milik Nathan yang selalu menatapnya dengan memuja dan ia akan dengan senang hati menghujani mata itu dengan ciuman berkali-kali saking indahnya.
Tapi itu dulu , saat perang dunia ketiga masih belum dimulai !
"Tas ... tasmu hampir jatuh" , atmosfer kecanggungan amat sangat terasa di seperkian detik saat Nathan berusaha menahan tas Irene agar tetap berada pada pundak nya , ia bahkan bisa menyentuh pundak itu menggunakan jari telunjuk karena masih ragu untuk menyentuh Irene lebih banyak lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Mistake || Nathan Romejo Tjoe A-on
RomanceBest Mistake ~ Ketika satu kesalahan yang awalnya menjadi momok ancaman bagi seorang Nathan Tjoe dalam mempertahankan karirnya , mempertahankan nama baik keluarganya berubah menjadi kesalahan terbaik yang pernah ia lakukan dalam hidupnya. Elora Iren...