•
•
•
•Dua jiwa dengan langkah yang sama dulu sangat terlihat jauh seperti angan. Semua tidak lepas dari pertemuan mereka yang tidak diawali dengan baik namun berakhir baik setelahnya.
Boleh saja mereka bertemu karena sebuah kesalahan, boleh saja mereka bertemu karena sebuah ketidak sengajaan yang mampu membuat hidup Irene luluh lantang. Hancur saat mendapati dirinya sudah tidak memakai sehelai benang saat dirinya terbangun di pagi hari waktu itu tapi anehnya dirinya justru mensyukuri setiap kejadian yang ada.
Dua jiwa pada masa yang sama. Dahulu tersimpan dengan cemohan yang penuh penghakiman, lolongan yang berisik, sumpah serapah yang menyakiti rasanya menjadi sia-sia saja lalu tergantikan dengan 2 jiwa yang romansanya tidak habis sama sekali atau tidak padam sedikit pun bahkan terus membuncah dan bernyawa seiring berjalannya waktu.
Tahu alasan apa yang akhirnya membuat mereka lebih memilih menurunkan ego ? itu tidak lepas dari adanya nyawa yang sedang berada dalam rahim si wanita. Sama-sama menurunkan ego karena tahu anak mereka tidak boleh menjadi korban dari kekerasan hati dua insan yang saat itu dipenuhi kemelut fikiran dan hati yang seolah meraja tanpa henti.
Dan pada akhirnya berangkat dari sana mereka mulai merajut kasih walau diterpa badai dari segala arah mana pun pemenangnya tetap mereka.
Walaupun kerap berselisih namun tetap beriring, memastikan semuanya baik-baik saja hingga hari ini pun rasanya sudah tidak perlu lagi memikirkan apapun selain senyum bahagia.
Namun tak lengkap rasanya bila mereka tidak menuntaskan rasa kepelikan dibulan desember pada akhir tahun ini sebagai penutup perjalanan akhir tahun mereka kalau belum mengunjungi seseorang. Seseorang yang belum pernah mencicipi pahit manis kehidupan ini sekaligus mencicipi luapan kasih sayang yang diberikan kedua insan yang berbahagia itu.
Yang terkasih, Dalphine Romejo Tjoe A-on.
Satu nama yang gagal melengkapi kebahagian mereka namun walau begitu Dalphine tidak akan pernah tersisihkan sedikit saja dari kehidupan mereka. Setiap tahun London menjadi tujuan destinasi mereka, salah satu alasannya adalah ada Dalphine di kota ini.
Irene menghela nafas panjang, tangannya terulur mengusap nama yang terukir disana. Nathan ikut mengusap nama yang terukir berbarengan tangan Irene yang masih berada diatas sana. Perasaan sesak sudah pasti mereka rasakan karena bagaimana pun yang membuat mereka akhirnya bisa melawan ego masing-masing adalah karena adanya Dalphine dan Gaveen. Yang kehadirannya sempat ditolak.
Tiga tangkai bunga sudah tertata rapi diatas nama Dalphine dan ketiganya berasal dari Gaveen, Javendra dan Jeniva yang juga ikut mengusapkan jari-jari kecil mereka pada satu nama diatas batu itu.
"Hai Dalphine.., mama datang lagi sayang. Ramai-ramai lagi bersama adik-adikmu dan papa",
"Mmm.. walaupun tidak bersama didunia ini tetapi namamu akan selalu abadi sepanjang masa. Mama, papa dan adik-adik tidak pernah melupakan Dalphine sedikit pun, setiap perayaan yang ada selalu ada namamu. Kamu tahu siapa yang paling bersemangat, itu Gaveen. Dia tidak pernah melupakanmu", tuturnya menahan getaran tiap suaranya.
"Hai Dal..., sekarang aku sudah 12 tahun seumuran denganmu Kalau saja kamu masih bersamaku mungkin kita sudah banyak melakukan hal-hal yang menyenangkan atau kita mungkin memiliki hobi, kegiatan atau bahkan tempat academy yang sama. Aku berharap kamu selalu bangga memiliki aku sebagai kembaran, aku janji akan selalu membuat papa dan mama bahagia dan bangga padaku sehingga kamu tidak akan kecewa memiliki kembaran sepertiku", ucap Gaveen tanpa air mata sedikit pun.
Sebelum datang ketempat ini Nathan sudah mewanti-wanti dan sepakat tidak akan ada kesedihan yang hinggap dihati mereka, kali ini hanya akan ada senyum yang terpatri di wajah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Mistake || Nathan Romejo Tjoe A-on
RomanceBest Mistake ~ Ketika satu kesalahan yang awalnya menjadi momok ancaman bagi seorang Nathan Tjoe dalam mempertahankan karirnya , mempertahankan nama baik keluarganya berubah menjadi kesalahan terbaik yang pernah ia lakukan dalam hidupnya. Elora Iren...