•
•
•
•
_____________________Setelah memastikan keadaan diluar baik-baik saja , memastikan Roxanne sudah benar-benar pergi dan benar-benar mengatakan hal yang selama ini ia tahan-tahan berharap Roxanne paham dan mau berhenti , meyakinkan diri jika memang sekarang hanya Irene yang ia inginkan.
Hidup bersama Irene selama ini cukup membuatnya berfikir jika ia akan menjadi orang bodoh jika membiarkan istrinya terus-terusan dilanda kebingungan tapi ia pun juga tidak tau harus memulainya dari mana , sepertinya setalah ini Irene mungkin masih menyimpan rasa jengkel di hatinya itu terbukti saat wanita itu menatap nyalang padanya bahkan mau ikut menyiramnya dengan air tadi.
Setelah berfikir cukup panjang Nathan memutuskan masuk dan menyusul istrinya didalam , barangkali dewa keberuntungan ada padanya , sekarang ia harus benar-benar berjuang untuk kembali membuat istrinya yakin dan tidak ragu lagi padanya.
Malam ini akan ia gunakan sebaik mungkin sebab besok pagi ia harus berangkat ke Indonesia , ia sudah meneriman telfon bergabung bersama pemain lain untuk kualifikasi round 2.
Dua hari lagi mereka harus tc sebagai persiapan Irak dan Filiphina.
Mengenai istrinya ikut atau tidak mereka belum membicarakan itu mengingat Irene terus-terusan mendirikan bendera perang dengan nya , membuat dirinya tidak memiliki kesempatan bicara dari hati ke hati tapi Nathan sedang mengusahakan hal itu sekarang.
Dengan ia berdiri didepan pintu kamar hampir setengah jam lamanya adalah awal usahanya untuk kembali meluluhkan hati istrinya agar mau berbaikan dan membicarakan secara baik-baik tanpa ledakan-ledakan emosi yang tentunya berasal dari istrinya , karena kali ini Nathan akan bertindak sebagai pelaku.
Irene akan menghakiminya setelah ini.
Sebenarnya penghakiman yang dilakukan oleh istrinya sudah dimulai itu terbukti saat Nathan terus-terusan mengetuk pintu kamar dan memanggilnya sejak tadi , sudah setengah jam berlalu tapi Irene tampaknya sama sekali tidak ingin membuka pintu kamar untuknya.
"Irene_____ please buka pintu nya" ,
Suaranya bahkan hampir habis , karena lelah ia duduk menyandarkan punggung nya pada pintu yang tak kunjung dibuka itu.
"Ayo sayang kita bicarakan baik-baik ya" , ujarnya sekali lagi dengan masih mempertahankan posisi duduknya.
Dukh dukh dukh
Suara-suara gedoran pintu sejak tadi menemani nya tapi Irene seakan menulikan pendengaran nya , tak ada pergerakan apapun.
"Qatar , haruskah ke Wales juga ? , jangan lupa masukan Indonsesia. Bukan nya dia selalu menemanimu setiap laga yang ada ?" ,
"Bukan begi____
"Dia sepertinya sudah berdiri lama menunggumu , beri izin kalau tidak dia bisa mengamuk"
"Jangan sampai dia marah Nath karena perasaan nya jauh lebih penting kan sekarang ?" ,
Nathan menggelengkan kepalnya ribut saat potongang-potongan percakapan Irene dengan nya tadi , lengkap dengan tatapan datar dan minggir , mau kusiram juga mengitari benaknya.
Handphone nya bahkan tidak tinggal diam , ia sejak tadi menghubungi nomor istrinya tapi saat baru dering pertama atau kedua panggilan nya pasti ditolak , pesan chat pun hanya di baca tanpa niat sama sekali ingin dibalas.
Sebenarnya Irene sudah biasa mendiaminya saat ia sedang bertingkah tetapi untuk kali ini Irene sepertinya tidak main-main dengan aksi nya .
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Mistake || Nathan Romejo Tjoe A-on
RomanceBest Mistake ~ Ketika satu kesalahan yang awalnya menjadi momok ancaman bagi seorang Nathan Tjoe dalam mempertahankan karirnya , mempertahankan nama baik keluarganya berubah menjadi kesalahan terbaik yang pernah ia lakukan dalam hidupnya. Elora Iren...